NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:439
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Senandung alam menentramkan. Bertemankan suara aliran sungai yang menampakkan kejernihan. Airnya yang menabrak menabrak bebatuan dan menghasilkan cipratan. Kawanan ikan yang sebagian besar berwarna hitam beserta sebagian jingga, berenang ke sana ke mari. Dedaunan berguguran tidak mau kalah untuk berperan. Pepohohan menari-nari, mengikuti irama angin.

“Aku tidak yakin di sini ada udang,” keluh Aimee.

Pada akhirnya, Shinkai diminta untuk menangkap udang untuk Neptune. Bagaimanapun, semua adalah kesalahan Shinkai yang telah melanggar janji untuk merahasiakan lauk udang dari Neptune. Seharusnya Shinkai pergi sendiri. Namun May menawarkan diri untuk menemani. Aimee turut menawarkan diri dengan alasan tidak percaya membiarkan Shinkai pergi berdua dengan May. Seolah khawatir jika Shinkai menjadi penjahat anak. Tentu saja ia tidak benar-benar menganggap akan hal itu. Ia hanya sedang ingin ikut jalan-jalan.

“Ada. Tapi udangnya takut sama kamu,” ujar Shinkai.

Tiba-tiba May melompat ke sungai dan menyelamkan seluruh tubuhnya. Nyaris saja Aimee berteriak.

Hanya dalam waktu beberapa detik, May sudah kembali ke permukaan dengan seekor udang sungai berukuran besar di tangan kanannya.

Shinkai dan Aimee menganga. Belum sempat mereka mencerna apa yang terjadi. May sudah kembali.

“Apakah sekarang kita sudah boleh pulang?” May bertanya

“Aduh, Neptune akan mengamuk dan menghancurkan seluruh tanaman bunga jika dia hanya diganti oleh seekor udang,” ucap Shinkai berbohong, sembari menyenggol Aimee dengan maksud untuk mengajaknya bekerja sama.

“Eh, iya. Neptune akan berubah menjadi serigala berbulu merah muda jika jumlah udang yang dibawa kurang dari lima ekor,” ujar Aimee.

Shinkai kembali menyenggol Aimee, kali ini karena geram.

“Mana ada serigala berbulu merah muda. Kau pikir May sebodoh itu, hah?” bisik Shinkai.

Pada saat seperti ini, dua musuh bebuyutan itu malah bekerja sama dengan kompak. Gadis kecil itu tampak tengah menatap acara senggol-senggolan orang dewasa yang membingungkan.

“Justru itu jenis monster langka yang menyukai bunga-bunga. Serigala jenis itu pasti akan merusak barang-barang toko bu Dyn,” balas Aimee dengan berbisik.

Sesaat, terdengar suara benda jatuh ke dalam sungai. May sudah kembali ke dalam air. Dalam waktu sekitar 1 menit, May sudah kembali lagi dengan 2 ekor udang yang berukuran sama dengan yang pertama. Padahal, ukuran udang itu pun lumayan lebih besar dibanding yang dimasak bu Dyn kemarin. Dengan semangat penuh, Shinkai dan Aimee menerima udang itu satu persatu dan dimasukkan ke dalam wadah. Sudah ada 3 ekor di sana.

May langsung berenang ke arah yang lebih jauh untukk mencari udang lagi. Kurang dari 2 menit, May sudah kembali lagi dengan dua ekor lagi.

Aimee menyenggol Shinkai. Keduanya menyimpan kemauan yang sama.

“Apakah sekarang sudah cukup?”

“Aku melihat seekor di balik batu di belakangmu!” seru Shinkai dengan mata berbinar.

PLAKKK!

Aimee memukul punggung Shinkai, “Kau sungguh penjahat!”

“Di mana?” tanya May sambil melihat ke arah yang ditunjuk Shinkai.

“Jangan percaya, May. Tidak ada apapun di sana. Jangan percaya pada penjahat ini. Ini sudah cukup. Ayo kita pulang!” ajak Aimee.

___ ___ ___

Entah kali ke berapa Shinkai bersin-bersin sejak sampai di rumah Taza sore tadi. Setiap barang yang disentuhnya pasti berdebu. Mulai dari meja, kursi, lemari sampai peralatan makan.

“Ya ampun, sudah berapa abad kau tidak menempati rumah ini!” tegas Shinkai setelah bersin lagi untuk ke sekian kalinya.

Lima buah piring telah selesai dilap dengan kain perca oleh Taza. Ia hendak membersihkan rumahnya mulai dari dapur. Di langit-langit seluruh ruangan pun, dihiasi oleh banyak sekali sarang laba-laba.

“Sudah kubilang dua bulan.”

“Bukankah kau sudah kembali selama seminggu. Kenapa kau tidak pernah membersihkannya? Bagaimana caramu bisa tidur di tempat mengerikan ini? Sudah pasti sekarang ini menjadi pemilik anggota keluarga hantu dan hewan-hewan kecil menjijikkan. Sadarlah, kau adalah tamu tak diundang sekarang. Mereka bisa mengusirmu kapanpun kalau kau tidak segera membersihkannya!” seru Shinkai. Ia adalah orang yang paling tidak suka melihat tempat yang kotor dan berantakan.

