NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 11 DI TOKO BUKU

(Hari ke-6)

Aku mengaduk-adukkan makananku yang tersaji di meja makan. Pikiranku masih tertuju dengan pria bermasker yang masuk ke dalam mimpiku.

“Siapa dia ya? Perasaan di kejadian nyata dia enggak ada tu. Terus kenapa dia bisa masuk dalam mimpi aku?” Tanyaku dalam hati

Aku terkejut saat kurasa ada yang menggoyangkan tanganku.

“Kenapa dek?” Tanyaku saat melihat Endro menggoyangkan tanganku

“Itu Bunda tanya kenapa kakak hanya aduk-aduk makanannya?” Tanya Endro

“Iya sayang, makanannya enggak enak ya? Atau kamu sakit makanya enggak napsu makan?” Tanya Bunda panik.

“Enggak Bunda, makanannya enak kok. Ini aku lagi mikirin tugas dari kampus aja.” Kataku berbohong

“Jangan sampai kepikiran juga dong sayang, kasihan nanti kamu bisa stres karena pikirin itu.” Kata Bunda

“Iya Bunda, jangan khawatir kayak gitu lagi. Ini aku makan makanannya kok.”

Aku menyuapkan makanannya ke dalam mulutku.

“Enak banget Bun, emang masakan Bunda tu enggak ada lawannya.” Pujiku

“Kamu tu ya bisa aja nenangin Bunda.”

Aku tersenyum kepada Bunda, lalu melanjutkan sesi makanku dengan tenang. Aku berusaha menepis pikiranku tentang pria bermasker semalam.

Aku berbaring di kamar sambil memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Roland lebih cepat. Aku tidak bisa menunggu sampai seminggu lebih lagi, waktuku terus berjalan dan itu bisa membuat aku kehilangan banyak waktu.

“Gimana coba caranya bisa ketemu sama tu cowok bre*sek.” Gumamku

Aku menoleh saat ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Aku melihat ada pesan dari nomor baru,

“ketemu saya sekarang” isi pesannya

“Idih, ini siapa lagi kirim pesan ke aku terus nyuruh-nyuruh lagi. Salah kirim kali ya ni orang.” Kesalku

Aku mengabaikan pesan itu dan lanjut memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Roland. Tapi konsentrasiku terganggu karena bunyi pesan yang terus masuk.

“Astaga, ni orang siapa sih. Ganggu banget.” Kesalku

Aku memutuskan memblokir nomornya agar tidak menggangguku lagi.

“Nahh gini kan enak, jadi aku bisa konsentrasi” Kataku

Namun, sekali lagi konsentrasiku terganggu karena ponselku berdering lagi. Kali ini nomor yang berbeda menelponku.

“Ini siapa lagi, tadi ada yang ngirim pesan nggak jelas. Terus sekarang ada yang nelpon. Siapa sih yang ngasih nomor aku sembarangan.” Kesalku

Sekali lagi aku mengabaikan telepon dari orang asing itu, tapi dia terus menerus menelpon dan lama-lama membuatku kesal.

“Halo, siapa sih. Ganggu banget, kalau saya tidak jawab telepon kamu ya jangan ditelepon terus.” Kataku saat kuangkat teleponnya.

“Ketemu saya sekarang” Kata orang tersebut lalu mematikan teleponnya.

Aku melotot kesal mendengar suara orang yang sudah pasti kukenal dengan baik. Laki-laki yang selama beberapa hari ini jadi benalu buat aku.

“Dasar kutub nyebelin.” Emosiku sambil melempar hp ke atas tempat tidur.

Aku bersiap-siap menemui Delon di tempat biasa, sebenarnya tadi sudah aku tolak perintahnya. Hari ini adalah hariku bersantai di rumah karena jadwal kuliah yang kosong, tapi karena ancamannya membuatku tidak punya

pilihan selain menuruti keinginannya. Aku tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apapun saat ini, karena bisa saja itu akan menghambat semuanya.

