Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Empty Love Syndrome
Dua bulan kemudian acara pertunangan antara Alden dan Yumna berlangsung lancar di Bandung. Langit dan keluarga kecilnya turut hadir dalam acara tersebut.
Sedangkan Romeo sengaja tak hadir di sana. Walaupun Salwa sudah mengundang kekasihnya itu untuk datang di acara pertunangan sang kakak. Romeo beralasan karena sedang ada pekerjaan di luar kota, sehingga tak bisa ikut bergabung.
"Selamat Yumna!" pekik Nanda seraya memeluk erat sahabatnya itu.
Ia begitu bahagia menyaksikan pertunangan sahabatnya itu dengan Alden yang notabene sepupu dari Charlie, mendiang suami pertamanya.
"Sama-sama Nan," jawab Yumna seraya membalas pelukan Nanda.
"Jangan lama-lama. Segera nikah setelah ini," tutur Nanda.
"Aku maunya begitu, Nan. Tapi bestiemu yang satu ini masih hobi maju-mundur kayak undur-undur. Padahal kan aku sudah tobat," sahut Alden seraya mengerucutkan bibirnya di depan Yumna.
"Sabar, Al. Maklumlah Yumna masih perlu memantapkan hatinya padamu. Kamu yakinkan Yumna bahwa cuma dia yang kamu cintai hingga maut memisahkan kalian," tutur Nanda.
"Benar kata istriku. Jodoh enggak akan lari ke mana kok," sahut Langit.
"Semoga enggak lama-lama banget. Takut karatan nih baz0okaku," ujar Alden seraya matanya melirik senjata laras panjang miliknya yang tengah bersembunyi di dalam celananya. You know what I mean.
Tiba-tiba Yumna mencubit pinggang Alden karena gemas.
"Auuchh..." jerit Alden.
"Haha... syukurin!" ledek Langit seraya tertawa terbahak-bahak melihat Alden menderita.
"Tega kamu, Yank." Alden pun merajuk.
"Habisnya kamu hobi bahas pentu_ngan jumbomu itu enggak kelar-kelar. Dari zaman ayam belum bertelur sampai telurnya netas jadi ayam, tetap saja yang dibahas itu lagi-itu lagi!" desis Yumna.
Ia pun menatap Alden secara tajam bagai sinar laser yang rasanya ingin mengobrak-abrik tubuh calon suaminya itu.
"Maaf..." ucap Alden.
"Hem,"
☘️☘️
Beberapa bulan setelah bertunangan, hubungan Yumna dan Alden tengah mengalami 'empty love syndrome' atau cinta kosong yakni kondisi ketika perasaan cinta dalam sebuah hubungan mulai memudar dan terasa hampa.
Alden terus menanti jawaban dari Yumna perihal kapan mereka akan menikah. Sebab, Yumna hingga detik ini belum memberikan kepastian acara pernikahan mereka.
Apakah dilaksanakan tahun ini, tahun depan atau berapa tahun lagi ?
Ketika Alden tengah serius membina sebuah rumah tangga untuk masa depan bersama, Yumna justru meragu. Bukan meragukan keseriusan Alden, tapi meragukan dirinya sendiri.
Alden pun hanya bisa pasrah dan setia menanti Yumna. Sebab, ia sudah kepalang jatuh cinta pada sahabat Nanda tersebut. Walaupun godaan yang menerpa Alden pastilah banyak.
Wajahnya begitu tampan, berkantong tebal, lingkungan kerjanya serta pertemanan bule mantan playboy itu pun banyak dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang siap menemaninya. Baik menjadi pacar atau hanya sekedar have fun semalam terutama perihal memuaskan baz0oka miliknya yang sudah lama hibernasi dari dunia mandi keringat di atas ranjang.
Bahkan demi menjaga perasaan Yumna serta cintanya pada wanita itu, Alden tidak lagi menginjakkan kakinya ke klub malam kecuali untuk urusan bertemu klien bisnisnya saja.
Saat ini Yumna tengah berada di Bandung. Kebetulan hari ini adalah peringatan kematian ayahnya. Bu Ratih, Yumna dan Salwa berziarah ke makam Pak Latif. Setelah selesai, mereka semua kembali pulang ke rumah. Kini mereka bertiga tengah duduk di ruang tamu.
"Mbak jadinya kapan nikah sama bule kantong kering itu?" cecar Salwa.
"Salwa!" tegur Bu Ratih.
"Habisnya Mbak Yumna sudah bertunangan, tapi kok enggak segera menikah juga. Kan calonnya sudah ada," sindir Salwa.
"Jangan urusi pernikahanku sama Alden. Kamu cari kerja sana. Jangan jadi pengangguran terus!" balas Yumna.
"Aku kan enggak pernah minta uang ke Mbak Yumna. Kok pera_wan tua mendadak sensi. Lagi hamil muda ya," ledek Salwa.
