NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Kilas Balik Ringa

Aku merasakan kehilangan yang begitu dalam setelah dipisahkan dari Abang Ryu. Semua terasa hampa dan sepi. Setiap hari seperti dipenuhi oleh bayangan-bayangan kenangan yang dulu kami bagi bersama. Aku tidak tahu harus berbuat apa atau bagaimana melanjutkan hidup tanpa dirinya di sisiku.

“Aku merasa kehilangan banget, Ma,” kataku suatu malam kepada ibuku saat kami sedang duduk di ruang tamu. “Kenapa kalian memisahkan kami?”

Ibu terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Ringa, ini demi kebaikanmu. Kami hanya ingin melindungimu.”

“Melindungi dari apa, Ma? Aku tidak merasa terancam sama sekali,” aku membalas dengan nada frustrasi.

“Kamu masih muda, Ringa. Ada banyak hal yang belum kamu mengerti,” jawabnya dengan lembut tapi tegas.

Aku memutuskan untuk mulai menulis diari, mencurahkan semua perasaan yang berkecamuk di dalam hati ini. Diari ini menjadi teman setiaku, yang selalu mendengarkan tanpa menghakimi, selalu ada saat aku membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah. Setiap kali aku menulis, seolah beban di hati ini sedikit berkurang, meski hanya untuk sementara.

"Hari ini aku merindukan Abang Ryu lebih dari biasanya. Kenangan-kenangan tentangnya terus berputar di kepalaku, membuatku sulit untuk berkonsentrasi pada apa pun..."

Aku sering bertanya-tanya mengapa orang tuaku begitu keras melarang hubungan kami. Mereka tidak pernah memberikan penjelasan yang memuaskan. Setiap kali aku bertanya, mereka hanya bilang, "Ini demi kebaikanmu, Ringa." Tapi bagaimana bisa kehilangan seseorang yang begitu penting bagi hidupku dianggap sebagai sesuatu yang baik?

“Ayah, kenapa aku tidak boleh bertemu lagi dengan Abang Ryu?” tanyaku suatu hari kepada Ayah saat kami sedang duduk di meja makan.

Ayah meletakkan buku yang sedang dibacanya dan menatapku dengan serius. “Ringa, kita sudah membahas ini sebelumnya. Ini demi kebaikanmu.”

“Tapi apa alasannya? Apa yang salah dengan Abang Ryu?” desakku, berharap mendapatkan jawaban yang lebih jelas.

“Ini bukan tentang dia, ini tentang kamu dan masa depanmu,” kata Ayah singkat sebelum kembali ke korannya.

Aku mulai mencari jawaban dari berbagai sumber. Aku membaca buku-buku tentang hubungan dan perasaan, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberiku pemahaman. Internet juga menjadi tempatku mencari informasi, meskipun terkadang jawabannya malah membuatku semakin bingung.

Tidak hanya itu, aku juga sering mendengarkan cerita-cerita dari teman-temanku. Mereka menceritakan pengalaman mereka sendiri tentang cinta dan kehilangan. Meski cerita mereka tidak selalu sama dengan apa yang aku alami, setidaknya aku merasa tidak sendirian. Aku tahu bahwa banyak orang di luar sana yang juga pernah merasakan patah hati, dan mereka semua berhasil melaluinya.

Namun, diari tetap menjadi tempat paling aman untukku. Di sana, aku bisa menulis apa saja tanpa takut dihakimi. Setiap lembaran kertas diari itu menjadi saksi bisu dari perjalanan emosiku. Aku menulis tentang betapa aku merindukan Abang Ryu, tentang mimpi-mimpi yang sering menghantui tidurku, dan tentang harapan-harapan kecil yang masih tersisa di dalam hati.

Waktu berlalu, hari demi hari, bulan demi bulan. Aku tidak bisa mengatakan bahwa rasa sakit itu hilang, tapi setidaknya aku mulai belajar untuk hidup dengan perasaan itu. Diari ini menjadi teman setiaku, membantu aku memahami dan mengatasi kesedihan yang kurasakan. Dan meski rasa kehilangan itu masih ada, aku mulai melihat secercah harapan di ujung jalan.