Aku turun dari kamar dan melihat Endro yang sedang duduk bosan di ruang keluarga.

“Dek, kamu udah pulang sekolah?” Tanyaku

“Iya kak, aku udah pulang sekolah.” Jawabnya dengan lesu

“Tumben pulang cepat, terus tu muka kenapa ditekuk kayak gitu?” Tanyaku

“Guru-guru di sekolah ada rapat, jadi semua siswa disuruh pulang. Bosen banget di rumah, kalau di sekolah kan aku bisa main sama teman-teman yang lain.” Katanya

“Lah, biasanya juga senang pulang cepat. Alasannya biar bisa main sama Bu Sumi.” Ejekku

“Iya kalau Bu Sumi sama Bunda ada di rumah, tadi Bunda nyuruh sopir jemput aku. Sedangkan Bunda sama Bu Sumi keluar belanja.” Katanya kesal

“Ha? Bunda sama Bu Sumi keluar? Kok enggak ngasih tau kakak?” Tanyaku bingung

“Ya mana aku tau, kan aku juga baru sampe, gimana sih kak.” Jawab Endro

Ponselku berbunyi, ada pesan dari Bunda. Aku menghela napas saat membaca pesan dari Bunda.

“Siapa kak?” Tanya Endro

“Bunda yang ngechat, Bunda baru kirim pesan ke kakak. Tadi Bunda ke kamar dan ternyata kakak lagi mandi, jadi

Bunda enggak sempat ngasih tau kakak. Terus Bunda nyuruh kakak jaga kamu.” Kataku

Aku terdiam sebentar, memikirkan sesuatu.

“Sebentar, kalau aku disuruh jaga Endro berarti aku punya alasan enggak keluar dong.” Gumamku dengan tersenyum

“Kak, kok senyum sendiri?” tanya Endro terlihat ketakutan

“Enggak kenapa-kenapa kok dek, kamu penyelamat kakak. Makin sayang deh kakak sama kamu.” Kataku pada Endro sambil mengusak rambutnya

Endro melepaskan tanganku dan mengoceh karena aku suka mengusak rambutnya, namun tidak kutanggapi ocehannya.

“Ngomong-ngomong kakak mau kemana? Kok rapi amat?” tanya Endro

“Tadi kakak ada janji sama teman kakak, tapi karena Bunda nyuruh kakak jaga kamu jadi kakak batalin aja janjinya.” Jelasku

“Ya jangan dong kak, kasihan loh teman kakak. Gimana kalau aku ikut aja sama kakak? Aku juga bosan di rumah terus.” Katanya memohon

“Ha? Enggak, kakak lebih memilih di rumah jagain kamu dibandingkan keluar.” Kataku

“Ya tapi aku mau keluar, lagian kakak kan udah siap-siap juga. Jadi ya udah jangan dibatalin janjinya dan aku harus ikut kakak.” Katanya membujukku

“Tapi dek” Kataku

Mukanya terlihat sedih membuatku merasa bersalah.

“Ya udah iya, kamu ikut kakak keluar. Sekarang kamu siap-siap dulu gih.” Kataku

“Siap kak, tunggu aku ya. Jangan ditinggalin akunya.” Katanya sambil berlari ke kamarnya.

“Cepetan siapnya, kalau lama kakak tinggal.” Teriakku menggodanya

“Iya, enggak bakal lama kok.” Jawabnya

“Coba tadi enggak usah aku kasih tau sama dia, pasti aku udah bisa rebahan lagi di kamar.” Kataku menyesal.

“Tapi ya udah lah, lebih baik ada Endro. Jadi aku enggak harus berdua aja sama si kutub.” Lanjutku.

Aku dan Endro sampai di tempat Delon.

“Kita ketemu teman kakak dimana?” Tanya Endro

“Tunggu disini aja dek, nanti juga orangnya datang.” Jawabku

Dari arah depan Delon berjalan menuju mobilku.

