NovelToon NovelToon
MENGABDI

MENGABDI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sintaprnms_

Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?

Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 : Terpesona.

...11 : Terpesona....

Meera tidak pernah menyangka bahwa permintaannya semudah itu untuk dikabulkan. Sebab terlepas dari dirinya dan Tuan Abhimana pernah dekat sebagai Adik dan Kakak kelas — selebihnya Tuan adalah orang yang … sangat tidak peduli. Semacam … kehidupan Tuan ya … kehidupan Tuan. Peduli apa dengan orang-orang?

Dan dengan perasaan penuh gembira, serta mata berbinar-binar Meera menuruni anak tangan satu persatu, jalan lurus keluar dari Villa menuju ke kebun bunga. Lalu memeluk Mah Lilin dari belakang yang sedang sibuk memilah segala keelokan tanaman.

“Mah Lilin!”

“Ada apa toh, Nduk? Kaget loh.” Mah Lilin mengusap tangan kecil ini. Lalu Meera melepaskan pelukan dan menatap. “Ada apa? Mesem-mesem gitu? (Senyum-senyum gitu?)"

“Aku dikasih izin Tuan buat tampil di Jogja, Mah!”

Raut wajah Mah Lilin juga bersinar. Beliau nampak ikut bahagia. “Alhamdulillah. Kan. Bener toh? Kalau ndak dicoba kamu ndak akan tahu. Sekarang buktinya?”

“Aku seneng, Mah. Alhamdulillah. Makasih ya Mah udah kasih aku dorongan biar semangat dan berani izin,” ujar Meera.

Mah Lilin mengangguk. Tangan beliau menarik, untuk duduk di dekat batu yang tersusun disamping bunga melati. “Sini, Nduk. Cerita dulu, kok akhirnya Tuan kasih izin itu gimana?”

Meera menceritakan seluruhnya. Sekarang bagi Meera hanya satu juga. Hidup ini hidupnya. Orang baik mendukung, dan yang tidak mendukung menuju kebelakang saja. Yang Meera pedulikan hanya satu dua orang, yang selalu ada di depan mata tanpa menilai apa-apa — hanya percaya bahwa, dirinya bisa.

Hari keberangkatan ke Jogja tiba. Meera bersiap dengan diantar oleh Pak Said dan Mah Lilin ke Gedung Kesenian Malang tentunya dengan mobil milik keluarga Adiwangsa.

Sungguh tiada henti Meera bersyukur, sebab kebaikan menghampirinya tanpa jeda. Berpamitan pun sudah ia lalukan pada seluruh pekerja Villa. Kecuali, Miss Ferdina. Dan … untuk Tuan, sepertinya Tuan Abhimana belum juga bangun. Maka untuk ucapan terimakasih demi kebaikan hati beliau. Meera membuat sarapan berupa sandwich dan menyelipkan secarik kertas.

Semoga Tuan baca surat itu.

Setelah berciuman pipi dengan Mah Lilin, Meera mengecupi punggung tangan kedua orang tua ini. Dan akhirnya Pak Said juga Mah Lilin pun pamit pulang.

“Waduh Mbak Laras, naek mobil rek.”

Meera menatap asal suara. “Lah wong (orang) majikanku baik, yo aku diantar pakek mobil.”

Logat Jawa sangat jarang Meera gunakan. Namun sebab ia sedikit kesal dan berusaha untuk tidak kasar lebih jauh, maka lebih baik menggunakan bahasa daerah saja.

“Iyo. Syukur. Alhamdulillah.”

Dari arah kiri bahunya tiba-tiba muncul seorang pria yang berada satu tahun dibawahnya. “Mbak Laras!”

“Opo? (Apa?)”

“Walah sewot men. (Walah, sewot banget)“

Laki-laki itu bernama Angga. 19 tahun. Tidak tahu apa yang didengarnya bohong atau nyata. Teman-teman bergosip Angga bilang suka padanya. Ya ampun! Apalagi sih?!

“Sampean (Kamu) dapat libur berapa?”

“Ya 3 hari lah. Sesuai sama pentas di Jogja.”

“Ohiya seh. Tapi sampean pulang H min berapa?”

“Ya sama, Ngga. Sama kayak kalian. Aku nggak pulang duluan. Aku ikut Bude Sugeng aja pulangnya sama anak-anak,” jawab Meera mengakhiri percakapan.

