Anak yang semula dipinta untuk diaborsi saat mengetahui menderita penyakit bawaan, ternyata tumbuh dengan baik. Dengan kejeniusan si kembar membalas dendam perlakuan ayah mereka dengan mengambil alih perusahaan ayahnya diusianya 10 tahun.
"Gugurkan mereka....! Aku tidak sudi membesarkan anak penyakitan!" titah Rama.
"Tidak. Mereka darah daging kita. Jika kamu tidak menginginkan mereka. Aku sanggup membesarkan mereka!" tegas Alea.
"Ayo kita cerai!"
Saat mengetahui istrinya berhasil hamil, Rama begitu bahagia. Namun sayang, ketika kehamilannya mencapai lima bulan, kandungan Alea yang hamil kembar ini mengalami masalah.
"Maaf nona! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika bertahan, mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan," ucap dokter membuat langit seakan runtuh seketika.
Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Daftar Lomba
Alea tidak bisa menolak keinginan suaminya yang tidak bisa melihatnya menganggur. Dalam sekejap tubuh polos mereka sudah saling memanjakan milik mereka masing-masing.
Belum lagi Mark yang lebih mendominasi permainan membuat Alea tidak bisa melakukan apapun kecuali mengerang dan melenguh.
Hentakan yang terasa nikmat pada miliknya dari pusaka kokoh milik Mark diikuti hisapan pada tengkuknya menambah kenikmatan yang tidak bisa dijabarkan oleh Alea. Mark benar-benar membayar semua waktu yang hilang dari Alea, selama ia menyandang status janda.
Permainan panas dengan banyak variasi gaya dan terlebih lagi, Mark bukanlah pria egois yang menuntut wanitanya untuk dilayani tapi justru Mark adalah pria yang membuat seorang Alea bertekuk lutut di kakinya.
Mark mampu membangkitkan lagi semangat dan gairah Alea yang terkadang tidak kuat melayani kebuasan pria bunglon ini. Yah, lelah-lelah nikmat. Itu yang dipikirkan Alea selama menjaga hubungan intim mereka.
Alea rela melakukan apapun untuk suaminya asalkan pria bunglon ini tidak mengkhianati cintanya dengan tidur dengan wanita lain karena Mark adalah pria dengan sejuta pesona. Di tambah lagi suaminya juga adalah seorang mafia.
Keduanya mengakhiri permainan panas itu karena terdengar ketukan pintu yang terdengar nyaring dari luar sana.
"Daddy...! Bunda ..! Aku mau mencoba main piano baru," teriak Azira membuat Alea segera mendorong tubuh suaminya yang sudah berhasil melepaskan benih dirahimnya.
"Iya sayang. Tunggu dulu, bunda dan Daddy baru selesai mandi," teriak Alea dari dalam.
"Ok bunda. Cepat ya ..!" ucap Azira kembali lagi ke ruang keluarga dan menanti kedua orangtuanya.
"Bagaimana kalau kita main pianonya duluan sambil menunggu bunda dan daddy turun?" tawar Abrar untuk membuang kejenuhan.
"Ok."
Azira mulai menyentuh setiap nada yang mengalir begitu saja dari pikirannya yang disampaikan lewat jemarinya. Kali ini instrumen yang di mainkan terdengar riang karena tempo nadanya terdengar cepat.
Azira sedang menggambarkan perasaannya saat ini karena keluarganya menempati rumah baru yang diberikan oleh Daddy mereka. Dan anehnya, setiap nada yang dihasilkan oleh Azira, justru Abrar menemukan rumus fisika baru. Rumus fisika itu bukan rumus fisika pendidikan melainkan rumus fisika quantum.
Fisika Quantum hanya dipelajari di jenjang pendidikan tinggi setara universitas. Rumus yang sangat dibenci oleh para mahasiswa yang membuat kepala mereka hampir meledak karena saking susahnya menyelesaikan soal yang diberikan oleh dosen mereka.
Tidak lama pasangan pengantin baru itu sudah turun dengan rambut yang masih terlihat setengah basah dan wajah segar. Alea berdiri dekat dengan putrinya sambil meresapi alunan musik itu sambil menghentakkan jemarinya dengan anggukan kepala mengikuti hentakan irama. Mark mengajak istrinya menari salsa.
"Mau menari salsa denganku, sayang?" tanya Mark yang masih betah membelitkan lengannya di perut sang istri.
"Bukankah kamu menginginkan aku segera hamil, sayang?" tanya Alea membuat Mark mengangguk dengan cepat.
"Kalau begitu lupakan acara dansanya karena akan menganggu peranakanku tumbuh benihmu," ucap Alea.
Abrar yang sudah mendapatkan rumus baru fisika Quantum itu mengajukan diri untuk ikut lomba olimpiade IPA tingkat internasional yang akan bertanding dengan para profesor yang bergelar doktor melalui ponselnya.
Anak ini melakukannya secara diam-diam tanpa meminta ijin pada kedua orangtuanya sebelum dia di terima di olimpiade itu sebagai peserta termuda karena di lomba itu tidak membatasi usia. Jadi mudah baginya untuk membaur dengan orang dewasa.
