Kelvin muncul dari dapur sambil mengelap tangan dengan handuk kecil. Ia berdiri tegak di depan Wilona.
“Semua piring sudah bersih dan mengkilat!” ujarnya penuh percaya diri.
“Sekarang waktunya penyerahan hadiah!”
Wilona melirik geli ke arahnya.
“Iya, iya … sini sini”
Kelvin langsung duduk di samping Wilona, wajahnya mendekat dengan ekspresi penuh harap. Wilona tertawa kecil dan memberikan ciuman ringan di pipinya.
Ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yuk✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Ternyata Aku Mencintainya
Kelvin saat itu sibuk berbincang melalui ponselnya. Ia tidak menoleh ketika merasakan sepasang tangan melingkar di tubuhnya.
Dalam benaknya, itu pasti Wilona, karena sebelumnya Wilona sudah mengabarinya bahwa ia akan datang ke perusahaan.
Namun, hanya berselang tiga menit, suara langkah pelan terdengar bergema di koridor. Langkah itu berhenti tepat di belakang seorang wanita yang diam-diam merekam dari celah pintu ruang kerja Kelvin.
“Apa yang kamu lakukan?” suara Wilona tiba-tiba terdengar, membuat wanita itu terlonjak kaget.
Wanita itu terkejut dan segera berbalik ke arah Wilona. Matanya membesar, seolah baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
“E-eee… t-tidak ada, Nyonya,” ucapnya gugup.
Ia menunduk, lalu berusaha bergegas pergi. Namun, Wilona lebih sigap. Dengan cepat ia menahan langkah wanita itu, lalu meraih ponsel yang masih tergenggam erat di tangannya.
“Apa yang barusan kamu rekam?” suara Wilona tegas, penuh kecurigaan. “Apakah Pak Kelvin yang menyuruhmu? Atau ada orang lain di balik ini semua?”
Tatapan Wilona turun pada name tag kecil yang tersemat di dada wanita itu.
“Eva…” gumamnya lirih, membaca nama yang tertulis di sana.
“Maaf, Nyonya… saya hanya disuruh. Tolong maafkan saya,” ucap Eva lirih, wajahnya pucat. Ia berusaha meraih kembali ponselnya dari tangan Wilona.
Namun Wilona lebih sigap. Ia mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi, membuat Eva tak bisa menjangkaunya. Tatapannya dingin menusuk.
“Ini akan saya jadikan bukti. Dan saya akan melaporkan hal ini. Katakan, siapa yang menyuruhmu?”
Eva menelan ludah, suaranya bergetar.
“Nyonya… V-Viona.”
Dahi Wilona mengernyit. “Viona?”
“Iya, Nyonya. Beliau yang memerintahkan saya untuk melakukannya.”
Sementara itu, dari dalam ruangan, Kelvin yang sejak tadi mendengar samar keributan di luar, mulai mengakhiri panggilan teleponnya. Raut wajahnya berubah serius, menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Belum sempat Kelvin memutuskan panggilan, pintu ruangannya sudah terbuka. Wilona masuk, dan matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat dadanya menegang, Viona yang dengan berani melingkarkan tangan dari belakang, memeluk Kelvin.
Namun Wilona tahu, itu pasti akal liciknya Viona. Terlihat jelas dari ekspresi Kelvin yang langsung menoleh ke pintu, menyadari bahwa yang memeluknya bukanlah kekasihnya.
Dengan cepat, Kelvin meraih tangan Viona dan menyingkirkannya dengan kasar. Dorongan itu begitu kuat hingga membuat Viona kehilangan keseimbangan dan tersungkur di lantai.
“Apa-apaan ini! Beraninya kamu, Viona!” bentak Kelvin, wajahnya memerah menahan amarah. Sambil menatap tajam, ia segera memutuskan panggilan telepon di tangannya
“Apa maksudmu, Vin? Bukankah kamu yang memanggilku? Bahkan kamu duluan yang memelukku, lalu kamu yang menyuruhku untuk--”
“Cukup, Viona. Aku sudah tau, ini hanya akal-akalan mu saja kan?” ucap Wilona yang memotong pembicaraan Viona.
Viona langsung merubah ekspresi nya menjadi seakan tidak bersalah.
“Kamu tahu apa, Wilona? Justru Kelvin yang menyuruhku. Dia yang memanggilku kemari.”
Wilona melangkah lebih dekat, “Mana buktinya?”
Kelvin ikut mempertegas, nadanya dingin.
“Benar. Mana buktinya, Viona?”
Viona yang masih terduduk di lantai, hanya menatap keduanya bergantian, lalu pura-pura menangis berharap simpati. Namun, bukan belas kasihan yang ia dapat.
Wilona justru mengangkat sebuah ponsel di tangannya, memperlihatkannya dengan tegas.
“Kalau begitu, bagaimana dengan bukti yang satu ini?”
Viona menoleh, matanya langsung terpaku pada ponsel yang kini berada di tangan Wilona, ponsel milik Eva, yang sebelumnya ia suruh untuk merekam.
Rencana Viona sebenarnya sederhana, ia ingin mengirimkan rekaman saat dirinya memeluk Kelvin kepada Wilona, seakan menjadi bukti bahwa Kelvin masih memberi ruang untuk dirinya.
Namun, segalanya berbalik. Wilona lebih dulu mengetahui rencana itu, bahkan kini hendak membongkarnya tepat di hadapan Kelvin.
...----------------...