Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.
Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bertemu
Di sebuah ruangan yang berukuran 4 meter x 4 meter luasnya, terdengar alunan musik tradisional yang menggema di seluruh penjuru ruangan. lalu terlihat sekumpulan orang yang sedang berlatih menari dan di depan mereka terdapat seorang wanita paruh baya yang terkenal menjadi pelatih dari mereka. tempat tersebut adalah tempat sanggar menari dan mereka semua sedang berlatih untuk acara di desa.
"1.. 2..3.. 4.. ayo ikutin gerakan saya ya... Begini-begini," ujar Bu Desi sembari memperagakan gerakan tarinya.
Mereka akan membawakan tarian tradisional jaipong untuk pertunjukan nanti. Semua gadis-gadis muda tengah berlatih untuk mempersiapkan tarian mereka. Hana pun ada di sana. Dia dan kelompoknya kebagian tarian tradisional, untuk kelompok satu lagi tarian modern.
"Hana.. kamu kan udah bisa, latih yang lain ya." titah Bu Desi pada gadis itu.
"Iya, Bu. ayo semua..."
Musik tradisional mulai menggema kembali memenuhi ruang sanggar. Hana yang memang menjadi leader timnya berada paling depan agar bisa mengajari yang belum bisa. Sedangkan Bu Desi hanya mengawasi pergerakan mereka. Dengan alunan musik tersebut, gerakan mereka sangat tertata rapi dan serasi dengan musiknya.
"Ayo lemaskan lagi badannya, jangan kaku." ujar Bu Desi.
Gerakan demi gerakan mereka lakukan, hingga keringat muncul dikening masing-masing. Mereka pun menari hingga musiknya itu selesai di putar. Hampir 3 jam mereka berlatih dari pagi hingga sekarang pukul 10 siang. Semua penari beristirahat sejenak sembari meminum air dan berbincang.
"Eh kalian, udah pada tahu belum? Kan di desa kita kedatangan dokter sama tentara ya, mereka ganteng-ganteng tahu... rata-rata yang ada di sana itu cowok, ceweknya itu paling ibu-ibu."
"Eh iya, kemarin juga aku lihat pada ganteng banget. tubuhnya astaga aaaaa pengen peluk." ujar salah satu gadis yang wajahnya memerah saat membayangkan para tentara yang gagah perkasa.
"Ari kamu teh halu pisan."
Suara gema tawaan mereka terdengar. Hana yang mendengar hanya terdiam saja. Puput yang di sampingnya ikut bertanya padanya. "Eh, Han... kamu gak ikut pemeriksaan kesehatan yang lagi di posko?"
Hana menggelengkan kepalanya singkat, "Nggak.. aku sehat-sehat aja, mungkin nanti."
"Eh... kita pulang yuk, udah siang nih."
"Ayo..."
***
"Hariiiiss!!"
Suara bariton menggema di seluruh penjuru area klinik, terlihat dari wajah pria tersebut sangat tergesa dan berlari kencang untuk mencari keberadaan temannya. Fahri berlarian mencari Haris di posko yang sudah menjadi tugasnya.
"Di mana Haris?" tanya Fahri pada dokter di sana.
"Ada di sana lagi periksa ibu-ibu." ujar salah satu dokter tersebut.
Dengan terburu-buru, ia pun melewati semua orang yang ada di sana. Ia melihat Haris yang sedang bersantai sembari bermain dengan ponselnya. "Woy! Gue cari-cari ternyata di sini... kenapa lu kemarin gak balik ke bilik sih?!" karena efek kelelahan dan terburu-buru, oktaf suara Fahri sedikit meninggi. Haris terkejut dikarenakan Fahri datang secara tiba-tiba dengan suaranya yang cukup keras, "santai elah... ngapain lu nyari gue?"
"Sibuk amat lu, lagi hubungin siapa sih?"
"Nyokap gue." jawab Haris santai.
Setelah selesai dengan ponselnya, ia mulai memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya. lalu wajahnya menatap Fahri yang sedari tadi seperti ingin mengatakan sesuatu padanya. "Jadi? Apa yang mau lu omongin?" tanya Haris kembali.
"Oh iya..." Fahri pun duduk di samping Haris.
"Lu tahu kan? Gue pingsan kemarin,"
"Pingsan? Tumben lu... tentara kok pingsan?" ejeknya sembari terkekeh kecil.
Fahri sangat menggebu saat menceritakan kejadian kemarin, "Lu bakal kaget sebab gue pingsan kemarin karena apa,"
"Apa emangnya?"
