Terkadang seseorang harus merasakan kehilangan terlebih dahulu untuk bisa menghargai kehadiran seseorang, yah seperti itulah kisah cinta seorang Aldi Nugroho, pewaris utama dari keluarga pembisnis besar di bidang property dan fashion retail.
Aldi harus merasakan kehilangan orang yang tulus mencintainya demi seorang wanita yang mengkhianatinya yaitu sang mantan kekasih. Aldi baru menyadari betapa berharganya seorang Kiandra Anastasya Darwin setelah mereka berpisah selama empat tahun lamanya. Disaat cinta sudah terkubur mati dalam hati Kiandra, Aldi datang kembali dengan ketulusan hati, mencoba memperjuangkan kembali cinta Kiandra yang sudah mati.
Akankah Aldi berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Arin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 - Pillow Talk
Marina Bay, Singapore.
Kiandra menjadi orang pertama yang bangun di antara Aldi dan Mike, wanita itu merasa badannya berat dan susah untuk digerakkan, dan merasakan ada kehangatan disekitar area dadanya.
Tunggu, jangan bilang ini tangan si Kanebo Kering itu, astaga apa yang terjadi semalam.
Kiandra melirik ke arah pakaian tidurnga, bajunya masih utuh hanya saja entah kemana Kimono tidurnya itu. Pelan-pelan Kiandra menyingkirkan tangan Aldi dari tubuhnya, tapi sayangnya itu tidak berhasil, bahkan ternyata Aldi sudah lebih dulu bangun dari dirinya.
"Diamlah, biarkan aku memeluk mu seperti ini, temani aku sebentar saja. Aku sungguh merindukan mu Kia." Aldi semakin mengencangkan pelukannya, membuat Kiandra tidak bisa berkutik.
"Aku lapar, aku mau sarapan." bujuk Kiandra.
"Kita akan sarapan bersama nanti, jadi temani aku sebentar saja, aku sungguh merindukanmu Kiandra." ucap Aldi yang masih memeluk erat Kiandra sambil terpejam.
"Kenapa kau jadi seperti ini padaku Al? Bisakah kita biasa saja seperti sebelumnya?
"Tidak"
"Bisakah sepulang dari sini menganggap semuanya seperti tidak terjadi apa-apa?"
"Tidak"
"Al, kita bahkan bukan siapa-siapa satu sama lain, kumohon. Jangan mempersulit posisi ku. Bukankah kau ingin aku melupakan semuanya? Bahkan aku sudah setengah mati berusaha mengabulkan mau mu, tapi kau membuat arah nya jadi semakin tidak jelas." Kiandra memejamkan matanya, rasanya ia ingin menangis.
Sadar ucapan Kiandra sangat menampar dirinya kali ini. Memang semua yang Kiandra ucapkan benar adanya. membuat Aldi tidak bisa berkata-kata.
"Al!" rengek Kiandra.
"Hmm " respon singkat Aldi sungguh membuat Kiandra kesal dibuatnya.
"Aku akan dijodohkan dengan pria lain selepas pulang dari sini, jadi tolong jangan seperti ini Al." Kiandra merasakan matanya mulai panas, seperti ada yang tidak bisa dibendung lagi disana.
Deg!
Bagai tersambar petir, Aldi terkejut mendengar pengakuan Kiandra, bagaimana bisa om Richard menjodohkan Kiandra secepat ini, baru saja ia ingin berjuang kembali, namun sekarang sudah nyaris gugur sebelum memulai.
Aldi mendengus kesal mendengar gadis satu-satunya itu akan direbut oleh pria lain, Aldi memutar Kiandra untuk menghadap dirinya.
"Jangan menguji kesabaranku Kiandra, becandamu sungguh tidak lucu." Aldi menatap Kiandra lekat-lekat. Aldi sungguh berharap ini hanya lelucon semata.
"Apa aku terlihat sedang berbohong? Berhentilah menggodaku Al, aku wanita biasa seperti wanita pada umumnya, bisa luluh jika kau terus bersikap seperti ini, jadi bisakah jangan terlalu baik padaku karena kita tidak mungkin pernah bisa jadi apa-apa.
Jangan terlalu lembut padaku, berlemah lembutlah dengan wanita yang kau cintai, jangan bermain-main dengan api jika kau tidak ingin terbakar, jadi .... " belum sempat melanjutkannya Aldi sudah membungkam mulut Kiandra, ciuman kali ini lebih agresif dari sebelumnya, Kiandra merasa ada kemarahan yang tersirat dari ciuman yang Aldi suguhkan.
