Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Malam Sebelum Orientasi Mahasiswa Baru
"Semuanya udah selesai kan? Gak ada lagi tugasnya yang harus dikerjain?"
"Gak ada."
"Akhirnya." Dimas melangkah menuju tasnya yang diletakkan di salah satu kursi panjang.
Saat ini ia harus mempersiapkan dengan baik untuk kegiatan orientasi yang akan dilaksanakan besok pagi. Ia menjadi mahasiswa aktif yang bergabung di salah satu himpunan tingkat jurusan. Salah satu tugasnya yaitu mengadakan kegiatan orientasi bagi mahasiswa yang baru saja bergabung di jurusan mereka.
Malam ini ia dan teman-temannya yang lain terlihat sangat sibuk untuk kegiatan besok pagi. Mereka selalu memastikan jika kegiatan akan dilaksanakan dengan lancar dan tanpa hambatan apapun.
"Asik bawa makanan," ucap Dimas saat melihat salah satu temannya masuk ke dalam ruangan yang akan dijadikan tempat kegiatan.
"Lama lo Han."
Farhan berdecak sebal mendengar keluhan dari salah satu temannya, "ngantri, masih untung gue beliin." Ia menaruh plastik putih berisi beberapa sterofoam berisi nasi goreng di tengah-tengah mereka. "Kalian beneran pada mau nginep malam ini?" tanyanya seraya menatap satu persatu temannya.
"Kalau gue sih iya." Raka, salah satu teman himpunan Dimas menganggukkan kepalanya, "udah bawa baju juga."
"Gue juga, nginep kayanya," ucap Raka memberitahu.
Farhan menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang diberikan oleh teman-temannya. Ia menoleh ke arah teman perempuannya, "kalian?"
"Pulang lah, atau sekalinya nginep paling tidur di kostan temen yang deket kampus," ujar Rani seraya merapihkan barang bawaannya.
Farhan menganggukkan kepalanya mengerti seraya mengambil makanannya. Lalu ia menoleh ke arah Dimas yang sedari tadi menyimak, "ikutan nginep gak lo Dim?"
"Hm."
"Iya apa gak?"
Dimas menghela napas pelan seraya menganggukkan kepalanya, "iya, gue ikutan nginep," jawabnya.
Mereka mulai memakan makanannya yang baru saja dibelikan oleh Farhan. Sesekali diselingi dengan percakapan ringan atau bercanda bersama agar suasana tidak terlalu sepi.
"Gue gak sabar mau liat dedek-dedek gemes," ujar Tio membayangkan wajah mahasiswa baru yang menurutnya masih segar-segar.
Raka berdecak mendengar perkataan Tio, "modus lo, jangan begitu ah. Kasian adek tingkat kita, lo kasih harapan palsu," balasnya.
"Bukan harapan palsu, tapi kan gue mencari yang pas dihati gue," balas Tio tidak terima dengan perkataan Raka.
Dimas menggelengkan kepalanya dengan pelan mendengar percakapan kedua temannya. Ia memasukkan sterofoam bekas makanannya ke dalam plastik berwarna putih yang dijadikan tempat sampah.
"Bro... Ini dekorasinya miring, lo masang gak bener amat," teriak Yuda ke arah Raka yang masih memakan makanannya.
"Masa?" Raka menyipitkan matanya, mencoba memastikan jika banner yang dipasang tidak miring, "gak ah, otak lo kali miring."
"Yeu... songong."
Dimas menatap sekitarnya seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding di belakangnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sesekali ia mengangguk singkat saat beberapa teman satu himpunannya berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.
Besok acara akan dimulai pada pukul tujuh pagi. Mereka sudah membuat aturan jika mahasiswa baru datang satu jam sebelum kegiatan dilaksanakan. Karena kegiatan yang akan dilaksanakan pagi hari, maka beberapa panitia memilih untuk menginap di kampus agar tidak kesiangan.
Ia mengalihkan tatapannya saat salah satu temannya menggelar tikar besar di tengah ruangan. Beberapa dari temannya sudah mengambil tempat untuk segera beristirahat. Dengan tas yang mereka jadikan bantal untuk bisa tertidur dengan nyaman.
Malam ini dekorasi sudah sepenuhnya selesai, mereka tinggal menunggu besok pagi untuk bisa menyambut mahasiswa baru yang datang. Beberapa dari mereka bahkan sudah terlihat tidak sabar untuk bisa bertemu dengan mahasiswa baru.
"Gue tidur duluan ya," ucap Tio pada teman-temannya yang lain.
"Pantes gendut Yo, abis makan langsung tidur. Bukan jadi daging itu, malah jadi lemak. Gak sehat Yo," ujar Farhan seraya memainkan ponselnya.
"Bodo amat," balas Tio dengan kesal seraya menyamankan posisi tidurnya.
Dimas menghela napas pelan seraya merebahkan dirinya di tempat paling pinggir. Ia berbaring dengan menghadap ke arah pintu ruangan yang masih terbuka dengan lebar.
"Mau kemana Za?!"
"Telpon doi."
Raka mencibir kesal mendengar jawaban dari temannya itu, "mentang-mentang punya doi."
"Iri bilang bos," ucap Tio dengan mata tertutup.
"Songong."
"Rak," panggil Dimas pada salah satu temannya yang sudah memejamkan matanya.
"Hm?"
"Kunci pintu ruangan kecil ada di lo kan?" tanya Dimas memastikan.
"Ada, tenang," jawab Raka dengan mata tertutup.
Dimas menatap ke arah Raka, "udah lo kunci?" tanyanya lagi.
"Udah."
Dimas menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Raka berikan. Ia menghela napasnya pelan karena matanya tidak kunjung memberat.
