Mengejar Cinta Ibu Dosen

“Pagi Bu Rachel” Sapa Dara.

“Pagi Dara”

“Bu Rachel baik-baik saja? Kok terlihat pucat?”

“Sedikit kurang sehat”

“Lekas membaik ya Bu”

“Terimakasih Dara”

Begitu Dara meninggalkannya, Rachel sedikit berpikir jika Dara sepertinya mirip dengan seseorang yang dia kenal, namun Rachel tidak ingat siapakah seseorang tersebut.

Pagi ini Rachel kembali mengisi kelas Dara, namun hari ini materi yang dibawakan Rachel adalah tentang analisis regresi dan korelasi. Ketika Rachel memasuki kelas tersebut tidak banyak mahasiswa yang hadir, Rachel hanya tersenyum lalu memulai kelas tersebut.

“Ternyata mereka kurang suka materi ini” Batin Rachel.

Sementara di kantor, Dave kembali mengingat aksi heroiknya yang datang menyelamatkan Rachel karena mendapat terror dari mantan suaminya.

Tubuh Rachel yang begitu hangat seperti masih melekat dalam diri Dave, bagaimana dia memeluk Rachel yang sedang panik dan menenangkannya.

“Masih pagi, udah melamun. Report nih, sign” Ucap Arga

Dave menarik dokumen tersebut lalu menandatanganinya. Arga yang sedikit heran dengan perubahan sikap Dave mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

“Dia salah obat apa gimana?” Batinnya.

“Hari ini ke kampus jam berapa?” Tanya Dave kepada Arga.

“Tumben, biasanya malas”

“Kalau masih lama, di majukan saja jam nya”

“Bu Rachel padat pagi ini, baru kosong setelah istirahat, cuma ada kelas sore”

“Oke, siang saja”

Arga mengambil kembali dokumen di meja Dave, lalu dia meninggalkan ruangan Dave.

Menjadi seorang pemimpin diusia muda tidaklah mudah bagi Dave membagi waktu untuk bekerja dan kehidupan pribadinya. Sebelumnya Dave memiliki kekasih, namun karena dia tidak bisa membagi waktunya, kekasihnya pun menduakan Dave memiliki uang dan kekuasaan. Setelah ditinggalkan oleh wanita yang dia cintai, setiap kali mendekati wanita Dave tidak pernah memiliki niat serius, dia hanya bermain sesukanya.

Dave juga dikenal sebagai Casanova setelah wanita yang dia cintai meninggalkan dirinya, dan lebih memilih menikah dengan pria lain. Banyak wanita yang datang ke kantor Dave hanya untuk membuatnya senang dengan pelayanan yang mereka jual, bahkan mereka rela bermain di kantor Dave demi uang.

Setelah Hendra sakit, dan melakukan pengobatan keluar negeri, kantor Dave begitu sepi dari tamu-tamu wanita seksi menggoda. Karena Dave begitu sibuk dengan perusahaannya dan bisnis orangtuanya, hingga dia lupa jika banyak wanita yang menunggu untuk membuatnya senang.

Dave sudah tidak sabar, dia berdiri dari kursinya lalu keluar dari ruangannya untuk segera menuju kampus dan bertemu dengan Rachel.

“Kita jalan sekarang” Ucap Dave kepada Arga.

Arga langsung kelabakan karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya, hingga dia mengikuti Dave dengan tetap membawa laptopnya yang masih menyala.

Dalam perjalanan menuju kampus Dave terlihat bahagia, sedangkan Arga terlihat kesal karena harus bekerja di jalan yang akan membuat lehernya sakit.

Mobil Dave sudah terparkir di parkiran VIP. Dave hanya duduk menatap lorong kampus dengan harapan dia akan segera melihat Rachel.

Dan benar saja, tidak lama Rachel berjalan menuju lorong tersebut, karena sudah tidak sabar Dave segera keluar untuk menemui Rachel.

“Pak Dave, selamat siang”

“Siang Bu Rachel. Lagi sibuk?”

“Tidak Pak, saya baru saja selesai mengajar. Pak Dave mau bertemu Pak Tio?”

