James Morgan adalah seorang pria dengan sejuta pesona yang dapat membuat banyak wanita terpikat olehnya. Tetapi di jaman sekarang ketampanan apa gunanya jika tidak memiliki uang dan kekuasaan?
Kisah tragis seorang pemuda tampan ditinggalkan oleh pacar materialistisnya karena mendambakan kemewahan.
Hingga suatu hari dia memiliki sistem kekayaan terhebat yang mengubah hidupnya yang biasa biasa saja menjadi luar biasa. Mobil super? Rumah mewah? Kehormatan? dan Wanita?? bahkan secantik bidadaripun bisa dia dapatkan dengan mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Janji temu
Setelah berkemas, James membawa tas berukuran sedang yang hanya berisi barang barang penting saja.
James masuk kedalam mobilnya dan merenung, berpikir dia akan tinggal di mana saat ini, jujur saja dia belum menentukannya, tetapi dia sudah pergi begitu saja dari tempat tinggal lamanya.
"Apakah aku sewa apartemen aja ya?" Pikir James.
Saat sedang melamun, ponsel James tiba tiba berdering, menunjukkan telepon dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya.
"Siapa ini?" Gumamnya, tetapi dia tetap mengangkatnya, siapa tau ini adalah telepon penting.
"Hallo siapa ini?" Tanya James.
"Selamat siang, apakah benar ini dengan Tuan James Morgan?" tanya seseorang wanita dengan suara lembut di seberang telepon.
James mengernyitkan dahinya penasaran dengan suara formal orang yang meneleponnya.
'Apakah ini adalah telepon dari penipu?' batin James was was.
"Ya, benar." Jawab James.
"Saya adalah Vivian Taylor CEO dari perusahaan Veritas group yang anda miliki sahamnya. Saya bermaksud untuk bertanya kepada anda, kapan anda memiliki waktu untuk berkunjung ke perusahaan untuk mendatangani penyelesaian kontrak pengalihan saham yang anda miliki?" Tanya Vivian CEO wanita itu pada James.
'Oh ternyata ini telepon dari perusahaan Veritas group' pikir James.
"Saya memiliki waktu luang hari ini, dan bisa datang kapan saja." Jawab James dengan tenang.
"Begitu ya, baiklah bagaimana jika kita bertemu satu jam lagi, kebetulan saya sedang senggang juga hari ini." Ujar Vivian.
"Hmm baiklah, kau kirim saja lokasi tempat pertemuannya." Ucap James.
"Kalau begitu saya tutup teleponnya tuan James, sampai jumpa nanti." Ujarnya pada James.
James tidak menjawab dan segera mematikan ponselnya.
Setelah beberapa saat, ponselnya bergetar menerima pesan lokasi dari Vivian.
Sebelum James berangkat ke tempat tujuan, dia berganti pakaian dengan kemeja barunya terlebih dahulu, dia sekarang termasuk bos besar, jadi harus berpenampilan rapi ketika bertemu dengan dengan seseorang yang berhubungan dengan perusahaan. Setelah itu James juga membuka kotak ponsel barunya, lalu memindahkan beberapa file dan kontak dari ponsel lamanya.
"Ponsel mahal benar benar canggih." Gumam James.
Mengamati beberapa kontak di ponsel barunya, James teringat pada orang tuanya yang tinggal di desa. Dia sekarang sudah menjadi orang kaya, jadi James berencana akan mengirim beberapa ratus dollar pada orang tuanya. Bukannya tidak mau mengirim lebih, tetapi dia khawatir orang tuanya curiga dari mana asal uang yang James punya.
Setelah mengirim uang dengan jumlah 500 ribu dollar pada orang tuanya, benar saja tak sampai beberapa menit, ayahnya segera menelpon nya.
James mengangkatnya dan langsung di serang beberapa pertanyaan dari ayahnya.
"James, menapa kau mengirim uang begitu banyak? Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu? Jangan bilang kau melakukannya sesuatu yang ilegal?" Tanya beruntun dari sang ayah.
"Tenang ayah, uang itu tidak ilegal, aku mendapatkannya dari bermain saham dengan temanku, dan hasilnya lumayan banyak, jadi James mentransfer sebagian uangnya untuk kalian di desa." Jawab James tenang.
Di tempat ayahnya saat ini dia merasa tenang setelah mendengar jawaban James.
"Bagaimana?" Tanya ibu James yang berada di samping suaminya penasaran.
"Sudah ku duga, putra kita James adalah pemuda yang baik, tidak mungkin melakukan sesuatu yang ilegal, kau hanya terlalu khawatir pada putramu." Ujar sang ayah yang masih bisa terdengar di ponsel James.
"Padahal dirinya juga sama saja." Gumam James dalam hatinya.
"Ayah dan ibu apa kabar? Oh ya bagaimana dengan Viona juga, apakah dia masih saja nakal sering bermain game?" Tanya James.
"Kabar ayah, ibu dan adikmu baik nak, bagaimana denganmu, kau juga baik baik saja kan? Seharusnya kau tidak mengirim uang begitu banyak pada kami, bukankah kau sudah punya pacar, kau tabunglah uangmu untuk biaya pernikahanmu nanti." Ujar sang ibu lembut pada putranya, walaupun James sudah bisa hidup sendiri, tetapi seorang ibu tetap tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan putranya.
"Aku baik baik saja bu... Tapi untuk pacar yang dulu ku sebutkan, aku sudah putus dengannya." Jelas James tidak menyembunyikannya dari sang ibu.
"Putus? Apakah itu karena kesalahanmu?" Tanya sang ibu.
"Bukan bu." Jawab James yang membuat ibunya tenang.
"Baguslah kalau begitu, tetapi kau harus segera mendapatkan pacar yang baik untuk menjadi menantu ibu." Ujarnya pada James.
"Aku sedang ingin sendiri saja saat ini bu, belum ada niat untuk mencari pacar lagi, mungkin nanti..." Jawab James.
Sang ibu yang mendengar nya hanya bisa tersenyum mengerti dengan keadaan putranya saat ini, mungkin dia masih sedih setelah putus dari pacarnya. Padahal James sama sekali sudah tidak memikirkan Megan sedikitpun.
"Baiklah ibu tutup teleponnya ya, kau pasti ada urusan, jangan menunda bunda pekerjaanmu, dan jaga diri baik baik di sana." Ingat ibu James pada putranya, mengira James masih bekerja di cafe tempat kerjanya dulu.
"Iya bu." Jawab James.
Setelah selesai menelpon keluarganya, James mengemudikan mobilnya menuju tempat yang telah di sepakati tadi dengan CEO Veritas group.