Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 33
"... 100 Juta? 500 juta. Berapa katakan saja. Saat ini juga aku akan memberikannya?"
Jeeeeeeng
Mata Wita membelalak dengan sangat lebar saa mendengar nominal yang disebutkan oleh Jeremy. Dia tentu heran, siapa orang ini dan dari mana asalnya. Bagaimana dia bisa begitu tenang menyebutkan nominal yang jumlahnya tidak sedikit itu.
Apa benar pria ini adalah kekasih Xeena?
Itulah pertanyaan yang muncul di kepala Wita. Namun dia tidak berani mengungkapkannya dan memilih diam. Wita cukup paham situasi. Suaminya sekarang ini tengah memiliki pikiran yang tidak karuan. Jadi diam dan mengikuti alur adalah cara terbaik untuknya.
"Maaf, Anda siapa. Kenapa tiba-tiba datang ke rumah orang dan menawarkan uang begini. Lagi pula saya bukannya orang tua yang gila uang sampai harus menjual anak perempuan saya,"ucap Sangaji tegas.
Bagi Jeremy, ucapan Sangaji hanyalah omong kosong belaka. Bisa dia lihat ekspresi pria itu ketika sejumlah uang ditawarkan.
Jeremy tersenyum, senyum yang mengandung makna bahwa saat ini dia sedang meremehkan Sangaji.
"Aah begitu, bagaimana kalau 1M? Tapi, setelah uang itu aku berikan, maka hubungan kalian dan Xeena akan terputus selamanya. Dari pada kau menikahkan Xeena dengan pria itu dan hanya mendapat mas kawin yang sedikit, bukankah lebih baik menerima uangku?"
Degh!
Tubuh Sangaji bergetar hebat. Dia tidak tahu mengapa demikian. Tapi tatapan mata Jeremy sungguh sangat menakutkan. Begitu menakutkan sampai-sampai Sangaji secara tidak sadar menundukkan kepalanya.
"Aldo, bawa Xeena kemari."
"Baik Mas!"
Aldo menuruti perintah dari Jeremy. Meskipun dia terkejut dengan cara Jeremy untuk mengeluarkan Xeena, tapi dalam lubuk hati terdalamnya Aldo sangat senang.
Jeremy nampak seperti lawan terkuat yang tidak bisa ditumbangkan oleh Sangaji dan Wita.
Entah benar atau tidak uang itu diberikan, bagi Aldo adalah Xeena bisa keluar dari sini.
Seandainya pun Jeremy benar memberikan uang itu, lalu mereka benar-benar putus hubungan, maka Aldo pun tidak mempermasalahkannya. Xeena berhak bebas dari keluarga yang sangat tidak baik ini. Dan Aldo akan menerimanya dengan lapang dada.
"Mana kuncinya?" ucap Aldo sambil mengulurkan tangannya di depan Sangaji. Dia tahu Sangaji lah yang menyimpan kunci itu.
Meski ragu, Sangaji memberikan kunci kamar Xeena kepada Aldo. Sebuah seringai kembali terbit di bibir Jeremy. Pria tua itu sok jual mahal. Tadi dengan lantang berkata tidak akan menjual putri nya. Tapi ketika nominal uangnya dinaikkan, Sangaji begitu mudahnya melepaskan Xeena.
Klak
Cekleek
"Xeen!"
"Aldo, kok kamu isoh buka pintu kamarku?"
Wajah Aldo langsung sedih melihat Xeena. Kakak perempuannya itu sangat lesu, wajahnya begitu pucat.
Greb!
"Maap yo Xeen. Aku emang bukan adek yang baik buat kamu. Aku cuma bisa lakuin ini buat kamu. Ayo metu (keluar). Ono uwong (ada orang) yang udah nunggu kamu."
Xeena mengerutkan alisnya. Dia lalu menggeleng cepat karena dia pikir yang dimaksud oleh Aldo adalah Deny.
"Aku emoh (tidak mau) Do. Aku wegah rabi karo Deny (tidak mau nikah dengan Deny)."
"Tenang wae. Iki bukan Deny kok. Percoyo sama aku. Aku juga ndak mau punya ipar model begitu. Cowok bajingan yang suka main perempuan. Wes ayo, tak gendong. Kamu lemes banget soale."
Meski masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Aldo, tapi dorongan dari dalam diri Xeena sangat kuat untuk mengikuti Aldo.
Awalnya Xeena tidak mau di gendong. Tapi tubuhnya memang sangat lemas, dan kepalanya sungguh berat. Mau tidak mau ia pun akhirnya mau digendong oleh Aldo.
Tap tap tap
"Xeen!"
