Tuan, Nyonya Berulah Lagi

Jonathan mengacak-acak rambutnya, frustasi dengan sikap Lisa yang tidak bisa ditebak dan suka melawan perkataannya. Dia merasa bahwa istrinya telah berubah dan tidak lagi seperti yang dia kenal sebelumnya.

Jonathan tidak tahu bagaimana cara menghadapi Lisa yang sekarang, dan dia merasa bahwa dirinya sedang kehilangan kendali atas situasi.

Lisa bersiap mengemasi pakaiannya di dalam koper dengan gerakan yang cepat dan kasar, menunjukkan bahwa dia sudah tidak sabar lagi untuk meninggalkan rumah dan suaminya, Jonathan.

"Memangnya dia pikir dia itu siapa? Berani menginterogasi aku dan menuduh aku selingkuh, tapi tidak sadar diri," umpat Lisa yang marah dan kesal, mengungkapkan kekesalannya terhadap suaminya yang dia rasa tidak adil dan tidak percaya padanya.

Lisa terus mengumpat Jonathan dengan kata-kata kasar, menunjukkan bahwa emosinya sedang memuncak dan dia sudah tidak bisa menahan diri lagi.

"Dia tidak tahu apa-apa tentang aku, tentang perasaan aku, tentang kebutuhan aku," katanya sambil menggelengkan kepala, merasa bahwa suaminya tidak memahami dirinya sama sekali.

Setelah selesai mengemas, Lisa mengambil ponselnya dan menghubungi kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, aku butuh kalian sekarang," katanya dengan suara yang bergetar, menunjukkan bahwa dia sedang berusaha menahan air matanya.

Lisa menyampaikan keluhannya tentang Jonathan dan juga tentang kurangnya perhatian mereka saat dia dirawat di rumah sakit.

"Aku merasa tidak dihargai, tidak dipedulikan.” Lisa merasa bahwa dia sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.

Lisa berharap bahwa orang tuanya bisa memberinya dukungan dan pengertian, serta membantu dia keluar dari situasi yang sulit ini. Namun, dia tidak tahu bagaimana reaksi mereka, dan apakah mereka akan bisa memahami perasaannya.

Lisa memutuskan panggilan dan kembali melanjutkan mengemasi semua barang-barangnya dengan tekad yang kuat. Tiba-tiba, Jonathan muncul di belakangnya dan bertanya dengan nada terkejut.

"Kamu mau kemana?"

Lisa berhenti sejenak dari kegiatannya, menoleh ke arah Jonathan dengan tatapan dingin.

"Aku pergi dari sini, dari kamu, dari semua ini," jelas Lisa dengan tegas, menunjukkan bahwa dia sudah tidak ingin tinggal bersama Jonathan lagi.

Jonathan terkejut dengan jawaban Lisa, akalnya tidak sampai memikirkan bahwa wanita itu bisa nekad meninggalkan dia.

"Apa yang kamu maksud? Kamu tidak bisa pergi begitu saja," kata Jonathan, mencoba untuk menahan Lisa agar tidak pergi.

Lisa menepuk kedua tangannya, menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya. Dia tersenyum dengan polos, seakan tidak terjadi apa-apa.

"Baru saja aku menelpon ibu dan ayah, sebentar lagi mereka akan kesini dan menjemputku."

Dengan senyum lebar dan suara riang, Lisa menambahkan. "Aku tak sabar untuk meninggalkan tempat ini dan memulai hidup baru tanpa kamu."

Dia merasa lega dan bebas dari hubungan yang toxic dengan Jonathan.

Jonathan terkejut dengan ketenangan dan kebahagiaan Lisa, merasa bahwa dirinya telah kehilangan kendali atas situasi. Dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Lisa yang sekarang, yang tampaknya telah berubah menjadi orang yang lebih kuat dan mandiri.

"Kamu salah paham, hubunganku dan Meira tidak seperti yang kamu pikir," jelas Jonathan, mencoba menjelaskan situasinya. Namun, Lisa tidak ingin mendengarkan lagi.

Dia mengangkat tangan, memberikan Jonathan kode isyarat agar tidak lagi melanjutkan perkataan yang memuakkan.

"Sudahlah kawan, tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Intinya kita sudah tidak cocok!" katanya dengan nada tegas, menunjukkan bahwa dia sudah tidak ingin memperpanjang diskusi tentang hal ini.

Dengan kata-katanya itu, Lisa menegaskan bahwa dia sudah membuat keputusan untuk meninggalkan Jonathan dan tidak ingin lagi terlibat dalam hubungan yang tidak sehat ini.

Lisa tersenyum dan menghamburkan pelukan memeluk kedua orang tuanya, menunjukkan rasa syukur dan bahagia karena akhirnya bisa bersatu kembali dengan mereka.

Sementara itu, Jonathan tampak tidak nyaman dan tak berani menatap mata ayah mertuanya, mungkin karena merasa bersalah atau takut akan reaksi mereka terhadap perilakunya terhadap Lisa.

