NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Mr Billionare

Jerat Cinta Mr Billionare

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:42.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Jangan terlalu berlebihan Alya, ingat pernikahan kita ini hanya pura-pura. Kita menikah bukan karena keinginan kita, jalani saja sewajarnya. Jangan berharap aku akan menjamahmu!"

Alya Adelia Wijaya. Gadis muda yang statusnya masih pelajar, harus merelakan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan orang tuanya.

Tanpa sepengetahuannya, orang tuanya sudah menjodohkannya semenjak mereka masih kecil dan Alya sendiri tidak pernah tahu kalau dirinya ternyata sudah dijodohkan.

Setelah menikah, ia merasakan kehidupannya berubah drastis. Awalnya dimanja oleh orang tuanya, kini harus mengabdikan hidupnya pada suaminya yang selalu bersikap dingin dan jutek.

Mampukah Alya membuat pria jutek itu berubah sikap dan bisa menerimanya dengan baik?

Atau mungkin dia putuskan untuk meninggalkan pria yang tidak pernah menganggapnya sebagai pasangan?

Cover: free licence, freepik.com

Edit : sampul buku written by Ika Dw.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Berhati Batu

Degup jantung Alya berpacu begitu cepat. Ia benar-benar takut dan tidak siap, jika saja sang suami meminta haknya sebagai seorang suami.

'Ya Tuhan, apa yang bisa kulakukan untuk menghindarinya? Aku bahkan benar-benar tidak siap untuk melayaninya layaknya pasangan suami istri.'

Dalam hati ia menjerit. Tidak sanggup jika apa yang tengah dipikirkannya, benar-benar akan terjadi.

"Kenapa bengong!" Rivaldo menyentil hidungnya dan membuat Alya refleks terkejut dengan wajahnya gelisah.

"Ada apa denganmu? Apa yang tengah kau pikirkan, hum?"

Sebenarnya pria itu tahu apa yang tengah dipikirkan oleh istrinya, tapi ia pura-pura tidak mengerti.

"Alya, Alya! Apa kau pikir ucapanku itu serius? Lebih baik tidurlah, aku tidak akan menjamahmu."

Rivaldo menarik selimutnya hingga menutupi sampai batas kepala. Dia mengabaikan Alya yang masih terduduk dengan wajahnya memucat.

Alya menghela napas. Akhirnya ia lega setelah melihat Rivaldo meringkuk di dalam selimut, namun ia masih waspada, takut saat ia terlelap tidur, pria itu melakukan apapun yang sudah dikehendakinya.

***

Suasana di pagi hari sangatlah dingin. Alya terbangun dan tidak melihat keberadaan suaminya. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam pagi, buru-buru dia langsung bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

"Oh ya ampun, gara-gara semalaman Aku tidak bisa tidur aku sampai kesiangan seperti ini. Ke mana dia sekarang? Apa dia sudah pergi ke kantor? Tapi kan ini masih terlalu pagi. Apa dia tidur di ruang kerjanya? Ah! Masa bodoh! Ngapain juga aku peduli padanya. Lebih baik aku segera mandi."

Alya langsung beranjak. Butuh waktu lima menit, ia telah menyelesaikan ritual mandinya. Setelah selesai berdandan, ia turun menuju dapur. Ia berharap sudah ada makanan yang siap disajikan.

"Ke mana bibi? Kok sepi. Apa nggak ada orang yang beraktivitas di rumah ini?"

Mendapati suasana rumah yang sepi, ia berfikir tak ada orang di dalam rumah itu, hanya menyisakan dirinya tanpa bisa melakukan apapun.

'Huft .., kalau begini terus, Aku bisa mati kelaparan. Semua orang dilarang untuk melayaniku. Dasar laki-laki menyebalkan!' umpatnya menggerutu dengan mukanya manyun. "Kalau kemarin masih mending, aku bisa bikin capcay, karena bantuan YouTube. Tapi sekarang, apa aku harus kembali masak capcay. Huh! Nggak mungkin juga aku makan dengan menu yang sama."