"SALWA !!" pekik Yumna seketika berdiri dan tangan kanannya sudah naik ke atas hendak menampar Salwa.
"Apa? Mau tampar aku? TAMPAR!" teriak Salwa seraya memberikan wajahnya tepat di bagian pipi pada Yumna. "Buruan tampar!" tantang Salwa.
Yumna berusaha menahan tangannya untuk tidak melanjutkan. Perlahan ia menarik napasnya sejenak lalu memukul mundur emosinya pada Salwa.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar. Enggak enak didengerin tetangga kalau kita ribut-ribut. Ini di kampung bukan di hutan," ucap Bu Ratih seraya berusaha melerai keduanya.
"Jaga mulutmu! Jika tidak bisa berbicara baik, lebih bijak diam. Paham kamu!" seru Yumna seraya memberi peringatan pada Salwa.
"Mbak Yumna juga jangan PHP. Sudah janji mau nikah, tapi cuma tunangan doang. Sama saja bohong! Bikin acaraku sama Kak Romeo ambura*dul!" desis Salwa tak terima.
"Yang dikatakan Salwa ada benarnya juga, Yum. Kamu sama Alden segeralah menikah. Pamali jarak tunangan sama pernikahan terlalu jauh. Nanti kalau calon suamimu dig0ndol cewek lain, gimana coba?" tutur Bu Ratih.
"Ya, balik kucing jadi pera_wan tua yang nyusahin," sindir Salwa.
"Kamu juga pengangguran nyusahin keluarga. Dikira aku enggak tahu apa kalau kamu sering minta uang ke ibu. Kamu pikir uang ibu dari siapa?"
"Oh, jadi Mbak Yumna sekarang mode itung-itungan. Gak ikhlas kasih uang ke orang tua apalagi ibu kandungmu sendiri yang sudah melahirkan Mbak," Salwa semakin memojokkan Yumna.
"Kalau aku enggak ikhlas kasih uang ke ibu, sudah dari dulu ku lakukan. Mbak selalu ikhlas apapun untuk ibu. Tapi, uang itu ujungnya masuk ke kantongmu kan. Foya-foya enggak jelas. Bukan ibu yang menikmati, tapi kamu!" desis Yumna seraya pergi dari ruang tamu meninggalkan ibunya dan Salwa. Yumna lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Kepalanya saat ini sungguh terasa pening.
"Dasar pera_wan tua!" batin Salwa geram.
☘️☘️
Malang.
Acara syukuran kehamilan Nanda yang telah menginjak empat bulan diadakan di rumah orang tua Langit. Alden dan Yumna turut hadir di acara bahagia sahabat mereka tersebut.
Saat ini keduanya tengah duduk di area pojokan yang kebetulan sepi tamu berlalu-lalang. Keduanya tengah sibuk memandang penuh senyum kebahagiaan Langit dan Nanda bersama Elang serta Ara dari kejauhan dari kejauhan.
"Apa kamu enggak pengin kayak Nanda? Hamil anak kita," ucap Alden yang membuka obrolan dengan Yumna.
"Semua wanita pasti mau lah menikah lalu hamil dan punya anak. Kamu masih sabar kan nunggu aku?" tanya Yumna.
"Sabar kok, Yank. Tapi, usiaku dan usiamu kan juga nambah terus tiap tahun. Aku pengin nanti bisa ajak anak-anak jalan bareng, tapi mereka enggak malu sama kita. Soalnya orang tua mereka enggak tua banget gitu. Jadi enak ngelihatnya dan pasti seru," ucap Alden sambil membayangkan apa yang ia inginkan tersebut. Ia pun tersenyum sumringah di depan Yumna.
"Kenapa sekarang kamu berubah pikiran soal anak? Bukankah dulu kamu belum pengin cepat punya anak setelah kita menikah,"
"Beberapa bulan ini aku terus berpikir dan merenung. Mungkin aku salah dalam berucap soal pending punya anak, sehingga kamu meragukan cintaku dan juga diriku. Yang pada akhirnya hingga detik ini kamu belum memberikan jawaban kapan kita nikah," jawab Alden.
"Sekarang aku akan mengikuti semua kemauanmu. Soal anak tidak akan aku tunda-tunda lagi. Apapun yang kamu minta, aku turutin." Alden berucap serius pada calon istrinya itu.
Yumna semakin merasa bersalah mendengar penuturan Alden barusan. Terlebih lelaki ini berbicara serius padanya dengan nada yang terdengar sendu. Hati Yumna bagai diiris sembilu. Perih.
Rasanya ingin sekali menumpahkan segala yang ada di dalam hatinya pada Alden. Namun apa daya rasa ketakutan dan keraguan masih mendominasinya. Alhasil mulutnya masih terkunci rapat hingga detik ini.
"Maafkan aku jika masih meragu untuk kita menikah. Semoga kamu mengerti ketakutanku dan tetap setia padaku," batin Yumna.
Bersambung...
🍁🍁🍁
lanjut