Aldi melepas ciumannya sejenak untuk mengambil nafas, melanjutkannya kembali ciuman itu tapi tidak seagresif sebelumnya, lebih lembut dan terasa sedih seperti sebuah ciuman terakhir.
Entah kenapa tanpa tersadar Kiandra meneteskan air matanya, Aldi terkejut dan menyudahi ciumannya.
"Kenapa kau menangis, hmm? Apa aku menyakitimu?" Aldi menghapus buliran air mata yang menetes ke pipi Kiandra.
Kiandra menggeleng kepalanya menjawab pertanyaan Aldi.
"Maaf Al, aku ..." Aldi menempelkan jari telunjuk di bibir Kiandra.
"Tak perlu dijelaskan!" Aldi menatap Kiandra sendu, tangan nya terus mengusap air mata Kiandra saat itu.
"Kiandra, bisakah kau jawab jujur pertanyaanku?" tangan Aldi mengelus pipi Kiandra.
"Hmm"
"Apa benar-benar sudah tidak ada kesempatan untukku? Jika memang tidak ada aku akan mundur, walau sejujurnya aku baru saja ingin memulainya denganmu." Aldi sedikit merasa sakit saat mendeklarasikan dirinya siap mundur memenangkan hati Kiandra, padahal kenyataannyan tidak se-siap itu.
Tidak disangka, bukannya menjawab pertanyaan Aldi, Kiandra malah menutup mulutnya menahan tangis sambil memejamkan matanya, tangan satunya lagi memegang dadanya, ada rasa sesak disana yang dulu pernah Aldi berikan padanya.
Rasa sakit itu terkubur dalam dan teralihkan, sekarang Aldi membuka kembali lagi rasa itu, tangis penuh pilu itu pun pecah.
Aldi kaget dan menarik Kiandra kedalam pelukannya.
Sesakit itukah luka yang aku berikan dulu padamu? Maafkan aku Kiandra, walau maaf ini telat bagimu.
"Baiklah tak perlu dijawab, aku akan mundur jika itu membuatmu bahagia, jangan menangis lagi, aku tidak tahan melihatmu menangis, aku tidak akan memaksamu menerimaku atau maafku setelah aku melukaimu."
"Maafkan aku sudah menyakitimu begitu dalam dan tak termaafkan, dan maaf atas permintaan maafku yang telat kuucapkan ini Kiandra, aku sungguh mencintaimu, amat mencintaimu, dan bodohnya aku menyadarinya setelah aku membuat luka yang dalam padamu, maaf." tangis Kiandra semakin pecah, semua tangis, sedih, sakit yang ia tahan sedari dulu lepas begitu saja. Kiandra merasa seperti belenggu masa lalunya pergi mengalir bersamaan dengan bulir air matanya.
"Dulu aku masih belum bisa melihat dengan jelas mana ketulusan dan mana kebohongan, aku tidak akan memaksamu memaafkanku Kiandra, tapi satu hal yang harus kau ingat, setelah ini mungkin aku tidak akan lagi hadir menganggumu tapi bukan berarti aku mengabaika hidup mu, aku tetap memperhatikanmu dengan caraku, kau boleh menganggapku tidak ada tapi aku tidak akan pernah lupa cinta ini milik siapa."
"Mari bersiap untuk makan siang karena ini sudah jam sebelas, setelah ini aku akan pulang, Kiandra. Kau ingin lanjut atau pulang bersamaku dan Mike?" Aldi merenggangkan sedikit pelukannya, dan terus menatap lekat wajah cantik Kiandra.
"Apa masih boleh?" tanya Kiandra
"Tentu, apapun untuk mu." Aldi tersenyum dan mengelus kepalanya.
"Terimakasih Al." Kiandra menghapus sisa air matanya.
"Sama-sama sayang" Aldi mengecup kening Kiandra lalu beranjak turun dari kasur dan keluar menuju ruang tengah.
Kiandra pun spechless dibuatnya, kecupan demi kecupan, serta panggilan itu, dan lemah lembutnya, membuat jantungnya kembali berirama tak menentu.
"Bersiaplah, kita akan segera pulang." perintah Aldi kepada Mike dengan tatapan dingin tanpa menoleh.
Apakah ada kejadian yang aku lewatkan? Atmosfer disini tiba-tiba sangat mencekam, jangan bilang mereka habis ribut lagi. Hm, cinta memang rumit.