Jeremy bangkit dari duduknya dan langsung mengambil Xeena dari Aldo.
"Pak Jeremy? Kenapa Bapak di sini?"
"Untuk bawa kamu pergi dari sini. Kamu ndak mau kan nikah sama pria itu? Jadi ayo pergi bersamaku,"jawab Jeremy dengan lembut. Bukan hanya jawaban saja yang lembut, tapi cara Jeremy menatap Xeena pun begitu lembut dan hangat.
Xeena terkejut bukan main. Melihat Jeremy di rumahnya saja dia sudah terkejut, ini ditambah tubuhnya di gendong oleh pria yang merupakan bosnya itu.
Sreet
Jeremy membawa Xeena duduk. Pria itu memeluk erat Xeena. Wajahnya nampak murung dan itu cukup membuat Xeena bertanya-tanya, mengapa Jeremy bersikap demikian.
Tapi satu hal yang Xeena rasakan, berada di pelukan Jeremy membuatnya merasa hangat dan tenang.
"Bagaimana, kalian setuju? Jika iya, berikan nomor rekeningnya sekarang juga. Aku males suwe-suwe nang kene ( Aku malas lama-lama berada di sini),"ucap Jeremy dingin.
Wita terkesiap ketika mendengar Jeremy berkata demikian. Sungguh cara bicara Jeremy sangat berbeda antara berbicara dengan mereka dan dengan Xeena.
Ketika bicara dengan Xeena terasa sangat lembut. Tapi ketika bicara kepadanya dan Sangaji, terasa begitu dingin dan menakutkan.
"Bentar, Pak ini ada apa?" tanya Xeena. Dia tidak tahu ada apa ini sebenarnya. Situasi yang aneh, dan apa tadi nomor rekening. Xeena sangat kebingungan.
"Xeen, maaf jika ini lancang. Orangtuamu setuju melepaskan mu, baik dari rumah ini ataupun dari keluarga ini dengan uang 1 milyar. Mereka tidak akan pernah mengusik mu lagi. Dan mereka juga tidak akan pernah bisa memintamu menikah dengan pria itu."
Apa!!!
Xeena terkejut lagi. Matanya seperti hampir lepas dari tempatnya ketika mendengar ucapan Jeremy.
1 Milyar, Jeremy tampak begitu mudahnya mengatakan tentang uang yang diberikan. Xeena menjadi berpikir, bagaimana bisa dia membayar uang itu. Bagaimana bisa dia bisa menggantinya nanti.
"T-tapi Pak, i-itu terlalu banyak. Sa-saya tidak akan pernah bisa membayarnya. Bahkan gaji saya sebagai OG seumur hidup pun tidak akan pernah bisa untuk membayar itu. Dan lagi, emangnua Bapak beneran bakalan nglepasin aku emangnya?"
Kini Xeena yang menatap Sangaji dengan tajam. Sejenak, dia tidak percaya bahwa ayahnya itu rela menukar dirinya dengan uang. Ia berpikir, bahwa setidaknya sang ayah masih memiliki cinta dan kasih terhadapnya.
Tapi ketika menelisik wajah Sangaji, ternyata kini Xeena paham bahwa dirinya memang sama sekali tidak memiliki arti di hidup ayahnya.
"Tidak ada jawaban berarti dia memang setuju. Baiklah Pak, mari kita pergi. Saya akan berusaha keras untuk membayar hutang itu nantinya,"ucap Xeena kepada Jeremy.
"Kamu ndak perlu risau. Cukup bayar dengan berada di sisiku selamanya. Itu adalah bayaran yang aku inginkan. Nah berikan nomor rekening mu, Pak Sangaji. Aku akan transfer seperempatnya dulu. Asistenku akan datang kesini untuk memberikan surat perjanjiannya. Kamu hanya perlu mendatangi dan sisa uangnya akan aku kirim. Ayo Xeen, kita peri. Sekarang, rumah ini ndak ada hubungannya sama kamu."
Tap tap tap
Tanpa menoleh ke belakang, Xeena benar-benar pergi. Dia meninggalkan neraka yang selama ini membelenggunya.
"Xeen!"panggil Aldo. Rupanya Aldo mengikutinya sampai ke luar.
"Semoga kamu bahagia,"ucap Aldo.
"Makasih Do, meski aku udah pergi dari sini, tenang aja kamu masih tetep adikku. Datanglah kapan aja, aku bakalan nerima kamu."
Aldo menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia bersyukur kakak perempuannya lepas dari keluarga ini. Karena Aldo yakin di luar sana, Xeena pasti lebih bahagia.
"Ya, aku bakalan datang nanti."
TBC