Ayah Lisa tampak marah dan kecewa, sementara ibu Lisa menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap anaknya.

Atmosfer menjadi tegang antara kedua belah pihak, dan Lisa tampaknya telah membuat keputusan yang tepat untuk meninggalkan Jonathan dan memulai hidup baru dengan orang tuanya.

"Aku datang untuk menjemput putriku!" ucap Hendra mengambilnya keputusan dengan tegas, menatap Jonathan dengan rasa kecewa yang mendalam. Dia sudah memberikan putri kesayangannya kepada pria itu, namun ternyata endingnya begitu mengecewakan.

Jonathan menatap mata Hendra dengan keberanian yang muncul saat keputusan diambil sepihak.

"Tidak akan aku biarkan kalian membawa Lisa, dia masih istriku," sela Jonathan menunjukkan bahwa dia tidak akan melepaskan Lisa dengan mudah.

Hendra tersenyum sinis, menanggapi pernyataan Jonathan dengan nada yang dingin.

"Kamu tidak pantas memiliki Lisa sebagai istri, kamu telah memperlakukan dia dengan buruk dan tidak menghargai dia sebagai seorang istri.” Hendra menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan Jonathan memperlakukan putrinya dengan tidak baik lagi.

Lisa tahu situasi ini akan dimenangkan oleh Jonathan, kemudian dia mengeluarkan kemampuan akting dengan menangis tersedu-sedu saat menceritakan perselingkuhan suaminya.

"Aku tidak bisa percaya bahwa kamu bisa berlaku seperti ini padaku," katanya dengan suara yang bergetar, menunjukkan bahwa dia sangat terluka.

Dia menceritakan semua detail tentang perselingkuhan Jonathan, membuat kedua orang tuanya semakin marah dan kecewa.

"Aku tidak akan membiarkan kamu memperlakukan aku seperti ini!” ucap Lisa, menunjukkan bahwa dia tidak akan diam saja.

Kisah Jonathan bersama wanita lain tersebar luas, bahkan menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh pengguna sosial media, dengan banyak orang yang memberikan dukungan dan simpati kepada istri sah.

Suasana semakin mencekam, aura ruangan tiba-tiba berubah saat seseorang di depan pintu tak sengaja mendengar keluh kesah yang dialami Lisa.

"Siapa yang berani menindas menantuku!" ucap seorang wanita paruh baya yang berjalan menghampiri semua orang dengan langkah tegas dan wajah marah.

Wanita itu, yang ternyata ibu Jonathan, memandang Jonathan dengan tatapan keras.

"Apa yang kamu lakukan pada istrimu?" tanyanya dengan nada yang tidak sabar, menunjukkan bahwa dia tidak akan mentolerir perilaku buruk anaknya.

Lisa dan kedua orang tuanya saling menatap, berharap bahwa ibu Jonathan bisa menjadi pihak yang objektif dan membantu menyelesaikan masalah ini.

Namun, Jonathan tampak tidak nyaman dengan kedatangan ibunya, mungkin karena dia tahu bahwa ibunya tidak akan menyetujui perilakunya.

'Jadi dia adalah mertuaku, tampaknya dia menyayangi aku,' gumam Lisa di dalam hati, tentu mengambil kesempatan itu.

"Ma, aku tidak kuat hidup bersama Jonathan, dia selalu membela Meira," tutur Lisa dengan suara yang lirih, sambil memeluk kaki wanita paruh baya itu.

Lisa menangis memohon belas kasih, berharap bahwa ibu Jonathan bisa memahami situasi yang dialaminya dan membantu dia keluar dari hubungan yang tidak sehat ini.

"Ma, tolonglah aku, aku tidak ingin hidup dalam penderitaan lagi," katanya dengan suara yang bergetar, menunjukkan bahwa dia sangat membutuhkan bantuan dan dukungan.

Ibu Jonathan tampak terharu dengan permohonan Lisa, dan dia memandang Jonathan dengan tatapan yang keras.

"Apa yang kamu lakukan pada istrimu, Jonathan?" tanyanya dengan nada yang tidak sabar, menunjukkan bahwa dia tidak akan mentolerir perilaku buruk anaknya.

"Sabar Sayang, Mama mu datang mencari keadilan," kata Diana dengan nada yang lembut, sambil membelai kepala Lisa.

Jonathan terkejut melihat Lisa yang sedikit berlebihan mendapatkan perhatian dari ibunya. Dia tidak menyangka bahwa ibunya akan memihak Lisa dan tidak membelanya.

"Jangan hidup sebagai istrinya, Mama akan mendukungmu. Biar bagaimanapun kesalahan Jonathan tidak bisa dimaafkan," putus Diana dengan nada yang tegas, menunjukkan bahwa dia tidak akan memaafkan perilaku buruk anaknya dan akan mendukung Lisa dalam menyelesaikan masalah ini.

Sementara itu, Lisa tampak lega dan bahagia, merasa bahwa dia telah mendapatkan dukungan yang dia butuhkan untuk meninggalkan Jonathan dan memulai hidup baru.