“Aku sedang bersih-bersih sekarang.”

“Iya, setelah kau melihatku sekarat karena debu-debu tebalmu!”

“Tidakkah kau lihat itu berarti aku menghormatimu sebagai tamu. Jika orang lain, bisa jadi rumahku sudah mengkilap tanpa sedikit pun debu.”

“Itu bukan hal yang istimewa, sialan.”

Satu persatu bagian yang perlu dibersihkan ditunjukkan oleh Shinkai. Taza bertugas membersihkan itu. Shinkai mengarahkan sampai benar-benar bersih, sesuai dengan yang diharapkan. Jika belum bersih, maka Shinkai akan menahan Taza agar tidak berpindah.

Butuh waktu hingga satu setengah lebih sampai Taza bisa membersihkan rumahnya. Tinggal merapikannya. Namun ia akan istirahat dulu untuk membahas tujuan Shinkai menghampirinya.

“Baiklah, jadi kau bertarung dengan Hoshi di hutan dekat penambangan. Itu tidak mengherankan. Dia pasti sedang menghadapi hari yang buruk. Dengan menghajarmu habis-habisan adalah cara menyembuhkan itu.”

“Ya, aku tak peduli soal itu. dia bersedia bunuh diri asal bisa memukulku.”

“Lalu, apa yang mengganggumu?”

Ekspresi Shinkai tiba-tiba berubah geram. Kedua tangannya terkepal. Pandangannya tertunduk. Taza langsung terpikir bahwa Shinkai benar-benar memikirkan hal serius.

“Apakah orang itu benar-benar membuatmu marah?”

“Tentu saja aku marah. Sangat marah dan marah sekali. Aku mau menjambak rambutnya dan membuangnya ke selokan. Juga mengganti jepitan rambut berbentuk daunnya menjadi bentuk kepala kambing.”

“Sekarang Hoshi memakai jepit rambut?”

“Kau tahu gadis kecil yang berasal dari hutan, dia berlagak bodoh di hadapanku dengan memanfaatkan kepercayaanku. Nyatanya, dia memberikan 5 ekor udang itu hanya untuk Neptune. Anak sekecil itu mau dibuat gatal-gatal hingga seluruh tubuhnya menjadi merah-merah dan Neptune akan berubah menjadi srigala berbulu merah muda!” cetus Shinkai dengan ata melotot ke arah Taza.

“Kau terlalu dekat. Belekmu kelihatan jelas.”

Tok tok tok.

Setidaknya, Taza bisa terbebas sementara dari tingkah aneh Shinkai karena suara ketukan pintu itu.

“Bicaralah dengan udara selagi aku membuka pintu,” ucap Taza.

Meskipun masih ingin melampiaskan kekesalannya pada Taza, Shinkai terpaksa menunggu sambil duduk manis di kursi kayu panjang. Sesekali menyantap camilan ringan yang disediakan tuan rumah.

Shinkai melihat bayangan wajahnya dari meja itu, “Ah, benar. Ada belek.”

Punggung Taza menutupi wajah seseorang yang mengetuk pintu. Namun dari tubuh dan pakaiannya sudah jelas bahwa itu adalah seorang wanita.

Tawa renyah nan lembut Taza terdengar. Lama sekali pemuda itu berbincang di depan pintu. Lagipula, mengapa tamunya tidak ke dalam saja? padahal Taza sudah mempersilakan. Namun si tamu mengatakan bahwa ia tidak akan lama dan hanya akan menyampaikan satu-dua patah kata. Nyatanya, belasan menit berlalu. Shinkai mulai bosan dan memastikan warna langit dari jendela. Matahari akan segera terbenam.

“Berapa patah kata lagi akan diuraikan wanita itu,” keluh Shinkai.

Tepat di saat Shinkai hendak merebahkan tubuh, sesuatu terjadi.

“AWAS!”

Dengan kecepatannya, Taza menarik wanita itu masuk ke rumahnya dan langsung mengunci pintu. Sebuah jeritan dan membuat Shinkai berlari mendekat.

Ada senjata kecil melintas yang mengarah ke wanita itu dari belakang. Taza berhasil menyelamatkannya dari serangan belakang itu. Naasnya, ternyata ada senjata lain yang muncul dari titik buta yang berhasil mengenai bahu kiri wanita itu.

“Bertahanlah, Ilse!” ucap Taza.

Senjata yang meleset itu sendiri kini menancap di dinding atas kursi panjang tempat Shinkai duduk. Tepat di mana kepala Shinkai berada saat ia duduk tadi.

“Jadi ini adalah serangan tipuan. Sudah jelas bahwa peneror setingkat lebih pandai dibanding yang menyerang rumahku,” jelas Shinkai.

Kemudian Shinkai berlari untuk mengambilkan pertolongan pertama di kamar Taza dan segera kembali ke tempat Taza dan wanita itu berada.

“Apa kesimpulan kedatanganmu, Shin?”

“Hoshi bukan bagian dari peneror bunga Soka. Aku beranggapan bahwa ia juga menyelidiki kasus ini.”

Lagi-lagi. Senjata klan Amev dengan sebuah kelopak bunga Soka yang ditempel

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!