Sebenarnya aku mau biasa aja. Tapi kalau aku makin baik, makin salah paham orang-orang.

Suara ketukan pintu sungguh sengaja Abhimana abaikan. Biarlah gadis itu berangkat tanpa berpamitan. Sebab dalam pandangan Abhimana, apabila Meera berpamitan dan dilihat oleh Ferdina — jiwa semangat gadis itu akan hilang sekejap dengan mendengar desas-desus buruk lagi.

Dan siapa yang menyangka? Oh astaga … apa-apaan ini? Baru saja membuka pintu. Setelah Meera pergi sekitar lima belas menit, di depan matanya sekarang tersedia sarapan. Ya sarapan … ini tidak mengherankan, ini wajar. Sebab sudah menjadi tugas pelayan. Tetapi! Ah, bisa gila … dia pikir sekarang zaman apa? Dia pikir boleh menulis hal-hal kayak gini buat Tuannya?

Abhimana mengangkat salah satu tangan. Ia menutup sebagian wajah. Ah, sial. Mengapa ia menjadi malu hanya dengan membaca secarik kertas ini? Bisa gila — tidak, ia sudah gila. Ya, sudah gila …

Terima kasih atas segala kebaikan Anda, Tuan. Saya harap Anda mendapatkan kebaikan itu kembali. Aamiin.

Sarapan untuk Anda. Saya siapkan sebelum meninggalkan Villa. Saya belajar dengan keras untuk membuat makanan ini. Semoga Tuan menyukainya.

  — Meera.

Sial.

Abhimana membuang muka. Perlahan matanya mencoba menatap sandwich yang disiapkan itu. Di sana — ia berpikir, belajar dengan keras? Emangnya selama ini kalau ada sandwich di meja makan bukan dia yang buat?

Perlahan mulutnya terbuka, satu gigitan ia rasakan. Hm, lumayan. Kayak sandwich biasanya. Abhimana spontan menggeleng demi menyadarkan diri. Sebab cermin di depan menangkap dirinya yang tersenyum tipis setelah mencoba makanan yang tidak seberapa ini.

Sadar, Bodoh! Ini balasan dari izin yang gue kasih ke dia. Bukan semata-mata di buat, demi gue sendiri.

Memasuki siang, sore hingga malam. Bahkan saat ia menonton live streaming olahraga favoritnya — motorsport F1, tetap saja pikiran ini terbelah. Ia juga memikirkan Meera. Astaga, Bhi! Berhenti. Lo kudu berhenti! Jangan kelihatan suka banget, kocak!

Driver favoritnya naik podium. Ya, sekarang apa? Kesenangan ini berkali lipat. Debaran jantungnya pun tidak kunjung reda. Sudah gila! Abhimana spontan berdiri, ia mengacak-acak rambut dan berjalan keluar dari kamar. Saat turun ke bawah, ia melihat sekeliling sepi dan sunyi. Namun beberapa langkah kaki berjalan, samar telinga mendengar ada seseorang yang bicara.

Jam segini siapa yang begadang?

Mata Abhimana menangkap 2 pria paruh baya. Mereka …

“Eh? Tuan?”

Kedua pria itu berdiri. Terkejut, tentu saja.

“Loh?”

“A-nu nggak papa, Pak. Santai aja,” ucap Abhimana cepat. Saat ia baru menyadari ternyata itu adalah Pak Said dan Pak Lin yang juga menonton siaran langsung F1. “Saya cuma lihat siapa yang masih bangun malam-malam gini.”

“Ini Tuan lagi nobar,” jawab Pak Lin yang logatnya lebih terdengar medok dibandingkan Pak Said.

Abhimana mengangguk. “Sama, Pak. Saya juga baru beres nonton. Verstappen winner, Pak.”

“Terlalu jago, Tuan. 2023 tahunnya dia tuh,” balas Pak Lin.

Abhimana hanya menanggapi dengan senyum tipis. Lalu izin untuk kembali masuk ke dalam. Dan entah apa yang berada dipikiran, kakinya bukan melangkah pada kamar sendiri melainkan pada kamar pelayan — yaitu, kamar Meera. Sebelum menyentuh ganggang pintu, Abhimana mengambil kunci cadangan, dan gila … bagaimana mungkin ia berani masuk seperti ini?