“Lah, teman kakak laki-laki?” Tanya Endro dengan pandangan menggodanya

“Kenapa lihat kakak kayak gitu? Jangan mikir yang aneh-aneh ya kamu, masih kecil juga.” Kataku kesal

“Aku bukan anak kecil.” Jawabnya kesal

Delon masuk ke dalam mobil dan melihat kebingungan ke arah Endro.

“Ini adik saya, dia sendirian di rumah. Jadi saya ajak dia ikut saya.” Jelasku paham dengan tatapannya

“Ohh gitu.” Katanya

“Gitu doang? Paling enggak ajakin dia kenalan kek.” Kesalku dalam hati

“Lah ngapain juga mikir kayak gitu, malah lebih baik lagi kalau dia enggak kenal adik aku sama sekali.” Lanjutku

“Okk, jadi kamu ada perlu apa sama saya?” Tanyaku

“Antar saya ke toko buku.” Jawabnya singkat

“Kamu nyuruh saya datang kesini buat jadi sopir kamu gitu? Enak aja, lagian kamu kan bisa mesen kendaraan online*.” Kesalku

“Jangan lupa tangan say-“

“Iya-iya udah, nggak usah diingatin lagi.” Kataku memotong ucapannya. Bisa-bisa nanti Endro dengar terus lapor ke Bunda lagi.

Aku melajukan mobil menuju toko buku, dalam perjalanan aku hanya mengobrol dengan Endro sedangkan Delon sibuk memainkan hpnya.

“Kak, teman kakak emang pendiam kayak gitu ya?” Tanya Endro berbisik padaku

“Iya, dia emang gitu. Kalau ngomong dikit banget.” Kataku

“Ada ya laki-laki kayak gitu, aku juga pengen kayak teman kakak.” Katanya dengan semangat

“Ngapain kamu mau jadi kayak dia? Yang ada nanti kamu dijauhin sama teman-teman kamu.” Jelasku

“Enggak lah, kalau mereka benar teman aku pasti mereka bakal terima aku apa adanya.” Jawabnya

“Belajar dari siapa kamu katak-kata gitu? Kayak udah paham aja kamu sama arti kata teman.” Heranku

Bisa-bisanya dia yang masih umur 9 tahun udah ngomong kayak gitu.

“Kan aku udah besar kak, jadi aku udah paham yang  gitu-gitu.”

“Lagaknya kamu dek, udah jangan niru orang lain. Jadi aja seperti pribadi kamu yang sebenarnya.” Kataku memberi nasehat.

“Tapi aku mau kenalan sama teman kakak, kayaknya teman kakak asik.” Jawabnya

“Mata kamu enggak bermasalah kan dek? Bisa-bisanya kamu bilang kayak gitu.” Bingungku

“Enggak kok. Kakak lihat aja nanti” Jawabnya dengan percaya diri.

Aku hanya menggelengkan kepalaku mendengar kata-kata adekku.

Kami sudah sampai di toko buku, Delon turun dari mobil lebih dulu. Melihat itu, Endro juga turun dari mobil mengejar Delon.

“Agak lain adek aku itu, bisa-bisanya dia berusaha dekat sama si kutub. Tapi aku yakin sih, si kutub enggak mungkin bakal bicara banyak sama dia.” Kataku yakin.

Aku masuk ke dalam toko buku dan berpisah dengan Delon dan Endro. Mumpung di toko buku, aku akan cari buku yang bisa bantu aku kedepannya. Buku apapun itu yang bisa bantu aku, bakal aku beli.

Cukup lama aku melihat-lihat bukunya tetapi belum ada satupun buku yang menarik. Sampai di rak paling belakang, aku melihat ada buku yang bagus tersimpan di deretan paling atas. Aku mencoba mengambilnya tetapi

kakiku yang pendek tidak bisa mencapainya. Tiba-tiba saja ada seseorang di sampingku berdiri membantuku mengambil buku itu.

“Ini bukunya. Kata pria itu

“Makasih ya”

Mataku membulat melihat orang di depanku.

“Astaga kebetulan macam apa ini?”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!