Alya menggerutu dengan nyelonong masuk dapur. Begitu  terkejutnya saat ia mendapati suaminya tengah memasak.

"Ya Tuhan, kupikir dapurnya sepi, ternyata ada orang," gumamnya lirih sembari melihat punggung suaminya yang tengah berkutat di depan kompor.

Gadis itu berjalan mengendap-ngendap mendekati suaminya yang ternyata tengah membuat sarapan, tepatnya tengah membuat nasi goreng.

"Om! Kupikir kau sudah pergi ke kantor," celetuk Alya menatap ke arah penggorengan yang sudah terisi nasi plus bumbu-bumbunya.

Dengan mengayunkan spatula di atas penggorengan Rivaldo menjawabnya. "Kau pikir aku pergi ke kantor tanpa mengisi perutku terlebih dulu. Orang bekerja butuh tenaga."

"Ya, habisnya pas aku bangun kau sudah tidak ada. Kupikir kau sudah berangkat ke kantor, atau tidur di ruang kerja."

"Ngapain juga harus tidur di ruang kerja, kalau tidur dengan istri lebih anget."

Seketika tubuh Alya menghangat. Walaupun ia tak yakin Rivaldo sudah memeluknya.

"Tapi kau tidak menyentuhku kan, Om?"

Gadis itu memicingkan tatapannya mengarah pada pria yang sama sekali tidak ada niatan untuk menolehnya.

"Kenapa kau tanyakan padaku? Emangnya kau tidak terasa kalau aku sudah menyentuhmu?"

Hal yang paling menyenangkan buat Rivaldo hanyalah saat dirinya berhasil mengerjai istri kecilnya. Walaupun Alya cukup membuatnya jengkel, tapi gadis itu sangatlah karismatik.

"Hah! Serius Om sudah menyentuhku? Kapan? Tapi kenapa aku tidak bisa merasakannya? Waktu aku bangun keadaanku baik-baik saja. Kenapa aku tidak mengingat sesuatu?"

"Mana ada kau mengingat sesuatu! Dasar kebo' tidur aja udah kayak orang mati."

Dalam hati Alya yakin kalau Rivaldo tidak mungkin menyentuhnya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Bahkan saat bangun tidur dia masih rapi dan tidak acak-acakan.

Alya celingak-celinguk mencari keberadaan asisten, di rumah sebesar itu, tak satupun orang ada yang menampakkan batang hidungnya.

"Di mana semua orang? Kok sepi. Dan kenapa juga kau buat makanan sendiri. Kan bisa minta dibuatin sama bibi," celetuk Alya.

"Tanya satu-satu. Biar aku mudah untuk menjawabnya," tegur Rivaldo.

"Ya udah, jawab aja satu-satu. Nggak dijawab juga nggak masalah!"

Rivaldo menoleh sekilas dengan hembusan nafas panjang. "Sebenarnya ... Ini tugasmu sebagai seorang istri. Apa gunanya aku menikah, kalau istriku tak bisa melakukan apapun untukku. Ini bukan lagi tugas pembantu. Terkecuali kalau kau lagi sakit, bibi yang kerjakan. Tapi kau ...," Rivaldo menatap dengan bola matanya memicing.

Alya mendongakkan dagunya dengan bertanya, "Kenapa denganku, om?"

"Kau bahkan masih tidur di saat aku hendak pergi ke kantor. Kalau aku nggak bikin sarapan sendiri , memangnya siapa yang akan membuatkanku sarapan? Tadi bibi aku suruh pergi ke pasar karena sayuran di rumah sudah habis."

Alya tak bergeming, dia mengakui bahwa dirinya sudah salah. Statusnya kini bukan lagi anak gadis yang masih bermanja-manja pada orang tuanya, tapi sudah menjadi istrinya orang. Sudah seharusnya ia bangun pagi, menyiapkan makanan dan menyiapkan keperluan buat suaminya.