"Yes. Akhirnya aku bisa masuk menjadi peserta olimpiade IPA," ucap Abrar tersenyum puas.
Ia kembali bergabung lagi dengan keluarganya untuk menikmati alunan musik yang dimainkan oleh Azira yang kini terdengar sangat melankolis.
...----------------...
Sekitar sepekan lagi lomba olimpiade IPA itu dilaksanakan. Untuk mendapatkan ijin dari kedua orangtuanya yang sedikit sulit ia sampaikan kepada kedua orangtuanya, Abrar memilih untuk mendekati daddy-nya terlebih dahulu karena Mark yang bisa merayu Bundanya nanti.
"Daddy. Apakah kita bisa bicara sebentar sebagai sesama lelaki?" tanya Abrar pada Mark yang sedang berada di ruang kerjanya.
Mark mengangkat wajahnya dengan dahi mengkerut mendengar ucapan putranya yang terlihat sok dewasa.
"Ok."
Mark mengangkat tubuh Abrar lalu mendudukkan putranya itu di atas meja kerjanya.
"Silahkan tuan Abrar! Saya siap mendengarkan percakapan anda!" pinta Mark memperlakukan Abrar layaknya orang dewasa.
"Begini daddy. Aku mau minta maaf terlebih dahulu jika sikapku ini dianggap lancang," ucap Abrar santun.
"Terus..!"
"Sebenarnya Abrar saat ini sedang mendaftarkan diri untuk ikut lomba olimpiade IPA khususnya fisika Quantum yang selama ini dianggap momok menakutkan bagi mahasiswa," ucap Abrar ragu-ragu.
"Siapa lawanmu dalam pertandingan itu?" tanya Mark.
"Tentunya yang seusia Daddy dan bunda. Yang kapasitas ilmu dan pengalamannya jauh lebih tinggi dari Abrar," balas Abrar.
"Apa ...? Bukan anak tingkat SD?" tanya Mark tidak percaya.
"Tingkat SD, SMP maupun SMA belum belajar fisika Quantum, Daddy. Yang selama ini dipelajari di sekolah itu hanya fisika-IPA klasik.
Sementara fisika Quantum itu lebih kepada pelajaran yang berhubungan dengan alam semesta di mana membahas partikel terkecil dari atom itu sendiri yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata namun bisa dirasakan keberadaannya, seperti halnya udara yang berhembus jika kita lihat keberadaannya melalui sesuatu yang bergerak karena tertiup oleh adanya angin,"
ucap Abrar membuat Mark sedikit paham dengan penjelasan sederhana yang disampaikan oleh putranya itu.
"Ok. Daddy mengijinkan kamu ikut lomba itu. Tapi ingat...! Jangan cengeng saat kamu kalah dalam lomba itu karena lawanmu itu sangat berat.
Dan jika kamu menang, daddy harap kamu harus terima konsekuensinya kalau kamu akan dikejar oleh para awak media dan juga para ilmuwan yang memuji kejeniusan yang kamu miliki dan rasa penasaran mereka akan kehebatanmu," ingat Mark pada Abrar.
"Terimakasih daddy...! Tolong sampaikan kepada bunda dengan rayuan maut daddy agar bunda mengijinkan aku ikut lomba itu, ya daddy," ucap Abrar.
"Insya Allah sayang!" Mark menurunkan lagi Abrar untuk kembali ke kamarnya.
Jauh dalam hati Mark, ia yakin Abrar mampu mengikuti lomba tersebut dan bisa memecahkan rekor dunia menjadi peserta lomba termuda.
Sepekan kemudian, Mark sendiri yang mengantarkan putranya ikut lomba olimpiade IPA tersebut. Kebetulan Alea saat ini tidak bisa menemani putranya karena sedang dinas luar negeri ke Selandia Baru. Jadilah Mark di temani Azira mengantar Abrar.
Setibanya di tempat lomba tidak satu anak kecil pun di tempat itu kecuali Abrar dan Azira. Saat masuk di tempat acara lomba yang sebentar lagi akan diadakan, panitia lomba olimpiade sempat mengira kalau yang mengikuti lomba itu adalah tuan Mark.
"Maaf, dengan tuan siapa?" tanya salah satu panitia itu.
"Tuan Abrar!" sahut Mark.
Mereka segera mencari kartu peserta lomba dan menemukan sesosok wajah anak kecil.
"Maaf tuan. Ini kok pesertanya kenapa anaknya tuan yang ikut lomba? Apa tidak salah kirim identitas sebagai peserta lomba?" tanya panitia itu.
"Memang anak saya ini yang akan ikut lomba," ucap tuan Mark seraya menggendong Abrar membuat dua orang panitia penerima tamu syok.
"Apaa... ? anaknya yang sekecil ini ikut lomba?" tanya seorang panitia wanita itu.
"Hmm!" sahut Mark datar.
👍❤❤❤❤
👍❤