Fahri terdiam sejenak, ia sedikit mengatur nafasnya agar lebih tenang dan tidak terburu-buru. dengan wajah serius, ia menatap Haris dengan lekat. "Gue juga ketemu Nahda."
Deg...
Seperti ada setruman listrik, tiba-tiba saja Haris terpaku akan ucapan temannya itu. matanya tiba-tiba saja terbuka lebar sangat syok, "apa?! lu ke temu di mana?!" tanya Haris sembari mengguncang tubuh Fahri.
"Apa gue bilang kan?! Nahda masih hidup!!" seru Haris saat mengetahui hal tersebut. selama ini, keraguannya mulai terjawab. kali ini ia yakin jika kekasihnya yang dulu diianggap tiada ternyata masih hidup.
"Lu tenang dulu!"
"Jadi... Lo ketemu dia di mana?" tanya Haris kembali dengan sedikit lebih tenang.
"Gue ketemu dia pas di kebun, dia lagi jalan sendirian... waktu itu gue mau nanya warung ke mbak-mbak, pas dia nengok, gue kaget... karena gue kaget, ya gue pingsan." jelasnya singkat.
Mata Haris berbinar setelah mendengar kesaksian dari temannya sendiri, tangannya seketika memegangi area jantungnya yang sedariii tadi berdebar kencang. nafasnya pun sangat memburu. perasaannya kini sangat campur-aduk, ia mencengkram kuat area dadanya. setelah terdiam, ia seketika tersadar. ia menatap Fahri dengan wajah tegasnya, "antar gue kesana sekarang," tegasnya buru-buru.
"Tapi-.."
Karena lama, Haris pun berlari meninggalkan Fahri sendirian untuk menuju ke tempat yang di maksud oleh temannya barusan. Saat berlari, hatinya sangat senang akhirnya ia bisa bertemu dengan kekasihnya lagi. "Sayang.. aku senang kamu masih hidup" batin Haris bahagia sembari mengusap air matanya yang berjatuhan. Karena sadar Haris tidak mengenali tempat ini, Haris menemui pak kades untuk menanyakan tempat yang dimaksud oleh Fahri barusan.
"Pak kades!" sapa Haris.
"Eh, Pak Haris. ada apa, Pak?"
Haris mendekati Pak Kades yang sedang berdiri mengecek proyek yang sedang dijalankan, "Saya mau lihat-lihat kebun di sini.. boleh antar saya lihat kebun di desa ini?"
"Oh boleh, Pak. tapi untuk apa??"
"Hanya melihat-lihat aja,"
Pria itu seperti merencanakan sesuatu. tanpa tahu maksud Haris, Pak kades pun setuju, lalu mereka berdua berjalan untuk menyusuri kebun di desa sana. Sembari berjalan, pak kades menceritakan semuanya kebun yang ada di sana. Sebenarnya Haris tak terlalu tertarik, tapi ia terus mendengarkan sembari matanya melihat-lihat kearah kebun untuk mencari seseorang. ya, masud dari rencananya yaitu mengetahui keberadaan kekasihnya yang sempat ditemui Fahri kemarin yang kebetulan bertemu saat melintasi kebun. namun sedari tadi ia menyusuri pemandangan di depannya tidak ada sosok yang sedang ia cari.
"Tidak ada," gumamnya.
"Tidak ada, kenapa Pak Haris?"
Haris tiba-tiba gelagapan, "eh... ayo, Pak. ke tempat yang lain... saya ingin lihat-lihat yang lain juga."
"Oh baik, ayo." Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Tak jauh dari posisi Haris pergi, terdapat dua gadis yang sedang berada di area kebun yang luasnya sekitar 50 meter. itu adalah Hana dan Puput, mereka tengah memetik beberapa sayur yang sedang panen di kebun milik Puput. Hana hanya membantunya saja. Mereka memetik sembari bercanda ria. Tak lama kemudian, Pak kades berhenti di kebun Puput tersebut dan mulai menceritakan semuanya pada Haris. Tapi lagi-lagi pria muda itu tak fokus pada cerita pak kades, justru ia berfokus pada kebunnya itu.
"Di mana dia?" batin Haris yang masih mencari keberadaan orang itu.
Tiba-tiba, Haris mendengar suara Senda gurau gadis berasal dari kebun tersebut. Matanya sedikit terbelalak saat mendengarnya. Kemudian, muncullah seseorang dari balik kebun yang lebat tersebut.
"I-iitu.. itu dia!" batinnya lagi.
Gadis itu, dialah sosok yang ia cari selama ini. rasa bahagia membuncah di hatinya, seakan telah menerima anugerah tuhan yang luar biasa besarnya. Haris memperhatikan gadis itu saling bercanda. rasanya sudah lama ia tidak melihat wajah cantiknya itu. ia memandanginya dari kejauhan sekitar 10 meter.
