NovelToon NovelToon
Air Mata Istri

Air Mata Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Percintaan Konglomerat / Suami amnesia / suami ideal / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mawar Hitam Berduri

Fatimah gadis yatim piatu, dia dinikahi oleh Yusuf pengusaha muda dan tampan. Namun dia mengalami banyak sekali konflik rumah tangga mulai dari ibu mertuanya yang tidak menyukai dia. Dia juga divonis sulit hamil karena dia menderita PCOS. Hingga datanglah Gea teman masa kecil Yusuf yang merupakan calon menantu idaman ibu mertuanya. Bagaimana nasib pernikahan Fatimah? Mungkinkah Yusuf tergoda dengan Gea perempuan di masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Hitam Berduri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Kesetiaan Tak Ada Harganya

..."Cinta sesungguhnya, saling ikhlas tanpa meminta balasan. Cinta akan menemukan jalannya sendiri. Takkan bisa dipaksa sekalipun."...

*

Pukul 03.00 sore, dokter Anita keluar dari ruang operasi, Yusuf segera menghampirinya.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya?"

"Alhamdulillah, Baik. Semuanya lancar, tinggal pemulihan," ucap Dokter Anita.

"Syukurlah kalau begitu," Yusuf lega, meskipun sedikit was-was saat operasi tadi berlangsung.

"Alhamdulillah mbak Fatimah baik-baik saja, Mas," timpa Zakaria.

"Iya, Dek," balas Yusuf.

"Tuan Yusuf tenang saja, tidak usah khawatir. Kalau sudah siuman, nyonya Fatimah akan segera kami pindahkan ke ruang rawat inap," ucap Dokter Anita. "Kalau begitu saya permisi dulu."

"Iya, Dok." Yusuf gelisah, tabungannya tidak yakin cukup, apalagi dia baru saja dipecat oleh ibunya sendiri.

"Mas, Zak tahu kalau mas baru aja dipecat sama mama. Bahkan fasilitas mas juga, udah dibekukan. Udah, biar Zak yang akan tanggung semua biaya perawatan mbak Fatimah."

"Dek, tapi..."

"Ini uang hasil keringat Zak sendiri. Dan, tidak ada uang dari keluarga kita. Mas, bisa kembalikan kapanpun," Zakaria menatap wajah Yusuf.

Yusuf langsung memeluk Zakaria. "Makasih, Dek."

"Sama-sama,  Mas."

*

Di Kafe Hitam Putih area outdoor, Pukul 04.00 sore.

"Oh, sial! Aku harus pisahkan mereka!" Gumam Desi kesal. Dia duduk di bangku meja 10.

"Tan, kenapa sih dulu merestui mas Yusuf sama mbak Fatimah. Padahal dulu bukannya tante sepakat buat nikahin aku sama mas Yusuf," ujar Gea.

"Udah, Ge. Tante lagi pusing! Nggak usah bahas!" Sorot mata menyala Desi.

"Yaudah deh, maaf, Tan." Gea menghela napas berat, dia langsung menyedot satu gelas es teh manis.

Sementara Alicia sibuk menghabiskan cemilan di hadapannya. "Ah, males mikir. Lebih baik ngabisin ini kentang goreng dan pancake durian. Laper banget rasanya. Bodoh amat sama berat badan, penting sehat kenyang," batinnya.

Kemudian Alicia menyedot habis segelas es smotthies strawberry. Hingga tak tersisa.

"Uh... enak rasanya," gumam Alicia. Dia langsung bersendawa. Dia menepuk-tepuk perutnya yang membuncit, karena kekenyangan.

Sementara Desi berkutat dengan pikirannya. "Aku harus cari cara memisahkan mereka," pikir Desi dengan kesal. "Pasti Fatimah pelet anakku, dia itu wanita licik," batinnya.

"Aku berharap mbak Fatimah mati aja, biar aku bisa menikah dan hidup bahagia bersama mas Yusuf. Pujaan hatiku," batin Gea. "Aku berharap dokter nggak bisa menyelamatkannya," batinnya.

*

"Orang ketiga tidak selalu wanita lain,

Tapi ibu mertuaku sendiri," batin Fatimah, dia menahan rasa sakit hati, ketika harus mendengarkan hinaan ibu mertuanya.

Ruang VVIP, Fatimah terbaring lemah di atas ranjang kamar. Wajahnya pucat. Kedua matanya masih terpejam. Yusuf duduk di dekat Fatimah.

"Sayang, aku mencintaimu," berulang kali Yusuf mencium jemari-jemari tangan Fatimah.

"Mas, nggak usah cemas. Apapun yang terjadi Zak akan bantu mas," ucap Zakaria.

"Makasih, Dek."

"Zak tahu kalau mas dipecat sama mama. Nggak usah cemas mas, nanti Zak bantu bikin bisnis bersama. Lagian mas bisa kelola kafe milik Zak yang ada di Malang," ucap Zakaria.

Yusuf menepuk pundak Zakaria, "Makasih, Dek."

*

Di kamar.

"Tan, gimana kalau pura-pura sakit aja?"