Melalui tulisan-tulisan di dalam diari, aku menemukan bahwa perasaan ini, meski begitu menyakitkan, adalah bagian dari diriku. Mereka membentuk siapa aku saat ini dan siapa aku nanti. Aku belajar bahwa meski kehilangan itu menyakitkan, ia juga bisa menjadi kekuatan. Dan diari ini, dengan semua cerita yang ada di dalamnya, menjadi saksi dari perjalananku untuk menemukan jati diri.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai membuka diri pada dunia di luar sana. Aku tahu aku tidak bisa terus-terusan terjebak dalam kesedihan dan kehilangan. Teman-temanku di sekolah mulai mengajak aku untuk bergaul, untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Awalnya, aku merasa canggung, tapi aku tahu aku harus mencoba.

Salah satu teman terdekatku, Lina, mengajakku bergabung dengan klub seni di sekolah. "Coba ikut, Ringa. Siapa tahu kamu suka," katanya dengan senyum yang selalu bisa membuat hati sedikit lebih ringan. Aku memutuskan untuk mencobanya, meski sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan kemampuan seniku.

Di klub seni, aku menemukan dunia baru. Dunia yang penuh dengan warna, bentuk, dan ekspresi. Aku mulai belajar menggambar dan melukis, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Di setiap goresan kuas dan pensil, aku menemukan cara baru untuk mengekspresikan diriku. Semua perasaan yang selama ini terpendam, perlahan-lahan tertuang di atas kanvas dan kertas.

Teman-teman di klub seni juga sangat mendukung. Mereka tidak pernah menghakimi karyaku, meski aku merasa hasilnya belum sempurna. Mereka selalu memberikan semangat dan dorongan untuk terus mencoba dan belajar. Melalui seni, aku menemukan tempat yang aman untuk menyembuhkan luka hatiku.

Lina menjadi sahabat yang paling dekat denganku selama proses ini. Dia selalu ada untuk mendengarkan, memberikan saran, dan terkadang hanya untuk tertawa bersama. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar klub seni, berbicara tentang banyak hal, mulai dari impian hingga perasaan-perasaan yang sulit dijelaskan.

Melalui seni, aku belajar bahwa ada banyak cara untuk menyembuhkan diri. Tidak hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan gambar, warna, dan bentuk. Seni menjadi terapi yang membantuku melihat keindahan di tengah kesedihan. Aku mulai merasa sedikit lebih ringan, sedikit lebih bebas.

Setiap kali aku melihat hasil karyaku, aku merasa bangga. Bukan hanya karena keindahannya, tapi karena setiap karya itu adalah bagian dari perjalananku. Mereka adalah bukti bahwa aku bisa melewati masa-masa sulit dan menemukan kekuatan di dalam diri.

Liburan sekolah tiba, dan aku berkesempatan untuk pergi ke kota Abang Ryu. Awalnya, aku ragu untuk ikut. Tapi setelah berbicara dengan Lina, Lina menyarankanku untuk menemui Abang Ryu, hanya untuk sedikit mengobati rindu di hatiku.

"Ringa, kamu harus pergi," kata Lina. "Ini bisa jadi kesempatanmu untuk menutup bab lama dan memulai yang baru. Lagipula, kamu pasti masih merindukan Abang Ryu, kan?"

Aku mengangguk pelan. "Iya, Lina. Mungkin kamu benar. Aku akan pergi dan melihat bagaimana keadaan Abang Ryu sekarang."

Dengan perasaan campur aduk antara gugup dan bersemangat, aku berangkat ke kota tempat Abang Ryu tinggal. Kota kecil yang penuh kenangan itu selalu terasa istimewa bagiku. Aku teringat saat-saat indah yang kami habiskan bersama di sana, menjelajahi sudut-sudut kota, dan menikmati kebersamaan kami.

Setibanya di sana, aku memutuskan langsung ke kebun apel miliknya. Kebun itu adalah tempat yang dulu sering kami kunjungi bersama, tempat di mana kami berbagi banyak tawa dan cerita.

Dengan langkah mantap, aku menuju kebun apel itu. Aku merasa sedikit gugup, tapi juga bersemangat untuk bertemu lagi dengan Abang Ryu. Setibanya di kebun, aku melihat seseorang di kejauhan. Itu dia, Abang Ryu, sedang sibuk bekerja. Tapi aku juga melihat seorang wanita bersama dia. Mereka terlihat akrab dan bahagia.

Siapa wanita itu?

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!