"Horee aku menang lagi!" suara Hana dari kejauhan.
Pak Kades mulai heran kenapa pria sebelahnya tiba-tiba terdiam dan hanya menatap lurus ke arah kebun yang kini di hadapan mereka. "Pak Haris lihat apa?" Haris seketika menoleh pada Pak Kades, "Eumm, Pak... mereka itu siapa?" tanya Haris pada pak kades seolah tak mengetahui apapun.
Pandangan Pak Kades mulai mengikuti arah telunjuk Haris yang mengarah pada dua gadis yang sedang bermain dan bekerja di kebun tersebut. "Ohh mereka... itu Hana dan Puput. yang pakai kebaya coklat itu namanya Hana, dia kembang desa di sini karena wajahnya yang sangat cantik lebih dari gadis-gadis lain. yang di sebelahnya yang pakai kebaya hijau, itu Puput sahabat Hana," jelas Pak Kades mengenai identitas kedua gadis itu.
"Oh gitu?"
"Mau ke mereka? Saya kenalkan anda pada mereka." tawar Pak Kades pada Haris. ia berasumsi jika pria itu sedikit tertarik dengan gadis yang menjadi kembang desa di desa tersebut. mendengar itu, Haris terkejut. "benarkah?" tanyanya sedikit senang.
"Ayo, Pak... ikut saya."
Haris dan pak kades pun turun menuju mereka yang berada di tengah-tengah kebun dengan menyusuri batang lebat yang menjular tinggi sehingga mereka sedikit kesusahan untuk lewat. saat berjalan menuju mereka, pria muda itu tak bisa menyembnyikan perasaan bahagianya. akhirnya ia bisa bertemu langsung dengan gadis itu. mungkin sebentar lagi, ia akanberhasil mendekatinya dan membawanya pulang bersama.
"Ah Hana.. kamu curaaanggg!" protes Puput kesal dengan suaranya yang mendayu.
"Ih kan kamu sendiri yang bilang permainannya kaya gitu, yeee aku menang lagi haha...."
"Ishhh.. awas ya kamu!" ujar Puput sembari mengejar temannya. Hana yang tak ingin ditangkap berlari menjauh dari Puput. teriakan dari kedua gadis itu memenuhi area tersebut. namun Hana berlari tidak memperhatikan sekelilingnya. Saat hendak berlari menjauh, karena pandangan Hana tak kedepan lagi-lagi gadis itumenabrak sesuatu sehingga tubuhnya hampir terjatuh..
"Aaarghh!" jerit Hana ketika hendak terjatuh sebab ia menabrak sesuatu yang besar di depannya. Tapi seketika tubuh kecilnya itu di tangkap oleh seseorang. Dan tanpa sengaja tubuhnya berhimpitan dengan orang yang menolongnya. Orang itu adalah Haris. pria itu sampai terlebih dulu, dan ia kembali ditabrak oleh Hana yang tidak melihat ke depan. Mata mereka kembali bertemu. Bahkan jarak mereka sangat dekat yaitu kurang lebih 10 cm. Nafas Hana memburu dan tangannya ditaruh di dada pria itu. Haris tersenyum tipis pada gadis itu.
"Haaaa!" teriakan Puput sebab terkejut karena melihat Hana di peluk oleh pria yang tak dikenal. Mendengar jeritan sahabatnya, Hana langsung tersadar dan mendorong pria tersebut sehingga tubuhnya menjauh dan membuat Haris sedikit mundur beberapa langkah.
"Siapa kamu?! Kenapa kamu ganggu kami?" tanya Hana terkejut. terlihat raut wajah gadis itu berubah menjadi lebih tajam menandakan ia sedang marah. Melihat gadis itu setengah marah padanya membuat Haris ingin tertawa dan mencubit pipinya yang mengembung. Pasalnya gadis ini sangat mirip dengan kekasihnya jika ia sedang marah.
"Saya? Kan kamu yang nabrak saya tadi." ujar Haris sembari mengulumkan senyumnya.
Di sela menatap pria itu dengan tajam, seketika gadis itu teringat akan sesuatu. sepertinya ia tidak asing ketika melihat wajah pria itu. ya, pria itu adalah pria yang sudah ia tabrak beberapa hari yang lalu. "Eh... kamu kan yang waktu itu?" tanya Hana sepertinya mengingat bahwa Haris pria yang pernah ia tabrak.
Haris menampilkan senyum tipisnya, "Sepertinya anda suka menabrak tubuh seseorang ya Nona" ejeknya.
