Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Mau kemana kamu Nara?" tanya Abidzar saat melihat Kinara keluar dari dalam kamar sambil membawa Bantar dan selimut.
"Tidur di sofa bawah." jawab Kinara melewati Abidzar. Tapi tangan Abidzar menahan Kinara.
"Apa kamu mau membuat perkara lagi? Bagaimana jika tiba-tiba orang tua kita datang."ujar Abidzar membuat Kinara menghela nafas panjang dan berbalik lagi.
Kemudian dia kembali tidur di sofa. Padahal baru beberapa malam mereka tidur dalam satu ranjang. Kinara menarik selimut sampai menutupi kepalanya dan memunggungi Abidzar. Abidzar tersenyum sambil geleng kepala dengan tingkah Kinara yang sedang merajuk.
"Dasar bocah ambekan." kekeh Abidzar dan merebahkan badannya di bantal. Dia malah tersenyum sendiri saat mengingat apa yang dia lakukan dengan Kinara.
"Loh kenapa bisa jadi di atas kasur?" heran Kinara saat bangun dia tidur di samping Abidzar bahkan mereka berpelukan. Kinara sedikit mendorong tubuh suaminya.
"Berisik. Kamu sendiri yang pindah kesini. Kamu juga yang peluk-peluk."jawab Abidzar sambil membuka matanya, tersenyum miring saat melihat ekspresi heran wajah Kinara yang mengingat lagi. Apa benar yang dikatakan Abidzar.
"Perasaan aku gak pernah mengigau sampai seperti ini. Berpindah tempat sendiri." Kinara masih bingung.
"Mana ada orang ngigau sadar. Kamu duluan mandi sana." jawab Abidzar menahan tawa. Kinara masih bingung dengan kejadian dia bisa berpindah saat tidur. Sampai melupakan kalau dia sedang kesal kepada Abidzar.
"Mas, apa benar semalam aku pindah sendiri?" Kinara masih penasaran. Abidzar menahan tawa dan mengangguk.
"Sudah makanlah. Nanti kamu terlambat pergi ke kerja." ujar Abidzar saat melihat Kinara masih kebingungan.
"Aku masih penasaran Mas Bizar." jawab Kinara kemudian pamit pergi bekerja dan meraih tangan Abidzar seperti biasanya.
"Kenapa bengong pagi-pagi?" tanya Kevin.
"Apa orang ngigau ada yang sampai pindah tempat?" tanya Kinara.
"Aku dengar ada sih. Memang kenapa? Apa kamu juga ngigau dan sampai pindah tempat?" tanya Kevin penasaran. Jika belum mulai jam kerja mereka akan berbicara non formal. Kinara mengangguk.
"Aku ngigau. Tidur di sofa tau-tau ada di atas ranjang sewaktu bangun." jawban Kinara polos.
"Gak heran Bu, anak saja juga suka begitu." Bang Bopak ikut bergabung dengan mereka.
"Oh berarti benar ya. Bisa berpindah sendiri dan bukan karena ada orang yang memindahkan?" tanya Kinara. Bang Bopak mengangguk. Kemudian merek berbicara santai sambil ngopi.
"Kita ke kampung bawah. Ke rumah Pak rt dan Pak Rw dulu untuk bertemu dengan para pemilik lahan belakang."ujar Kinara saat melingkar jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul delapan. Waktunya mereka kembali bekerja.
"Lets go." jawab Kevin.
Mereka bertiga pergi menuju perkampungan yang letaknya berada di bawah proyek Villa yang sedang di bangun. Mereka menuju rumah Pak RW setempat untuk meminta izin bertemu dengan para pemilik lahan yang ada di belakang proyek Villa. Karena CEO mereka menginginkan tambahan lahan lagi.
"Assalamu'alaikum Pak Abas." sapa Kinara kepada Pak RW setempat yang memang sering bertemu dengan Kinara semenjak akan memulai proyek disini.
"Waalaikumsalam. Eh, Bu Kinara. Silahkan masuk Bu." jawab Pak Abas sopan.
"Maaf kalau kedatangan kami menganggu pagi Pak Abas." ujar Kinara saat mereka duduk di bangku yang ada di teras rumah Pak Abas yang asri. Masih banyak pepohonan disana dan juga beberpa sayuran yang di tanam.
"Ah tidak Bu Kinara. Ada apa Bu? Sepertinya ada hal yang penting sampai ibu datang ke sini?" tanya Pak Abas.
"Begini Pak, kemarin CEO kami datang ke proyek dan dia menginginkan tambahan lahan di belakang. Apa bapak bisa mempertemukan kami dengan warga yang memiliki lahan di belakang?" jawab Kinara, membuat Pak Abas mengerutkan keningnya.
"Masih bjtuh berapa banyak lagi?" karena di belakang sisa sedikit."tanya Pak Abas.
"Iya Pak, kalau bisa sisa yang sedikit itu saja. Karena setelah saya cek ke belakang juga akses untuk kesana sedikit sulit. Jadi kalau memang mau, kami akan membelinya dengan harga yang sama seperti yang kemarin." Jelas Kinara yang sudah melihat sendiri. Dan memang akses menuju tanah yang ada di belakang itu memang sedikit sulit. Apalagi ada bangunan Villa di depan. mereka sangat kesulitan untuk tiba disana.
"Baiklah kalau begitu, nanti sore saya akan kumpulkan warga yang memiliki lahan disana untuk bertemu dengan anda Bu Kinara. Semoga saja mereka mau menjualnya. Karena memang setelah di fikir akses mereka sangat sulit untuk kesana. Apalagi jika di tawarkan dengan harga yang bagus mereka pasti mau." jawab Pak Abas. Kinara mengangguk.
"Terimakasih Pak Abas, dan mohon maaf sudah membuat Anda repot. Kami permisi dulu. Nanti setelah Ashar kami kesini Pak." jawab Kinara kemudian berpamitan kepada Pak Abas.
Mereka kembali pulang untuk menuju proyek pembangunan Vila. Mereka membawa dua motor. Kinara sendiri dengan motornya sedangkan Kevin bersama dengan bang Bopak.
"Ck, mau ngapain lagi preman-preman ini." kesal Kinara menghentikan laju kendaraannya, karena mereka di hadang oleh enam orang preman kampung disana.
"Bu Kinara ngapain ke rumah Pak RW? Apa habis setoran? Atau mau beli lahan lagi?" tanya Joko ketua genk disana. Mereka sudah tau Kinara.
"Ada apa Bang Joko?" tanya Kinara.
"Butuh duit Bu, buat beli minuman." jawabnya sambil terkekeh.
"Gak ada Bang. Uang sudah di kelola oleh warga untuk kemaslahatan warga kampung. Maaf bang kami harus segera kembali ke proyek." jawab Kinara santai tapi membuat Joko emosi, apalagi dia dalam pengaruh minuman beralkohol.
"Tunggu Bu Kinara." Joko menarik baju Kinara.