Seorang wanita cantik membawa setangkai bunga mawar merah. Sepulang dari bekerja menyempatkan diri untuk membeli bunga, sebagai hiasan di kamarnya.
Namun, melihat seorang pria selesai membelikan bunga dan masuk kedalam mobil.
Bunga di tangannya itu, langsung jatuh ke aspal dan di tabrak orang-orang lewat. calon suaminya itu, tengah bersama dengan seorang wanita yang dikenalnya.
Bunga yang sudah hancur, seperti hatinya saat ini.Akan tetapi,dia mengambil bunga sudah tidak layak lagi. Langkah kakinya terus berjalan menempuh hujan, bercampur dengan air matanya.
Mampukah melupakan semuanya itu? Apakah dia bisa menyimpan semuanya, menganggap tidak melihat apapun?Yuk kepoin ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.11
Beberapa hari kemudian, Mawar sudah beraktivitas seperti biasanya.Menjalani harinya penuh dengan kedamaian, tidak ada yang mengusiknya lagi.
Deg!
Mawar, terkejut melihat seseorang menunggunya di halaman Wajahnya langsung berubah masam,ketika di berikan sebuket bunga mawar.
"Mawar, aku benar-benar minta maaf.Izinkan aku memperbaiki semuanya, kembalilah padaku lagi. Mawar, maukah kamu menjadi istriku?". Romi, langsung berlutut dihadapan dan mengeluarkan cincin yang berbeda dari dulu.
Deg!
Apa yang harus aku lakukan? Jujur aku sangat menginginkan momen ini, tapi mengingat pengkhianat itu. Haruskah aku memberikan kesempatan kepadanya lagi? Haruskah?.Batin Mawar, menyeka air matanya."Rom,beri aku waktu untuk memikirkannya".
"Satu minggu, bagaimana? Aku janji kepadamu Mawar, seminggu akan datang kita menikah. Aku tidak bisa kehilangan mu ini,maaf atas khilaf ku kemarin. Aku tidak melakukan apapun dengan Sinta, sekedar pegangan tangan, peluk dan tidak lebih. Aku sangat mencintaimu, Mawar. Maaf,semua kesalahanku dulu". Romi, menggenggam jemari tangan Mawar.
"Baik,satu minggu cukup memikirkan tentang ini. Jujur saja,aku masih mencintaimu. Hubungan kita dulu, tidaklah sebentar dan lama sekali. Terimakasih,atas niat baikmu". Kata Mawar, tersenyum kecil.
"Oke, aku harap kamu bisa membuka pintu hatimu untuk ku lagi. Hmmmm... Bagaimana,kita makan diluar?". Romi, tersenyum manis.
"Malam jam 7, bagaimana?". Tanya Mawar, langsung di angguki mantan kekasihnya.
Romi, langsung pamit pulang dan merasa senang. Dimana Mawar,mau makan malam bersamanya. Ini adalah sesuatu yang bagus untuk mendekatkan diri.
"Tidak salahnya, bukan? Aku memberikan kesempatan lagi,tapi aku takut pengkhianat akan terulang kembali. Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku harus berhati-hati mengambil keputusan, menyelidiki semua kebenarannya. Apakah Romi, benar-benar serius dengan hubungan ini?". Gumam Mawar,pusing memikirkan masalahnya. Tangannya memegang erat buket bunga itu, ada senyuman kecil di sudut bibirnya.
**********************************************
Sepulang dari rumah Mawar, Romi merasa senang karena tidak sabar memilikinya kembali.
Deg!
Romi, terkejut melihat kedatangan Sinta dan ibunya juga. Apa lagi, tatapan ibu dan kedua kakaknya sangat berbeda.
Dimana Sinta,tengah menangis kesegukan disamping ibunya itu. Seakan-akan dirinya dalam bahaya saat ini, siap-siap mendapatkan amarah dari keluarganya.
"Ada apa ini,bu? Ke-kenapa kamu ada di sini,Sint?". Tanya Romi, sudah gugup sejak tadi.
Bu Dwi, langsung mendekati anaknya dan matanya sudah memerah manahan amarahnya itu.
Plak!
"Anak kurang ajar! Bisa-bisanya kamu berselingkuh dengan Sinta, meninggalkan Mawar sesosok wanita yang sempurna! Ibu, semakin kecewa dengan mu lagi! Dimana kamu menghamili Sinta,lalu meninggalkannya". Bu Dwi,tak kuasa menahan air matanya.
"Romi,kamu sudah mengecewakan ibu dan merusak nama baik keluarga. Bisa-bisanya kamu menghamili wanita lain,dimana letak tanggung jawab mu itu! Aku sebagai kakak tertua mu ini, benar-benar malu!". Citra, mencoba menenangkan ibunya.
"Kamu benar-benar keterlaluan, Romi!". Lala, mengepalkan tangannya dan ingin menampar juga.
