NovelToon NovelToon
Senyum Tiramisu

Senyum Tiramisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: blcak areng

Satu tahun penuh kebahagiaan adalah janji yang ditepati oleh pernikahan Anita dan Aidan. Rumah tangga mereka sehangat aroma tiramisu di toko kue milik Anita; manis, lembut, dan sempurna. Terlebih lagi, Anita berhasil merebut hati Kevin, putra tunggal Aidan, menjadikannya ibu sambung yang dicintai.

​Namun, dunia mereka runtuh saat Kevin, 5 tahun, tewas seketika setelah menyeberang jalan.
​Musibah itu merenggut segalanya.

​Aidan, yang hancur karena kehilangan sisa peninggalan dari mendiang istri pertamanya, menunjuk Anita sebagai target kebencian. Suami yang dulu mencintai kini menjadi pelaku kekerasan. Pukulan fisik dan mental ia terima hampir setiap hari, tetapi luka yang paling dalam adalah ketika Anita harus berpura-pura baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jarak yang Tercipta di Pagi Hari

​​Satu minggu penuh telah berlalu sejak kedatangan Mama dan Sela. Bantuan tulus mereka mempercepat pemulihan Anita, dan hari ini adalah jadwalnya pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan pada rahangnya yang masih di kawat.

​Anita sudah jauh lebih baik. Wajahnya tidak lagi sepucat kertas, dan ia bisa bergerak lebih stabil. Meskipun Mama dan Sela sudah kembali ke aktivitas masing-masing, Mama telah mengikat Aidan dengan janji untuk memastikan Anita pulih total.

​Pagi itu, Anita bersiap di depan cermin, mengabaikan bayangan Aidan yang berdiri kaku di ambang pintu kamar.

​"Kamu sudah siap," kata Aidan, nadanya datar, namun sedikit lebih lembut dari biasanya—sebuah warisan dari akting 'suami yang baik' yang kini mulai sulit ia lepaskan.

​Aidan melangkah maju, tangannya memegang kunci mobilnya. Ini adalah momen yang seharusnya menjadi turning point kecil. Selama seminggu terakhir, ia dipaksa untuk mengawasi dan bahkan membantu Anita—gestur yang membangkitkan perasaan yang dulu ia yakini telah mati bersama Kevin. Ia merasakan dorongan aneh, sebuah keharusan, untuk berbuat baik padanya.

​"Aku akan mengantarmu," lanjut Aidan. "Pakai mobilku. Mobilmu..." ia berhenti sejenak, melirik ke luar jendela. Mobil Anita memang sudah lama tidak ada di rumah itu, dijual sebagai bagian dari tekanan utang. "Aku sudah menyiapkan mobil."

​Penawaran itu—tawaran untuk naik mobil Aidan, setelah bertahun-tahun ia hanya boleh menumpang taksi atau mobil sewaan—adalah anomali dalam sejarah rumah tangga dingin mereka.

​Anita menoleh. Di matanya, tidak ada kebahagiaan, hanya kehati-hatian.

"Jangan biarkan dia mendekat lagi. Kelembutan yang ia tunjukkan adalah jebakan. Dia hanya ingin mengendalikan." batin Anita.

​"Terima kasih, Mas Aidan," balas Anita, suaranya kini terdengar lebih kuat meskipun masih parau. Ia menolak dengan halus, memilih untuk kembali pada independensi yang ia perjuangkan. "Tidak perlu repot-repot. Aku lebih ingin jalan saja dari kompleks rumah menuju jalan besar. Seperti nya aku perlu udara segar sedikit."

​Aidan terdiam. Penolakan itu, yang begitu tenang dan sopan, menghantamnya lebih keras daripada tamparan.

"​Kenapa dia menolak? Aku berusaha berbuat baik." Batin Aidan, kemarahan dan kekecewaan bercampur.

"Hmm." jawab Aidan

​Anita berjalan mendahuluinya keluar, Aidan berdiri terpaku, mengamati jarak fisik yang sengaja diciptakan oleh Anita.

​Selama seminggu terakhir, saat Mama dan Sela pergi, Aidan harus menyiapkan makanan, memastikan Anita minum obat, dan bahkan beberapa kali masuk ke kamar Anita di tengah malam. Semua tugas itu telah meruntuhkan pertahanan dirinya.

​Ia sempat merasakan perasaan yang dulu sudah terkubur bersama kematian anaknya, Kevin: rasa prihatin, rasa ingin melindungi, bahkan sedikit kangen akan interaksi yang pernah mereka miliki. Perasaan itu kembali bangkit, terlepas dari logikanya. Anita, dalam kelemahannya, telah membuatnya lengah.

​Namun, penolakan Anita barusan segera membangkitkan alarm bahaya di benak Aidan.

"Dia seperti memberikan jarak. Dia tidak mau aku di dekatnya."

​Aidan segera memanggil kembali mindset utamanya, mantra yang selalu ia gunakan untuk menenggelamkan rasa iba: Anita-lah penyebab Kevin meninggal.

"Jangan lemah, Aidan! Semua yang kau rasakan ini hanyalah ilusi. Wanita itu yang merenggut Kevin darimu! Dia harus menderita! Utang itu harus menjadi belenggunya!."

​Aidan mengepalkan tangan, rasa gengsi dan amarahnya kembali mendominasi. Ia tidak akan membiarkan Anita melihat kelemahan emosionalnya, tidak setelah akting 'suami yang baik' ia ciptakan di depan Mama.

​"Baik," ujar Aidan kaku, akhirnya angkat suara. "Jika itu maumu. Tapi jangan harap aku akan menunggumu di jalan besar. Aku ada urusan penting." Batin Aidan

​Aidan memasukkan kembali kunci mobil ke saku celananya. Ia mengikuti Anita keluar, tetapi dengan jarak beberapa langkah. Ia mengawasi Anita berjalan perlahan melintasi halaman, tubuhnya masih sedikit ringkih, namun tegar.

​Anita sama sekali tidak menoleh ke belakang. Ia terus berjalan menuju gerbang kompleks, menikmati setiap hembusan udara sebagai simbol kebebasan kecil. Ia sengaja menciptakan jarak itu, takut kehangatan palsu Aidan akan meluluhkan tekadnya untuk lunas dan bebas.

​Aidan menyaksikan Anita mencapai gerbang, memanggil taksi daring, dan melaju pergi. Ia berdiri di sana, di halaman rumah, menyalakan mesin penolakannya lagi.

"Aku harus fokus pada misi. Kelembutan itu mati. Dia adalah musuh." batin Aidan

​Namun, saat ia berbalik menuju rumah kosong itu, Aidan tidak bisa menolak perasaan hampa. Ada sesuatu dalam penolakan Anita yang membuatnya merasa seperti telah kehilangan sesuatu yang penting—sesuatu yang baru saja ia dapatkan kembali dalam seminggu terakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!