Waktupun berlalu, mereka mulai lunch bersama, tidak ada kalimat apapun keluar dari mulut mereka, tidak ada teriakan dan keributan yang mereka berdua ciptakan seperti biasa. Selesai makan Aldi beranjak dari duduknya.
"Mike, bantu Kiandra angkat kopernya, dia akan pulang bersama kita, kau hubungi dua pengawal lain dirumah utama untuk membawa dua mobilku, para pengawal itu akan mengantar Kiandra pulang ke rumah om Darwin, dan kau antarkan aku ke apartement." Aldi menatap lesu Kiandra dari kejauhan.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya melanjutkan semuanya setelah ini, benarkah ini akhir dari segalanya? Saat ini aku hanya yakin satu hal, cinta tahu kemana dia harus pulang.
Usai makan siang, mereka sudah berjalan menuju Airport, masih juga didominasi dengan keheningan, tak ada kata yang terucap, Tom & Jerry ini seperti sedang merasakan kesedihan yang sama.
Sesampainya di Airport, mereka langsung memasuki jet pribadi milik keluarga Nugroho. Aldi mencoba mencairkan suasana di perjalanan pulang.
"Kau tidak perlu meminta ayah bunda untuk menjemputmu, aku sudah menyiapkan mobil untukmu pulang." ucap Aldi tanpa menatap Kiandra.
"Baiklah" Kiandra tertunduk sedih, sejujurnya ia masih ragu akan perasaannya terhadap Aldi, untuk sementara mungkin ini yang terbaik.
"Al?" panggil Kiandra pelan.
Bukan jawaban yang ia dengar, namun jari Aldi sudah terpaut di jari jemari Kiandra, mengelus nya pelan dan penuh kasih sayang.
"Istirahatlah sejenak, perjalanan ini tidak akan memakan waktu lama, tapi setidaknya bisa menenangkan fikiran mu." pinta Aldi sambil tersenyum menatap Kiandra.
Mereka sama-sama memejamkan mata, tapi bukan untuk tidur, hanya untuk menghilangkan fikiran yang berkecambuk diantara mereka.
Waktu pun berlalu begitu cepat terasa, hingga akhirnya mereka sampai di bandara Soekarno-Hatta.
Saat mereka turun dari pesawat dan menuju mobil yang menjemput mereka, Kiandra memberanikan diri untuk memulai. Kiandra menarik sedikit lengan kemeja Aldi sambil menahan tangis nya.
"Terimakasih ...." Kiandrapun memeluk Aldi, Aldi tersentak melihat Kiandra berinisiatif untuk lebih dulu memeluknya.
Mike langsung memberikan aba-aba untuk berbalik badan, tidak boleh ada yang menikmati hal seperti itu dari Boss nya.
Kiandra akhirnya melepas pelukannya dan berbalik pergi, tapi Aldi menahannya dan menarik tangan Kiandra.
"Maafkan aku Kiandra, dan berbahagialah tanpaku." Aldi mencium bibir Kiandra penuh kasih, tanpa disadari Kiandra membalas ciumannya dan memeluk Aldi.
Kiandra lagi-lagi meneteskan air matanya, begitupun Aldi. Aldi tersadar dan segera menyudahi ciuman perpisahannya, dan pergi meninggalkan Kiandra mematung sendirian disana. Kiandra menangisi Aldi yang mulai menjauh dan semakin jauh darinya.
"Nona, bisa kita berangkat sekarang?" Pengawal itu membuka kan pintu mobil untuk Kiandra. Kiandra menghapus air matanya lalu segera masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalan Kiandra hanya menangis tersedu, para pengawal itu tidak bisa melerai apapun, membiarkan Kiandra sejenak melepas kesedihannya, mungkin itu cara terbaik untuk melepaskan kesedihan, pikir mereka.
Maafkan aku Al, sejujurnya aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau memintanya, tapi untuk cinta aku masih ragu tentangnya.
"Pak tolong antarkan saja saya ke rumah Pak Reyhan Darwin, apa Bapak masih ingat arahnya?"
"Masih Nona, saya akan mengantarkan Anda kesana."
"Terimakasih"
****
Bersambung..
aq kangen mike and mika thor
smga bayi mereka kembar beneran thor
semangatt thor di tunggu up selanjuttnya..fighting.
huaaaakakakakakakakkakaka
semangatt thor di tunggu up selanjuttnya.
kuat macam kudaa😂