"Ibu, sangat malu mempunyai anak seperti mu! Ibu, selalu berusaha mendidik mu baik-baik dan berharap tidak membuat kesalahan besar. Nyata apa? Kamu tega melakukan ini,Romi!". Teriak bu Dwi, merasakan dadanya terasa sesak.
"Romi, kamu harus bertanggungjawab atas anak ini. Kamu sudah merenggut mahkota ku,jangan lupa hal itu!". Kata Sinta,penuh dengan deraian air mata.
"Sebagai ibunya Sinta,aku ingin kalian secepatnya menikah". Kata bi Leha, menatap tajam ke arah Romi.
"Sinta,mana mungkin kamu hamil? Kita hanya melakukannya sekali, iyakan?". Romi, menggeleng kepalanya.
Plak!
Romi, baru sadar dan keceplosan tadi. "Ibu,aku minta maaf atas kesalahan ku ini.Aku salah,aku benar-benar bersalah. Ibu, jangan membenci ku. Jangan marah kepadaku,bu. Apapun akan aku lakukan, asalkan mendapatkan kata maaf". Bersimpuh di hadapan ibunya.
Aaarghhh... Sudah pasti Mawar,semakin kecewa dengan ku. Padahal aku berjanji kepada-nya untuk menikahi,tapi malah mendapatkan masalah sebesar ini.Batin Romi, terus-menerus memohon kepada ibunya sambil menangis.
"Ibu, menginginkan kamu menikahi Sinta secepatnya. Lakukan seperti biasa,agar orang-orang tidak mengetahui kehamilannya itu. Apa kata orang lain,jika ibu memiliki menantu hamil duluan?". Bu Dwi, terpaksa harus merestui hubungan mereka.
Bi Leha dan Sinta tersenyum karena ada sosok yang menafkahi nanti. Tidak perlu repot-repot memikirkan keperluan sehari-hari, Romi pasti menjaminkan kebutuhan mereka.
"Baik,besok kami datang untuk melamar Sinta dan menyerahkan seserahan. Selang tiga hari, pernikahan akan dilaksanakan". Kata bu Dwi, berusaha untuk tenang.
"Baik,kami menunggu kedatangan kalian. Kami tidak meminta mahar terlalu tinggi, asalkan jangan merendahkan harga diri anakku. Bu Dwi, pasti paham maksudnya". Tegas bi Leha, langsung di angguki calon besannya itu.
Selesai semuanya,bi Leha dan anaknya pamit pulang. Merasa lega juga, tidak meminta mahar tinggi-tinggi. Semua itu,ide dari mereka agar pernikahan berjalan dengan lancar.
"Bu, pasti Mawar sangat marah kepadaku ini. Aku sudah mengatakan semuanya,dimana aku ingin menikahinya". Romi, menundukkan kepalanya.
"Romi! Kamu benar-benar,yah! Bisa-bisanya kamu selingkuh dengan Sinta, sepupunya Mawar langsung! Mata kamu memang buta Romi,hanya menambah beban!". Teriak bu Dwi, memijit kepalanya yang nyut-nyutan.
"Romi, Romi,aku sebagai kakakmu bingung. Bisa-bisanya kamu menjalin hubungan kelewatan batas, dengan Mawar tidak sampai seperti ini. Apa lagi,kalian sudah menjalin hubungan cukup lama". Citra,mengusap wajahnya.
"Kak, Mawar wanita baik dan bisa membatasi diri. Sedangkan Sinta, mungkin tipe wanita yang agresif suka menggoda lelaki. Aku yakin sekali, Sinta sengaja menjerat Romi agar kehidupannya enak. Beda sekali dengan Mawar, sudah memiliki segala-galanya dan tidak masalah kehilangan dia". Lala,mengejek adiknya.
"Setelah menikah nanti,ibu menginginkan Sinta tinggal di sini. Tapi, ibu dan adiknya jangan ikutan! Ibu, ingin memberikan pelajaran kepada wanita itu! Romi,kamu harus menuruti perkataan ibu!". Pinta Dwi, berharap Sinta tidak tahan dengan anaknya.
"Bu, aku sama sekali tidak menginginkan Sinta. Aku setuju dengan ibu, semoga dia tidak betah menjadi istri ku. Bu, tolong jelaskan baik-baik kepada Mawar. Aku tidak mau Mawar, meninggalkan ku dan benci juga. Mawar, pasti memahami keadaan ku ini. Tapi,ibu yang menjelaskan semuanya dan berbicara pelan-pelan". Romi, memohon kepada ibunya.
"Baik,akan ibu usahakan berbicara dengan Mawar". Bu Dwi, menatap wajah anaknya.
"Tenang saja, Sinta gak bakalan betah lama-lama di rumah ini. Pasti dia sendiri yang pergi,aku juga tidak mau memiliki adik ipar seperti itu". Kata Lala, tersenyum kecil.
"Aku setuju,kak. Menyerahkan Sinta, kepada kalian semua. Setelah anak itu lahir, secepatnya mengurus surat perceraian". Kata Romi, lebih cepat lebih baik karena takut Mawar di miliki seseorang.