Desi menatap Alicia.

"Hmmm... ide yang menarik, Al. Tante sangat tidak suka dengan istri mas sepupumu itu. Dia benar-benar nggak tahu diuntung sama sekali."

"Terus, Tan."

"Harusnya tante itu nikahin mas kamu itu sama Gea. Dia wanita yang memiliki latar belakang jelas."

Alicia hanya diam menyimak.

"Mas kamu itu bego, dia memilih istri yang nggak jelas asal-usulnya. Apalagi dia cuman anak panti asuhan. Udah jelas kalau kedua orang tuanya pasti bermasalah, jadi tidak menginginkan dia," lanjut Desi. "Mungkin mas kamu itu dipelet, Al."

"Bisa jadi, Tan. Secara mas Yusuf itu pria tampan, mapan dan cerdas. Dia juga punya kredibilitas yang tinggi. Pantas aja kalau wanita sekelas mbak Fatimah ngincar mas Yusuf. Apalagi mas Yusuf bener-bener suamiable banget," Alicia berusaha jadi kompor.

"Ya, kamu benar Alicia. Mungkin Fatimah pakai guna-guna dari dukun. Masa mas kamu jadi tunduk dan nurut. Bahkan sekarang jadi durhaka sama mamanya sendiri."

"Ya, gimana ya Tante. Pelet itu bener-bener bikin orang yang kena nggak sadar diri. Bahkan keluarga dianggap musuh sejati," ujar Alicia.

"Kalau sampai Fatimah benar pakai cara licik itu, mama angkat lakuin segala cara buat pisahin mereka. Mama nggak sudi punya mantu yang pakai dukun-dukunan," ujar Desi mulai termakan omongan Alicia.

Helaan napas berat Desi.

"Udah, Tan. Kita coba aja lakuin cara itu. Semoga aja mas Yusuf bisa luluh sama tante," ujar Alicia.

"Semoga saja, Al." Desi mulai termakan omongan Alicia. Dia mencoba merancang rencananya. "Aku harus pisahkan mereka, bagaimanapun caranya," gumamnya.

*

"Ya Allah, rencana apalagi yang akan kau ujikan dalam rumah tanggaku?" Pikir Fatimah, dia menahan sesak di dadanya. "Aku percaya hanya restu dan rencana-Mu yang terbaik, ya Allah."

Di ruang rawat vvip. Fatimah mulai membuka kedua matanya perlahan-lahan. Dia tersenyum menatap kedua sorot mata suaminya yang duduk menunggu setia di sampingnya.

"Mas..."

"Iya, Sayang."

"Haus, Mas," pinta Fatimah, bibirnya mengering. Dia merasa kerongkongannya gersang.

Yusuf langsung membukakan satu botol air mineral, dia menaruh sedotan plastik di dalamnya. Dia membantu Fatimah untuk minum.

Fatimah langsung menyedot langsung dari botol. Wajahnya masih pucat. Suaranya tertatih-tatih. Ringis kesakitan luka bekas operasi.

"Makasih, Mas," senyuman tersudut di kedua bibirnya.

"Sama-sama, Sayang," balas Yusuf. "Seandainya saja, rasa sakit itu bisa dipindahkan ke aku ya Allah. Sungguh aku tak sanggup melihat wanitaku seperti ini," batinnya.

Fatimah menelan air liurnya sendiri. Dia menahan rasa sakit. Dia berusaha kuat. "Aku nggak mau kalau mas Yusuf cemas dan khawatir dengan kondisiku. Ya Allah semoga rasa sakitku ini sebagai bentuk ujian cinta-Mu. Karena aku yakin ini adalah bagian dari rencana-Mu  demi membuat hamba-Mu, semakin kuat dalam menghadang badai kehidupan," batinnya.

"Apa yang sakit sayang?" Tanya Yusuf.

Fatimah mengelengkan kepalanya. "Nggak mas. Aku baik-baik saja. Nggak ada yang sakit."

"Kalau kamu ngerasa apa-apa, bilang ke aku ya sayang."

"Iya, Mas. Tenang aja. Aku baik-baik saja," ucap Fatimah.

Yusuf takut, dia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Fatimah. "Ya Allah, aku ingin kebahagiaan untuk wanita hebatku ini," batinnya. Dia rapuh, ketika melihat Fatimah harus melawan penyakitnya. "Sungguh aku nggak sanggup jika dia  pergi dari hidupku. Karena rasa cintaku sudah habis untuknya ya Allah," batinnya.

"Maafkan aku ya, Mas. Gara-gara aku, kamu dengan mama jadi ada masalah. Aku nggak apa-apa kalau mas nikah lagi demi kebahagiaan mama," ucap Fatimah.

"Kalau kamu nggak bahagia, aku nggak akan melakukannya. Karena menikah bukan hanya demi mendapatkan keturunan. Bagiku, menikah itu bisa menua dan beribadah seumur hidup dengan pasangan. Aku memilihmu karena restu Allah," Yusuf menatap Fatimah. "Aku nggak akan menduakan cintamu, seperti halnya aku tak menduakan cinta Allah. Aku nggak mau melihat setetes pun air matamu, Sayang. Bahagiamu adalah bahagiaku. Tangismu adalah rasa sakit bagiku."

