Pernikahan Murid SMA

Sementara itu, ditempat lain, Lova baru saja pulang dari mengantar Yuka kesekolahnya. Begitu turun dari mobil, Lova masuk kedalam rumah. Begitu sampai dikamarnya, Lova mendengar suara gemericik air dari kamar mandi miliknya.

Lova mengerut kening, bukankah Yuko dan Yuka sudah berada disekolah? Lalu siapakah yang berada didalam sana?"

Lova berjalan pelan, berusaha agar langkah kakinya tidak sampai menimbulkan suara. Lova menyentuh handle pintu dan dia membukanya pelan. Begitu terbuka Lova tidak melihat adanya seseorang didalam kamar mandi, air sower bahkan tidak menyala sama sekali.

Lova menggeleng, dia mengusir pemikiran kuno dibenaknya. Lova pun kembali menutup pintu kamar mandi, dia berbalik badan, dan wajahnya langsung bersitatap dengan wajah berlumur darah dengan satu mata yang pe.cah.

"AAA...!!" Lova menjerit dan menutup wajahnya dengan ketakutan. "Pergiii...! Pergiii...! Argghhh, t-to-long... J-jangan," teriakan Lova menghilang karena makhluk itu mencek.kiknya. Cekikan dileher Lova begitu kuat dan membuat wajah Lova memerah dengan kedua mata yang melotot hampir keluar.

Mati, Mati,

Lova terkejut mendengar suara yang tidak asing dari makhluk ini. Sambil menahan kesakitan dan susahnya bernapas, Lova mencoba mengingat pemilik suara itu.

Kamu yang membu.nuh, kejam!

"Eghhh, le-le-pas-kan a-a-ku! To-to-tolooong..!" Lova merasakan cekikan dilehernya semakin kuat, dan Lova hanya bisa berdo'a dalam hati semoga ada orang yang mau menolongnya.

Kamu harus mati, kamu kejam, kejaaammm...!!

Lova menutup telinga karena makhluk itu berteriak ditelinganya, membuat satu telinganya tak bisa mendengar apapun saat ini. Dan teriakan makhluk itu sudah bisa Lova kenali sekarang. Lova melebarkan mata dengan napas yang masih tersisa. "Mas Laerrr, itu kah kamu?" suara Lova tergagap.

Brug

"ARGHHH....!!!" Lova mengerang keras.

HAHAHAAAA......!!! Makhluk ini tertawa nyaring, menggelegar memenuhi ruangan setelah berhasil melempar Lova pada dinding sebelah pintu. Darahnya keluar dari hidung dan mulut, membuat makhluk ini tersenyum seram.

Kamu pantas ma.ti..!

Dan makhluk itu hilang setelah mengatakan kata itu. Membuat Lova merasa lega dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Dengan tertatih-tatih, Lova menuju atas nakas, dia mengambil ponsel yang selama ini dia sembunyikan dari siapapun termasuk mendiang suaminya, Lazio Eraser (Laerrr).

Lova menyalakan ponsel dan menghubungi nomor seseorang. Tersambung, dan itu membuat Lova lega. Sambil menunggu teleponnya mendapat respon dari seberang, Lova meloud.spiker suara dan mengusap darah yang keluar dengan tisu yang tersedia, mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih.

"Iya. Nyonya, Lova?" suara dari seberang terdengar. Dan itu membuat Lova segera menyelesaikan berganti pakaian.

"Tuan, maaf. Semestinya sesuai kesepakatan dan perjanjian tertulis diwaktu itu, saya sudah tidak boleh menghubungi Anda. Namun, baru saja saya diteror, tolong bantu saya Tuan,"

"Teror?"

Lova mengangguk. "Apa tuan ada waktu untuk bertemu, saya tunggu diresto sunflower," Lova sangat berharap bisa bertemu dengannya.

"Baiklah, tapi tidak lama. Hanya sepuluh menit saja. Saya cukup sibuk,"

Lova mengangguk seolah lawan bicaranya bisa melihatnya. "Baiklah, terima kasih dan saya meminta maaf karena sudah mengganggu waktu Anda,"

Setelahnya, Lova menarik ponsel dari telinga karena beliau telah mengakhiri panggilan.

Resto sunflower.

