NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah pertama

Meta berusaha menenangkan diri meski sempat terkejut karena kedatangan sang mertua yang tiba-tiba.

"Mamah kenapa ngga ngabarin kalau mau dateng, kan Meta bisa nyiapin makanan favorit mamah. Mamah udah sarapan?"

Lauren, ibu mertuanya, terkekeh. "Mamah udah sarapan kok sayang, mamah dari kemarin telepon kamu tapi ngga aktif, tanya Dipta katanya kamu lagi sibuk kerja."

"Kamu kerja?"

"Eh iya mah, pekerja lepas aja, bantuin teman buat desain baju."

"Kenapa ngga kerja di perusahaan papihmu aja?"

"Ah belum minat mah. Mamah bawa apa ini?"

"Sampai lupa. Ini mamah di bawain oleh-oleh sama teman mamah dari China. Katanya buat stamina dan kesuburan. Nih di minum jangan sampai lupa ya."

Wajah Meta berubah sendu, bagaimana bisa dia hamil kalau sang suami tak mau menyentuhnya. Lagi pula Meta sudah tak mau berharap lagi pada nasib rumah tangganya.

Bukan Meta yang di inginkan mengandung anaknya Dipta mah, andai mamah tau.

"Kenapa Met, apa kamu tersinggung? Maafkan mamah, mamah ngga bermaksud—"

"Ah ngga kok mah, makasih ya mah."

Dipta yang melihat sikap keduanya mendadak sedih. Entah bagaimana perasaan sang ibu jika mengetahui kalau mereka berencana berpisah.

Dipta tahu sang ibu sangat menyayangi Meta. Itulah dulu yang membuatnya mengalah dan menerima permintaan sang ibu untuk menikahi Meta.

Namun perasaan tak bisa di paksakan. Berapa keras dia mencoba membuka hati untuk Meta tapi tak pernah bisa, Dipta selalu menganggap Meta adalah adik kecilnya, yang ada dia justru selalu merasa bersalah pada Jelita, karena merasa telah mengkhianati gadis itu.

"Kamu ngga kerja Dip?"

"Iya Mah, kalau gitu Dipta berangkat dulu ya—"

"Jangan pulang malam ya Dip, mamah mau ajak kalian ke restoran milik anak teman mamah. Makanannya enak-enak di sana."

"Siap mah, kalau gitu Dipta berangkat dulu."

"Mas berangkat ya sayang, love you," tiba-tiba Dipta mengecup pipi Meta. Membuat sang istri syok dan membeku.

Dipta terkekeh dan berlalu dari sana. Sedangkan Meta yang di perlakukan hal itu bukannya senang, justru malah merasa semakin terluka.

Entah mungkin Dipta bermaksud menyenangkan sang ibu atau bagaimana, tapi Meta membenci hal itu.

Sepeninggal Dipta, Meta dan Lauren duduk bersama di teras belakang rumah.

Lauren merasa Meta tak seceria biasanya. "Mamih kamu lama di Singapur Met?"

"Katanya sih minggu ini pulang Mah. Kenapa?"

"Mamah kangen sama mamihmu. Bolehkan mamah menginap di sini?"

"Mah, rumah ini selalu terbuka untuk mamah, kenapa harus izin. Aku akan temani mamah kemana pun."

"Terima kasih mau bersabar sama Dipta ya Met. Jangan menyerah. Mamah yakin dia hanya bingung sekarang," ucap Lauren tiba-tiba dan beranjak berdiri.

Meta menatap sang mertua bingung.

Apa mamah tahu sesuatu mah?

"Ya udah mamah istirahat dulu ya, kaki mamah agak pegal."

Meta hanya mengangguk. Ingin bertanya maksud sang mertua tapi dia enggan. Justru Meta merasa belum siap jika ternyata mertuanya sudah tahu permasalahan mereka.

.

.

Setelah sampai di kantor, Dipta tengah berusaha menghubungi Jelita yang dia yakin pasti masih merajuk.

"Sekertaris kamu belum berangkat Dip?" tanya Dave sembari memberikan kopi pada Dipta.

"Belum masih masa pemulihan dia."

"Mukamu agak cerah hari ini, apa Meta udah bisa di hubungi?"

Mendengar nama Meta, tanpa sadar senyum Dipta merekah.

"Dia udah pulang," jawab Dipta yang tiba-tiba sendu. Dia kembali teringat ucapan Meta yang akan segera mengurus perceraian mereka.

"Loh kok kamu kelihatan sedih?"

"Ngga papa, ada mamah di rumah, tapi aku ngga bisa ngobrol sama dia soalnya aku kan harus kerja," jelasnya.

"Oh syukurlah kalau kalian udah baik-baik aja. Jaga Meta Dip, kamu ngga akan tahu apa yang akan terjadi setelah kehilangan, biasanya penyesalan akan datang belakangan," ucap Dave tiba-tiba.

Dipta hanya tersenyum tipis mendengar saran dari rekannya itu.

Entah kenapa dia merasa sedikit lega dan senang karena kedatangan sang ibu. Dalam hati dia berharap Meta mau mengulur waktu tentang rencananya.

Setelah sedikit berbincang, Dipta kembali berusaha menghubungi Jelita yang tadi sempat tertunda.

Tiga kali panggilannya tak mendapat jawaban. Dipta menyerah, karena dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya.

Di seberang sana Jelita yang tahu sang kekasih menghubunginya tersenyum senang. Dia yakin Dipta pasti merasa bersalah.

Dalam hati Jelita berharap jika tadi Dipta dan Meta bertengkar hebat. Ia tak sabar menunggu kabar perpisahan keduanya.

Namun Dipta tak lagi melakukan panggilan padanya. Padahal Jelita berencana akan mengangkat panggilannya kali ini.