“Bukan Bu, saya mau bertemu Bu Rachel untuk memastikan keadaan Bu Rachel”

“Oh, terimakasih Pak tadi pagi sudah menolong saya. Kalau Pak Dave tidak datang, saya tidak tahu akan bagaiamana”

“Untuk sementara, jangan tinggal dirumah Bu. Pintu masih rusak, jendela pecah. Pergi ke tempat yang aman saja”

“Iya Pak, saya sudah memesan kamar di hotel yang tidak jauh dari kampus”

“Bagiamana kalau kita makan siang bersama?”

“Apa tidak mengganggu kesibukan Pak Dave?”

“Tidak Bu”

“Bu Rachel, ponselnya tertinggal” Ucap Dara.

Dara melihat kearah Dave, lalu menatap Rachel. Dara bersikap biasa saja bahkan dia tidak menyapa Dave untuk memperlihatkan status kekeluargaannya.

Setelah melihat Dara dan Dave, Rachel baru menyadari jika mereka benar-benar mirip. Rachel menatap kepergian Dara, lalu menatap Dave dan kemudian dia terlihat sedang berpikir.

“Itu tadi adik saya Bu” Ucap Dave tiba-tiba menjelaskan, seolah dia paham jika Rachel sedang kebingungan dengan kemiripan tersebut.

“Iya Pak? Pantas saja saya merasa setiap melihat Dara, seperti melihat seseorang tapi siapa. Ternyata Pak Dave”

“Kalau anak itu bermasalah, langsung sampaikan ke saya Bu”

“Baik Pak, tapi sejauh ini Dara tidak ada masalah apapun”

“Mari Bu, kita lunch”

“Baik Pak”

Lagi dan lagi, Rachel masuyk kedalam mobil Dave dan mereka pergi bersama, dari jauh ada mata yang memandang dengan kesal melihat Dave bahkan membukakan pintu untuk Rachel.

“Apa menariknya janda di banding yang masih gadis” Sungut Cita.

Cita merupakan salah satu rekan dosen Rachel dikampus, namun Cita bukan karyawan tetap di kampus tersebut, dia hanya dosen pengisi di kampus.

Cita sudah beberapa kali mencoba untuk mendekati Dave, tapi Cita di tolak mentah-mentah. Berbagai cara Cita lakukan termasuk menyerahkan proposal tentang pemasaran kampus, namun tetap saja proposalnya di tolak.

“Bu Rachel suka makanan apa?” Tanya Dave kepada Rachel.

“Apapun asal pedas Pak”

“Wah ternyata pecinta podas”

Arga mendengarkan obrolan Dave dengan Rachel sambil menahan rasa jengahnya karena melihat Dave begitu lihai dalam berbasa-basi, bahkan terlihat menjijikan bagi Arga.

“Kalau Pak Dave?”

“Saya tidak begitu tahan dengan makanan pedas Bu”

“Wajar saja Pak, Pak Dave tinggal dan tumbuh di luar negeri”

“Bu Rachel tahu?”

“Saya membaca profile Pak Dave”

“Hmm begitu. Mari kita turun dan makan Bu”

“Baik Pak”

“Lancar bener ngobrolnya” Ucap Arga lirih namun masih terdengar di telinga Dave.

“Mari Pak”

“Iya Bu”

“Hmm kadal” batin Arga.

Arga dan sopir pribadi Dave berjalan di belakang Dave dan Rachel, mereka terlihat menjaga jarak karena tidak ingin mendengarkan buaya yang sedang mengincar mangsanya.

Dave manarik kursi dan mempersilahkan Rachel duduk, lalu Dave duduk di hadapan Rachel, namun Arga dan sopir pribadinya justru duduk di meja lain yang membuat Rachel sedikit bingung.

“Mereka memang tidak akan mau duduk bersama Bu, kecuali kami hanya bertiga” Jelas Dave.

“Baik Pak, selamat makan Pak Dave”

“Terimakasih Bu Rachel”

Tidak ada obrolan diantara mereka, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Dave beberapa kali memperhatikan ketika Rachel ketika sedang makan, Dave merasa jika Rachel tetap terlihat cantik meskipun sedang makan atau bahkan sedang dalam ketakutan.

“Pak Dave, saya ke restroom sebentar”

“Silahkan Bu”

Ketika Rachel berdiri dan hendak meninggalan meja. Dave memperhatikan lekuk tubuh Rachel, dia hanya bisa menelan ludahnya dan menarik panjang nafasnya. Bahkan saat ini Dave terlihat sedang tidak nyaman, bahkan pikiran Dave sudah terbang jauh tanpa batas.