Lova berulang kali mengetuk tepian meja, sudah lima belas menit dia menunggu, namun sosok yang ia tunggu tak kunjung datang juga. "Apa dia menipuku? Ah, tapi tidak mungkin. Dia bukan orang sembarangan, namanya akan tercoreng jika menipu seseorang bukan? Dan aku yakin banget dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

"Selamat siang Nyonya Eraser, mohon maaf telah membuat Anda menunggu lama, ada urusan yang harus saya selesaikan terlebih dahulu sebelum datang kemari,"

Baru saja Lova merapatkan bibir, suara seseorang yang dia tunggu tiba-tiba terdengar sudah dihadapannya. Lova sedikit panik, takut jika ocehannya tadi terdengar ditelinga beliau.

"Selamat siang tuan, Paksa. Oh, tidak apa-apa. Silakan duduk, saya memaklumi karena Anda adalah orang sibuk," ucap Lova sedikit terbata. Padahal dihatinya sangat jengkel. "Kak!" seru Lova, dia mengangkat tangan, memanggil pelayan resto.

"Baik, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu," tanya pelayan tersebut sesudah berdiri dihadapan meja Lova.

Lova menatap tuan Paksa, Victor Paksa nama lengkapnya. Dan Victor yang paham, mengangguk mantap. "Samakan saja,"

"Baiklah, capucino dua," kata Lova.

"Baik, Nyonya. Sesuai antrian ya," kata pelayan, lalu pergi untuk melakukan tugasnya.

"Intinya saja, apa yang Anda maksud ditelepon tadi, Nyonya?" tanya Victor.

Lova meneguk ludah dan menarik napas sebelum berkata, "Mendiang suami saya meneror saya. Lihatlah, ini adalah perbuatannya beberapa menit sebelum saya menelepon Anda," Lova menunjukan pelipis dan lehernya yang memar akibat cekikan kuat makhluk yang Lova yakini adalah arwah dari mendiang suaminya, Laerrr.

Victor menatap lekat memar yang Lova coba tunjukan padanya. Memang begitu jelas memar itu dan terlihat masih segar. "Lalu apa yang harus saya lakukan? Bukankah perjanjian tidak tercatat untuk membantu Anda yang diteror? Maaf, itu urusan Anda," dengan tegas Victor mengucapkannya.

"Enak saja main minta tolong, memangnya dia siapa? Huh!" batin Victor, melipat kedua tangan didada.

"Tapi Tuan, Anda juga ikut campur tangan didalam kecelakaan, Laerrr. Bisa jadi nanti giliran Anda yang akan diteror, bahkan digenta.yangi hingga ma.ti," Ada nada kekesalan dalam ucapan Lova. Bagaimana tidak? Hanya diminta bantuan saja sosoan menolak.

Victor tersenyum sinis. "Itu mustahil, dan saya tidak percaya. Lagi pula, Anda harus mengingat baik-baik. Sahabat saya, Johan dan istrinya meninggal karena perbuatan suami Anda. Disaat saya akan membalasnya Anda datang bersedia ingin membantu, dan sampai sini saya curiga, apa motif Anda sampai membu.nuh suami Anda sendiri? Pasti ada yang Anda sembunyikan, dan saya tahu apa itu," Victor tersenyum remeh.

Lova sedikit terkejut mengapa tuan Victor bisa mengetahui rahasia yang dia sembunyikan selama ini. Tapi Lova juga tidak heran karena sosok yang berada dihadapannya ini bukan orang sembarangan.

"Ba..."

"Permisi, capucino dua ya Tuan, Nyonya, selamat menikmati!"

Kata yang akan keluar dari mulut Lova terhenti karena kedatangan pelayan resto. Victor dan Lova mengangguk, mengucapkan terimakasih pada pelayan resto yang cantik itu, bahkan dia sempat mengedipkan sebelah mata pada Victor. Namun, Victor sama sekali tak tergoda, lebih mempesona Sera kemana-mana.

Victor meneguk capucino itu, hanya satu teguk saja, lalu meletakan cangkir diatas meja kembali. Menatap jam tangan dilengan sejenak. "Maaf, pertemuan ini cukup. Saya permisi Nyonya Eraser."

Tanpa menunggu jawaban, Victor melenggang begitu saja. Membuat Lova mendecih pelan. "Aku pastikan arwah Laerrr akan mendatangimu, kan kau juga terlibat!"