Mendengar itu, membuat gadis itu membulatkan matanya karena terkejut mendapatkan pernyataan seperti itu. "Hiiii.. apa kamu bilang?!" seru Hana sedikit kesal dengan sikap pria di depannya ini. Saat ingin mendekat, Puput mencegahnya "jangan, Han..." lalu Hana menatap tajam ke arah Haris. Respon Haris malah tersenyum geli yang membuat Hana semakin kesal.
Tak lama kemudian, datang pak kades dari arah belakang, "Pak Haris.. anda cepat sekali,"
"Hehehe... iya, Pak."
Puput seketika terperangah saat mendengar nama pria itu diucapkan, "anda, Pak Haris yang terkenal itu ya?"
Haris menaikkan sebelah alisnya sebab terheran, "Terkenal apa maksud kamu?"
"Iya... terkenal karena terlalu ganteng, jadi sering jadi bahan gosip ibu-ibu kampung." jelas Puput dengan polosnya.
Ujaran Puput membuat Haris sedikit terkekeh geli. Tapi Hana tidak. Ia menatap tajam pak kades karena sudah membawa pria itu kemari.
"Pak kades... kenapa bawa dia ke sini sih? kan jadi ganggu kita lagi kerja." protesnya pada Pak Kades.
"Maaf ya, Hana... Bapak tidak bisa buat apa-apa, karena pak Haris yang meminta untuk datang kemari. lagi pula, pak Haris dari tadi tidak melakukan apapun."
"Tuh dengar... dari tadi orang kamu yang bawel kok, saya yang disalahin." goda Haris pada Hana.
Mendengar itu Hana memasang wajah kesalnya dan itu membuat Haris semakin gemas. "Sudahlah... aku mau pulang, Puput ayo!" ujar gadis itu sembari menarik tangan sahabatnya itu.
"Eh.. eh.."
Hana pun kembali menoleh arah Haris dengan menatap tajam ke arahnya. "Hm!" gadis itu memalingkan wajahnya dengan cepat. Lalu mereka berdua pun pergi meninggalkan Haris dan pak kades di sana. Sementara pria muda berpakaian loreng itu hanya terkekeh geli di hatinya, sembari mengulumkan senyumnya agar pak kades tidak mengetahui bahwa ia tengah senang.
"Maafkan dia ya, pak. Hana memang begitu... dia dikenal garang kalo sama laki-laki yang gak dia kenal." Pak Kades merasa tidak enak jika ada warganya yang bertindak tidak sopan pada tamunya. dan ini sudah menjadi tanggung jawabnya membuat citra desanya menjadi lebih baik terhadap siapapun.
Mendengar itu, Haris tersenyum tipis. "Iya, Pak. gapapa.. wajar kok perempuan kaya gitu, kalau boleh tahu rumahnya di mana?"
"Rumah Hana? Dekat kok dari sini tinggal lurus. cari aja rumah Minarsih, pasti semua orang tahu." jelas pak kades tanpa curiga.
"Oh gitu... terima kasih,"
"Mari, Pak... saya antar anda ke posko."
"Baik."
Mereka pun mulai meninggalkan kebun tersebut dan berjalan kembali menuju posko. Saat tengah berjalan, Haris terus termenung. "Gue yakin Hana itu Nahda. gue bakal cari tahu sampai akar-akarnya... tunggu aku ya, sayang... aku, bakal bawa kamu pulang ke rumah kita." batin Haris menggebu.
***
Sepanjang jalan, terlihat gadis yang memakai kebaya coklat sederhana berjalan sendirian. namun terlihat mulut gadis itu terus bergerak seakan mengumpat pada seseorang. raut wajahnya terlihat sangat kesal akibat ulah pria itu, yang tadi mengganggunya.
"Ih apaan sih tadi? bikin kesel aja." gumamnya kesal.
Tiba-tiba ada yang memanggil namanya, "Hana!"
"Apa?!!"
"Eh.. A Amir" ujarnya terkejut. Suaranya lembut kembali.
Amir yang sedikit terkejut, tiba-tiba tertawa kembali. "kamu kenapa? Kaya lagi kesal gitu?"
"Tadi ada orang yang nyebelin banget."
"Siapa?"
"Udah ah gak mau bahas.. aku mau pulang!" Hana berbalik meninggalkan Amir.
"Ehh.. tunggu!"
Tapi Hana terus melangkahkan kakinya. Hari ini ia sangat kesal bahkan sama Amir yang selalu baik padanya. Amir pun melihat Hana tiba-tiba marah padanya, hanya memandanginya dengan heran.
"Ada apa sama Hana?"