"Maaf." Alya berucap lirih dengan wajahnya menunduk.

Rivaldo kembali menoleh dengan tangannya bersedekap. "Maaf buat apa?" tanya Rivaldo.

"Seharusnya aku bangun sejak tadi. Seharusnya aku yang siapin sarapan. Tapi aku, Aku bahkan baru bangun. Aku jadi perempuan masih banyak minimnya Om. Aku tidak bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh ibu rumah tangga. Aku tidak bisa membuat aneka macam makanan seperti yang kau inginkan, Aku bahkan tidak pernah berkutat di dapur seperti wanita-wanita lain."

Rivaldo tersenyum tipis menatap istri kecilnya. Sebenarnya ia tak masalah kalaupun Alya tidak bisa membuat banyak makanan, seenggaknya ia mengajarkan agar Alya tidak malas dan selalu mengandalkan orang lain.

Ia paham, menikahi gadis belia sangatlah tidak mudah. Bahkan rasanya terlalu egois, jika memperlakukan Alya begitu buruk.

"Sudahlah. Tak apa jika kau tak mau melayaniku. Lakukan saja sesuka hatimu. Tapi ingat, kau jangan berulah. Jangan pernah melanggar aturan yang sudah kubuat," peringat Rivaldo tegas.

Ucapan Rivaldo, sedikit menenangkannya, tapi tetap saja ia merasa bersalah, karena tidak bisa menarik perhatian suaminya.

"Kenapa bengong! Cepat ambil piring. Ini nasi gorengnya sudah jadi," tegur Rivaldo membuyarkan lamunan Alya.

"Oke." Alya tersenyum dan bergegas untuk menyiapkan piring saji.

"Biarkan aku yang meneruskannya, ini tinggal menyajikan saja. Aku yang akan cuci semua peralatan yang kotor. Om tunggu saja di ruang makan."

"Hmm, oke baiklah kalau gitu, aku tunggu di ruang makan."

Saat Rivaldo membalikkan badannya hendak melangkah keluar dapur, pergelangan tangannya diraih oleh Alya.

"Om, terima kasih ya? Aku nggak nyangka kalau Om masih ada rasa peduli padaku. Aku pikir Om ini orang yang berhati batu."

"Apa kamu bilang? Coba ulangi sekali lagi!" Rivaldo mendelik dengan bola matanya nyaris keluar.

1
Nur Hayati
Buruk
Nur Hayati
isinya bagus,tp keduanya jutek
Ika Dw
oke👍
Gabutz
lanjuut
muna aprilia
lnjutt
muna aprilia
lnjut
weny aptini
semangat Alya.. /Kiss/
Ika Dw: haha ... makasih kak, 🤭😊 🥰
total 1 replies
Ika Dw
thank you ☺️☺️
Ika Dw
thanks kak🙏🤗
Ika Dw
haha .. bener 😁
Kanaya yasmine
Pedofil lebih tepat nya 😂😂
Kanaya yasmine
Anjaaayyy… applause 👏 buat loee
Kanaya yasmine
Deggg…bar bar jg loe alya🤭😆..gue suka gaya loe 💃🏻💃🏻
Ika Dw
tunggu sebentar kak, masih diketik 🙏🤗
Mustafik
lanjutannya mana tor
Isma Hany
episode nya gantung,gak ada sambungan nya
Yuno
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ika Dw: terimakasih sudah mampir kak, selamat membaca🙏🤗
total 1 replies
Stefhany Anhai Rivera Maco
Karakter keren! 😍
Ika Dw: terimakasih sudah mampir kak, selamat membaca🙏🤗
total 1 replies
Ika Dw
Bab Awal sudah panas dingin, bagaimana kedepannya ya?? jadi penasaran, jangan takut sama suami galakmu Alya!! /Bye-Bye/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!