Jelita pun menunggu pesan yang mungkin di kirim oleh Dipta, tapi sayang, usai panggilannya di abaikan kekasihnya itu juga tak mengirim pesan padanya. Dia merasa aneh karena tak biasanya Dipta mengabaikan kemarahannya.

Untuk menghilangkan sedikit rasa kecewa, Jelita lalu keluar menuju dapur. Dia berencana membuat kopi untuk menenangkan perasaannya.

Di sana dia bertemu dengan James yang ternyata tengah membuat minuman juga.

"Hai," sapa Jelita.

"Oh hai Lita. Mau buat sesuatu?"

Jelita mengangguk, dia sedikit terpesona dengan wajah rupawan James.

"Mau kubuatkan sekalian? Aku buat es kopi," tawar James.

"Boleh kalau enggak merepotkan."

James pun tersenyum dan kembali mengambil gelas untuk membuatkan minuman Jelita.

"Vera di mana?"

"Dia di kamar. Bagaimana perasaanmu?"

"Sedikit membaik."

Jelita yang salah tingkah, tak sengaja terpeleset saat akan mendekati James untuk membantu lelaki itu.

James yang terkejut refleks memeluk Jelita yang hampir terjatuh.

"Kalian sedang apa?" pekik Vera yang tiba-tiba datang di saat keadaan Jelita dan James yang sedang berpelukan.

Jelita bergegas melepaskan diri dari James dan menatap Vera dengan perasaan takut.

"Sorry Ver, aku kepeleset tadi. Itu keset licin ternyata," Jelas Jelita gugup. Dia tak berbohong, memang keset di dekatnya tidak memiliki alas anti selip, jadi saat dia menginjaknya Jelita terpeleset.

Vera berusaha berpikiran positif, sebab sekilas dia memang melihat Jelita terpeleset tadi.

Hanya saja dia merasa kurang suka dan cemburu saat Jelita dan James berpelukan.

"Ayolah sayang, jangan marah. Jelas itu bukan kesengajaan kan?" bujuk James sembari memberikan gelas berisi kopi pada sang kekasih.

Vera tersenyum kaku. Meski sedikit cemburu dia berusaha mengabaikannya dan kembali bersikap biasa pada Jelita.

.

.

Saat malam hari, Dipta pulang seperti janjinya pada sang ibu. Dia bahkan melupakan niatnya untuk menghubungi Jelita.

Yang ada di pikiran lelaki itu hanya pulang dan membuat sang ibu senang.

Lelaki itu masuk ke dalam kamar Meta tanpa persetujuan istrinya itu.

Dipta tersenyum geli saat mendengar Meta tengah bersenandung di kamar mandi.

Meta yang baru selesai mandi, terkejut bukan main saat melihat keberadaan sang suami di kamarnya, terlebih lagi posisinya dia hanya menggunakan handuk.

"Kenapa kamu di sini!" sentak Meta kesal.

Dipta tak menggubris kekesalan sang istri dan malah berjalan mendekatinya.

"Kamu mencoba menggodaku?"

"Stop, jangan mendekat! Mau apa kamu?" Meta sangat ketakutan. Sungguh dia tak mau sesuatu terjadi di antara mereka saat ini.

Apalagi Meta sudah bertekad ingin berpisah dari Dipta.

Dipta yang melihat ketakutan di wajah sang istri tiba-tiba merasa sedih.

"Aku hanya ingin memberikan ini, tenanglah. Lagi pula aku bukan lelaki brengsek yang akan menyerangmu tanpa persetujuan darimu meski aku memiliki hak itu."

Setelah berkata seperti itu Dipta berlalu dari kamar Meta.

Meta bergegas membuka paper bag yang di berikan oleh Dipta. Ia tak percaya jika Dipta memberikannya sebuah gaun yang indah. Ini adalah pertama kalinya Dipta memberikan hadiah untuknya.

Kenapa saat aku ingin melepasmu, kamu bersikap seperti ini Dip, apa artinya ini?

.

.

.

Lanjut

1
Kasma Aisya
aku suka cara mama Liana..
Devi ana Safara Aldiva
lebih baik berpisah saja dipta dengan meta kasihan meta bakal di selingkuhi sama dipta juga jelita
Soraya
meta nya terlalu cinta sama Dipta
Teh Euis Tea
ga akan ada jelita di antara kita tp msh memikirkan jelita egois bgt si dipta
udahlah meta mending jg pergi ga usah sm si dipta lg laki2 plin plan gitu jgn di arepin
Lovita BM
terus semangat ceria 👍🏼💪🏼
Teh Euis Tea
akhirnya dipta tahu jg kebusukan bpknya dipta dan ibunya jelita
Lovita BM
diamnya wanita ,akan jd malapetaka yg menyakitinya berkali² ,
aqil siroj
tet tottttttttt.... 😄😄😄
ini belum senjata pamungkas ya 😀
Soraya
nex
Devi ana Safara Aldiva
jadi nggak respect untuk melanjutkan baca novel ini low si meta trus dengan dipta
Teh Euis Tea
meta biarkan aj terbongkar semua buar ibunya dipta tau sekalian
Lovita BM
ternyata org terdekat penjahat dan iblis sebenarnya
Viela
rasakan kau jelita.....
aqil siroj
meta meta udah disakitin begitu masih aja dipertahankan.... lama lama be go juga si meta...
Teh Euis Tea
nah kan bener si jelita di kerjain si james, si james ternyata biadab jg beruntng bkn vera yg di rusak
Soraya
dipta mg plin plan
Lovita BM
nah ,gtu kyk Dave teges gk plin plan ,
kasihan meta makan janjimu .
aqil siroj
dufudu.... mampussss
Viela
itulah konsikuensinya tukang selingkuh lho....
Soraya
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!