"Mas, aku ikhlas kalau kamu menikah lagi, kok. Aku nggak apa-apa harus berbagi suami dengan wanita lain," ucap Fatimah.

"Sayang, kata ikhlas itu nggak bisa diucap dengan kata-kata saja. Karena aku tahu kalau tidak ada wanita manapun yang mau diduakan cintanya dengan wanita lainnya," ucap Yusuf. "Seorang wanita akan bahagia jika hanya dijadikan satu ratu di kehidupan prianya, aku tidak akan pernah menikah dengan wanita lain. Cuman kamu wanitaku, ratu di hatiku," ucap Yusuf.

"Tapi mama ... "

"Rumah tangga itu aku dan kamu yang jalani. Sejak kalimat akad itu terucap, aku berjanji akan setia kepadamu. Demi Allah, aku mencintaimu tanpa syarat," Yusuf menatap kedua mata Fatimah berkaca-kaca. "Udah, nggak usah bahas lagi tentang ini. Aku hanya ingin kamu sembuh dan pulih."

"Ya Allah, terima kasih. Engkau telah berikan seorang pria yang cintanya lebih besar dariku. Ya Allah, aku janji nggak akan pernah sia-siakan dia. Makasih, ya Allah. Sungguh dia pria terhebat yang ku miliki," batin Fatimah.

[DRRRRTTTT]

Ponsel Yusuf berdering. Dia melihat ada sebuah pesan chat masuk ke nomer whatshappnya.

"Tumben Alicia chat aku, dia kirim pesan gambar apa ya?" Tanya hati Yusuf. Dia segera membuka pesan chat tersebut.

[Pesan gambar ibunya sakit]

"Mama?!" Batin Yusuf.

Kemudian Yusuf baca pesan chat whatshapp dari Alicia.

Pesan chat whatshapp Alicia [ Mas, tante  Desi penyakit jantungnya kumat. Dia minta mas segera pulang ke rumah]

Sejenak Yusuf melihat kondisi Fatimah. "Nggak mungkin aku ninggalin kamu, Sayang," batinnya.

Yusuf membalas pesan chat whatshapp ke nomer whatshapp Alicia [Maaf, Al. Aku nggak bisa. Karena harus jaga istriku. Kamu minta Zakaria saja ke rumah]

Alicia membalas kembali [Tante Desi cuman mau sama mas Yusuf aja. Apa mas nggak takut kalau terjadi sesuatu terhadap mama kandung, Mas?]

Yusuf menghela napas berat.

Yusuf membalas kembali [Al, kamu tolong bilang mamaku buat ngertiin keadaan istriku. Aku nggak mungkin ninggalin istriku sendirian]

Balasan Alicia [Yaudah, terserah mas Yusuf. Kalau tante Desi kenapa-napa, awas jangan nyesel!]

Yusuf dilema, dia langsung menghubungi Zakaria lewat pesan chat whatshapp.

Yusuf mengirim pesan chat whatshapp [Dek, mas mau minta tolong jagain mbak Fatimah soalnya mas ada urusan sebentar]

Beberapa menit kemudian, Zakaria membalas [Mas, Zak tahu. Kalau mas habis dihubungin Alicia. Udah, mas. Sebaiknya nggak usah ke rumah. Lagian mereka cuman pura-pura]

Yusuf membaca pesan chat masuk dari Zakaria.

"Sudah ku duga, kalau mereka akan melakukannya. Setahuku mama nggak punya riwayat penyakit jantung," batin Yusuf. Dia mengabaikan pesan masuk dari Alicia.

"Mas, siapa yang chat?"

"Oh, biasa Alicia. Udah, nggak penting sayang."

*

Di rumah, Alicia dan Desi tampak gelisah.

"Gimana, Al? Berhasil?" Desi menatap Alicia.

"Belum ada balasan lagi, Tan."

"Coba kamu usaha lagi, tante yakin ini pasti pengaruh dari Fatimah!"

Alicia mencoba menghubungin Yusuf. Dia juga mengirim pesan chat spam dan video Desi pura-pura sakit.

*

1
Susi Raghisa
euh pada egois semua..
Susi Raghisa
pasti nanti disuruh cepet nikah sama ulat keket..kayanya aku ga rela deh kalau sampe bener sku mundur deh bacanya..maaf ya kaka bukan ga menghargai karya kaka..karya kaka bagus ko saya suka tp kakau ada poligami maaf.
Mawar Hitam Berduri: Di tunggu saja episode lanjutannya. . .Terima kasih atas jejak komentarnya 🙂☺️
total 1 replies
Muhammad Bagus
kek sinetron ikan terbang

tokoh jahat dibuat lebay jahatnya
tokoh baik dibuat lebay baiknya
Mawar Hitam Berduri: terima kasih atas komentarnya, tapi lebih baik buat baca sampai tamat, karena setiap cerita punya alurnya masing-masing. 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!