Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman penuh arti
"Duduk, Lis." Ucap Mentari setelah kepergian Alex.
"Terima kasih sahabat gue yang baik hati." Seru Lisa sambil mendudukkan tubuhnya di atas sofa. "Lo beruntung banget sih dapetin Alex, udah ganteng, baik lagi dan tentunya sangat SETIA." Lisa menekankan kata setia di akhir kalimatnya.
"Lo sengaja menekankan kata setia, karena lo adalah selingkuhannya bukan?" Batin Mentari sambil menatap sahabat sekaligus selingkuhan suaminya. "Hmm semoga tunangan lo juga sebaik dan se SETIA mas Alex ya, Lis." Ucap Mentari dengan tenang seperti tidak terjadi sesuatu. "Gue ikutin permainan kalian berdua." Ucapnya dalam hati.
"Hmm pastinya. Tunangana gue itu setia banget, Ri. Dia itu baik banget sama gue, bahkan dia selalu mencukupi kebutuhan gue dan dia juga snagat mencintai gue." Jawab Lisa berbohong karena sebenarnya tunangannya itu tidak memiliki rasa cinta sedikitpun terhadap dirinya. Bahkan pertunangan mereka di lakukan atas permintaan calon mertuanya yang sakit-sakitan dan tentunya atas desakkan kedua orangtua Lisa yang notebanenya adalah sahabat dari ibu tunangannya.
"Hah cinta? Bahkan dia sama sekali tidak tertarik sama gue, yang dia pikirin hanya lo Mentari, hanya lo. Benar-benar bikin gue muak. Jika bukan karena ibunya yang sakit-sakitan dan memaksanya untuk bertunangan sama gue, mungkin sampai kapan pun gue tidak akan pernah bisa menjadi tunangannya." Batin Lisa sambil mengepalkan satu tangannya.
Mentari tersenyum manis, sekilas ia menatap Lisa dengan dingin, lalu tatapan matanya kembali seperti biasanya, jernih tidak menandakan bahwa dirinya menyimpan sebuah amarah dan juga dendam kepada sahabatnya itu. "Baguslah. Bagaimana rasanya mantap-mantapan sama tunangan, lo? Apakah sangat nikmat?" Tanya Mentari dengan tiba-tiba.
"Jangan di bahas, Tar. Gwmue jadi malu." Jawab Lisa dengan wajah memerah seperti tomat membuat Mentari muak dan ingin mencakarnya saat itu juga.
Mentari kembali tersenyum dengan sangat manis, ia mulai melipat kedua tangannya di dada lalu berkata. "Masih punya rasa malu juga? Padahal tadi waktu di telpon lo semangat banget ngasih tahu gue."
"Lo mau tahu?"Lisa menatap Mentari penuh selidik, Mentari hanya mengangguk menanti jawaban musuh dalam selimutnya itu. "Rasanya luar biasa nikmat. Bahkan gue ingin mengulanginya lagi hingga berkali-kali." Ucapnya membuat Mentari tersenyum penuh arti. Meskpun hatinya terasa sakit, namun ia tetap menampilkan raut wajah seperti biasanya karena ia memiliki sebuah rencana untuk membalas pengkhianatan suami dan sahabatnya itu.
"Wah, sehebat itukah dia? Lalu kapan kalian menikah?" Tanya Mentari masih dengan nada yang sama.
"Emh... Mungkin bulan depan kita menikah, Tar. Lo harus datang, ya." Ucap Lisa antusias.
"Sebahagia itu lo menikah sama tunangan, lo?" Tanya Mentari membuat Lisa mengerutkan keningnya bingung karena tidak biasanya Mentari bertanya seperti itu.
"Ya. Tentu saja, Tar. Lo tahu kalau gue itu sayang dan cinta banget sama tunangan gw. Masa iya gw gak bahagia sih. Ngaco aja pertanyaan, lo."
Mentari tertawa pelan, ia merasa sangat lucu dengan apa yang di ucapkan oleh sahabatnya barusan. "Baguslah, kalau lo bahagia. Semoga nanti pernikahan lo langgeng ya, Sa." Ucap Mentari yang mendapat anggukkan kepala dari Mentari. "Kalau cinta dan sayang sama tunangan lo, lalu untuk apa lo berselingkuh dengan suami gue, Lisa? Sebenarnya apa yang ada dalam otak, lo?" Batin Mentari bertanya-tanya.
"Ekhmmm... Kalian sedang ngobrolin apa kok seru banget sih?" Tanya Alex sambil menjatuhkan tubuhnya di samping sang istri.
"Pernikahan Lisa, mas." Jawab Mentari sambil melirik sekilas suaminya.
"Iya, Al. Kita sedang membahas pernikahan aku dan tunanganku." Ucap Lisa membenarkan ucapan Mentari.
"Oh, iya. Kapan kalian nikah?"Tanya Alex sambil menatap Lisa penuh arti.
"Mereka akan menikah bulan depan, mas." Ucap Mentari acuh tak acuh.
"Iya benar kata Mentari, kita akan menikah bulan depan, Al."
"Oh semoga kalian bahagia ya." Ucap Alex lalu menatap istrinya. "Sayang, kita istirahat dulu, yu." Ajaknya lembut sambil membelai wajah cantik sang istri.
"Mmm ok. Lisa, gue istirahat dulu, ya. Lo kalau mau tidur tinggal pilih saja kamarnya yang mana, ok." Ucap Mentari yang mendapat anggukkan kepala dari Lisa.
Mentari dan juga Alex langsung bergegas melangkahkan kedua kakinya menuju anak tangga, meninggalkan Lisa sendirian.
Setelah kepergian suami istri itu, Lisa pun meraih ponselnya, ia segera menghubungi tunangannya, namun sayangnya panggilannya tidak di jawab sama sekali membuat Lisa menggeram penuh amarah.
"Sialan. Setiap gue telpon pasti tidak pernah di angkat." Dengus Lisa sambil menaruh ponselnya kembali. "Tapi tidak apa-apa, lagian Alex juga sudah cukup untuk muaskan nafsu gue selama ini. Lagian Mentari juga gak bakalan tahu kan kalau Alex selingkuh sama gue?" Batin Lisa di iringi dengan seringai liciknya.
"Mentari, Mentari. Gue pastikan hidup lo hancur, gue pastikan Alex ninggalin lo demi gw. Dengan begitu dendam gue terbalaskan." Lisa kembali membatin dengan tangan terkepal kuat menahan amarah yang selama ini ia pendam.
Bersambung.