Ia menoleh ke arah teman-temannya yang sudah mulai beristirahat. Hari ini mereka sudah bekerja cukup keras, dan masih ada hari esok yang membuat mereka harus bekerja semakin keras lagi.
Wush....
Dimas mengerjapkan matanya terkejut saat matanya menangkap sesuatu melewati ruangan mereka. Seperti sebuah bayangan hitam dengan ukuran besar melewati ruangan mereka saat ini. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk sadar dengan apa yang ia lihat.
"Reza?! Za?!" panggil Dimas untuk memastikan apa yang ia lihat.
"Berisik nih si Dimas," kesal Bagas yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Reza," panggil Dimas lagi.
"Apa?" Reza memunculkan kepalanya pada pintu dengan ponsel yang masih tertempel di telinga kirinya.
"Lo gak liat tadi ada yang lewat?" tanya Dimas memastikan jika temannya itu juga melihat apa yang ia lihat.
"Hah?" Reza mengerutkan dahinya bingung, ia menoleh ke kanan dan kiri. Sepi, tidak ada siapa-siapa di luar selain dirinya, "gak ada siapa-siapa. Jangan nakutin lo, dari tadi gue sendirian di sini," ujarnya dengan kesal.
"Serius Za."
"Jangan sampai gue sambit pake batu bata ya Dim karena nakutin gue," kesal Reza pada Dimas yang masih menakutinya.
"Gue gak nakutin lo, tadi beneran ada yang lewat. Tinggi besar warna hitam, gue kira tadi halu atau gak ya lo yang lari ngerjain kita," ujar Dimas mencoba memberitahu temannya itu.
"Jangan ngaco lo, ini kampus. Jangan bikin gue ketakutan," ujar Bagas yang juga terlihat kesal karena perkataan Dimas.
"Serius Gas, gue liat tadi ada bayangan hitam lewat cepet banget," balas Dimas mencoba menyakinkan temannya itu.
"Di mana?" Bagas mengalihkan tatapannya ke arah Dimas.
"Depan pintu persis, lewat ke arah toilet," jawab Dimas memberitahu.
"Masa?"
"Tau ah," kesal Dimas. Ia berani bersumpah jika apa yang dilihatnya bukan halusinasi.
Ia kembali memejamkan matanya untuk segera beristirahat, mencoba melupakan kejadian tadi yang sedikit mengganggunya. Setidaknya ia merasa sedikit tenang karena beberapa temannya masih terjaga.
Tok... Tok... Tok....
Belum ada satu menit memejamkan matanya, ia kembali terjaga karena suara ketukan pintu. Ia menatap ke arah Bagas yang ikut menghentikan permainannya pada ponselnya.
"Lo denger?"
"Woy... Jangan ngetuk pintu apa?! Iseng banget lo berdua," kesal Reza seraya berdiri di depan pintu. Ia melangkah memasuki ruangan dan duduk di samping Dimas yang terdiam.
"Bukan kita asli, dari tadi gue main game loh," ucap Bagas memberitahu.
"Gue udah mau tidur ini," ucap Dimas pada Reza.
Reza menatap bingung Bagas dan Dimas secara bergantian, "bohong lo berdua."
"Serius!!"
Tok... Tok... Tok....
Mereka bertiga tersentak kaget saat kembali mendengar suara ketukan pintu. Mereka langsung menoleh ke arah pintu utama ruangan yang tertutup, mencoba memastikan jika suara ketukan dari arah depan.
Tok... Tok... Tok....
Dimas mengalihkan tatapannya ke arah pintu ruangan kecil yang berada di dalam ruangan. Ruangan kecil tersebut mereka jadikan tempat untuk menaruh beberapa barang penting dari jurusan mereka.
"Kayanya bukan dari pintu ruangan ini deh," ucap Dimas yang membuat kedua temannya menoleh.
"Maksudnya?" tanya Bagas tidak mengerti.
Bagas dan Reza menatap Dimas dengan tatapan ingin tau.
"Gue tau ketukan itu darimana," ucap Dimas lagi.
Tok... Tok... Tok....
Suara ketukan kembali terdengar dari ruangan kecil yang berada di dalam ruangan. Ia sudah sangat yakin jika pendengarannya tidak salah.
"Dari ruangan kecil itu," tunjuk Dimas ke arah pintu ruangan kecil.
Reza dan Bagas mengikuti arah yang ditunjuk oleh Dimas. Mereka berdua terdiam dengan wajah penuh keterkejutan dengan apa yang Dimas tunjuk.
"Sebelum gue sama Raka kunci pintu itu, kita udah pastiin gak ada orang di dalamnya," ujar Bagas memberitahu seraya menatap Reza dan Dimas bergantian.
"Terus siapa dong?" tanya Reza ingin tau.
Bagas menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ia juga tidak tau siapa yang mengetuk pintu ruangan kecil tersebut. Jelas-jelas ia dan Raka sudah menguncinya dan memastikan tidak ada siapapun di dalam.
"Gak lucu asli bercandanya," ucap Reza dengan kesal.
"Siapa yang bercanda, gak ada. Ini murni bukan kerjaan salah satu dari kita, lo liat dong di sini. Semuanya ada, pada istirahat. Tinggal kita bertiga yang masih bangun," ujar Bagas seraya menatap teman-temannya yang lain.
"Terus siapa?" tanya Reza dengan perasaan tidak menentu.
HHMM....
Dimas, Reza, dan Bagas terdiam mendengar suara geraman dari arah ruangan kecil. Dengan gerakan cepat mereka langsung merebahkan dirinya masing-masing, mencoba untuk segera beristirahat dan melupakan kejadian tadi. Walaupun suara geraman tersebut masih terus terbayang di pikiran mereka bertiga.
•••