Kamar dia …

Di bagian kiri tersusun buku-buku, sedikit kesamping ada laptop di meja dengan berbagai kertas kecil yang dibentuk-bentuk. Entahlah, origami mungkin? Kesamping lagi, tepat disebelah lemari ada gantungan yang disana terdapat satu set mukena, serta beberapa baju panjang yang sering digunakan Meera.

Ya, Abhimana baru menyadari. Gadis itu, tidak pernah menggunakan celana — maksudnya ya celana panjang! Meera hanya sering menggunakan dress yang bahkan tidak pernah di atas lutut atau tiga perempat pun tak pernah. Selalu di atas mata kaki, atau jika tidak pasti menyapu lantai. Ah … selera gadis itu … cukup buruk. Maksudnya seperti … why? Di segala fashion yang ada. Mengapa harus baju yang agak norak seperti itu? Ya meskipun warnanya normal dan netral. Tetap saja, agak norak!

Belum lagi, rambut Meera saat sedang diluar jam kerja selalu dikepang. Yash! Double noraknya. Kelihatan … ya, agak kampungan. Meski dia orang kampung, tapikan — Ya Tuhan ia tidak berniat menghina … hanya saja — dia terlalu cantik untuk berpenampilan begitu.

Menyadari kata batinnya yang memuji Meera, Abhimana langsung mengibas tangan. Gila! Lagi … matanya berbalik melihat ranjang yang seukuran tidur satu orang dengan penutup soft pink. Di samping itu ada meja kecil lagi, dan ia mencoba mendekat untuk melihat apa yang tersusun.

Wah itu … beberapa mendali dan kenang-kenangan yang diperoleh Meera. Ya, tidak memungkiri Abhimana mengakui bahwa Meera adalah gadis pintar berprestasi jadi … tidak salah, kan? Jika … ia terpesona?

Norak dikit gak ngaruh.

...[TBC]...

1205 kata, Kak. Jangan lupa tekan like yaaa 🤍😭

Norak dikit gak ngaruh, yang penting pinter. Baju Meera ga norak sih menurutku, mata Abhimana aja kebanyakan disuguhi pakaian seksi, wkwk.

1
Yuyun ImroatulWahdah
semangat Meera😊
Yuyun ImroatulWahdah
wah Meera bakal jadi artis kah? penasaran 😁
सीता: bisa dibilang kak 🤏🏻😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
pelan2 mkin Deket mereka☺️
Yuyun ImroatulWahdah
ya ampun abhi ada gangguan kecemasan ternyata🥲, bocah secuek dan ceplas ceplos ini🥺

btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭

pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
सीता: ini mah ide cerita baru kak 🤏🏻🤍
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
lingga kok kayak bahagia banget nikah🤭 iyalah dapet cassia yg paham sama kewajiban seorang istri, walaupun ribet masih ada aja🤭
Yuyun ImroatulWahdah
seru ih🤭
सीता
*covernya dirubah pihak Noveltoon dengan requestku. jadi semangat nulis 🤍🤏🏻
KurniaWulanSailah
Beda....setia ...😹
Yuyun ImroatulWahdah
gak boleh ngina bhi, tapi yg ini aku setuju👍🤭
Yuyun ImroatulWahdah
ternyata aku ketinggalan banyak guys😭
सीता: ga banyak juga kak, baru beberapa chap
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
kasih tau lingga sembarangan emang mulut si abhi,


btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
सीता: nah itu, bakalan ga masuk akal kalau langsung jatuh cinta kak 😭🤏🏻
total 1 replies
Santidew
🤣🤣
Yuyun ImroatulWahdah
Nikah bhi nikah🤭
सीता: solusi biar ga ngerusuh 🤏🏻
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
jangan-jangan waktu gw bentar lagi, lebay😭
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
Yuyun ImroatulWahdah
makin ugal-ugalan tuan muda satu ini🤭,,
सीता: jalan-jalan doang kak Yun, kan dia bilang udah lama ga ke Jogja 😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
nah kan makin gila si Abhimana bhimana ini😂
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Yuyun ImroatulWahdah: iya kan🤣🤣
सीता: stop kak yun ... malu 😭😭😭
total 2 replies
Wita S
up kak
Yuyun ImroatulWahdah
gemes sendiri 🤭🥰
Yuyun ImroatulWahdah
spam Al ikhlas 😭, nah yg ini kita sama🤣
Yuyun ImroatulWahdah
keren Meera👏,,
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅
सीता: dibuat ada kak 😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!