Cewek Tengil Itu Istriku

Ciuman yang awalnya terkesan malu malu itu, makin lama makin berani dan menuntut. Sebagai pemula, Saga memang belum lihai. Tapi saat Anna mulai mengimbangi, Saga makin percaya diri.

Saga tak mengira jika hanya dengan berciuman saja, adik kecilnya bisa memberontak. Ini memang ciuman pertamanya. Dan rasanya sungguh luar biasa, darahnya berdesir dan seluruh tubuhnya terasa menegang.

Ting tong ting tong

Keduanya reflek melepaskan pagutan bibir saat mendengar suara bel. Saling bertatapan sebentar lalu sama sama menunduk malu.

"Biar aku saja yang buka." Saga membersihkan bibirnya dari sisa saliva sambil berjalan menuju pintu. Ternyata kedua orang tua Anna yang datang. Saga meraih tangan mertuanya, menciumnya lalu mempersilakan masuk. Dia kemudian menuju kedalam kamar untuk memanggil Anna.

"Pah, Saga terlihat biasa saja. Sepertinya dia tak begitu terpengaruh dengan masalah kemarin. Semoga saja dia tak menceraikan Anna," lirih Luisa.

"Tenanglah Ma, kita lihat saja nanti. Bagaimanapun, Anna yang salah. Apapun keputusan Saga, kita harus terima." Jeremi tak bisa berbuat banyak apalagi sampai meminta Saga untuk memaafkan putrinya. Perbuatan Anna dengan mendatangi pacarnya, jelas bukan sesuatu yang bisa dimaklumi.

Luisa dan Jeremi terkejut melihat Anna keluar kamar memakai gamis. Sejak kapan putri mereka menjadi wanita alim seperti ini?

"Tumben kamu pakai baju seperti ini?" tanya Luisa.

Anna yang takut pada papanya, tak bisa fokus pada pertanyaan mamanya. Dia manatap takut pada papanya sambil berjalan mendekati mereka untuk mencium tangan.

Setelah itu dia kembali mendekati Saga, berdiri disamping pria itu sambil menyembunyikan setengah badannya dibalik tubuh Saga.

"Ketemu dimana kamu semalam? Bikin malu saja," bentak Jeremi.

Anna mendongak menatap Saga. Dia memohon melalui tatapan mata agar Saga tak mengatakan yang sebenarnya.

"Anna!" Sentak Jeremi. Kali ini lebih keras sampai Anna terjingkat kaget.

"Dia dirumah temannya Pah," jawab Saga.

Jeremi membuang nafas kasar. "Bisa bisanya kamu kelayapan disaat seharusnya pergi ke Thailand. Bu Mila sampai telepon berkali kali, menanyakan kabar kamu. Bikin malu saja."

Anna mengeratkan tangannya dilengan Saga, meminta perlindungan dari pria itu. Dia tahu jika papanya sangat murka sekarang.

"Bagaimana kalau sampai orang tua Saga tahu kelakuan kamu kemarin hah?"

Itu juga yang ditakutkan Anna. Bisa bisa, namanya sudah dicoret sebelum masuk kedalam daftar keluarga.

"Dimana otak kamu, bisa bisanya mendatangi berengsek itu disaat kamu sudah menikah?"

"Sudah Pa, sudah." Luisa mencoba menenangkan suaminya. Baginya, Saga tak mempermasalahkan hal kemarin saja, sudah bagus. Tak perlu suaminya memperbesar masalah lagi.

"Gimana apartemennnya, kalian suka?" Luisa mencoba mengalihkan topik. "Kalau ada sesuatu yang kurang, bilang saja, jangan sungkan."

Saga hanya menanggapi dengan tersenyum. Dihadiahi apartemen mewah lengkap dengan isinya, sudah lebih dari cukup. Rasanya seperti gak tahu diri jika dia masih mengatakan ada yang kurang.

"Oh iya, untuk tiket honeymoon kalian, nanti papa ganti." Pak Jeremi tak enak pada keluarga Saga.

"Tidak perlu Pah. Sepertinya kita memang tak butuh honeymoon jauh. Di apartemen ini saja, berduaan, sudah cukup. Iya kan sayang?" Saga merangkul bahu Anna sambil menatap matanya mesra.

"I, iya."

Astaga, kenapa aku mendadak gugup gini saat ditatap Kak Saga. Bahkan jantungku terasa berdebar. Dan apa tadi, dia mamanggilku sayang?

"Baiklah kalau itu yang kalian mau. Tapi jika ada apa apa, atau butuh sesuatu, jangan sungkan untuk bicara pada papa."

Saga mengangguk sambil tersenyum. Setelah itu Jeremi mengajak Saga untuk meneliti interior apartemen. Melihat apa masih ada yang dibutuhkan atau perlu ditambah sesuatu. Sesekali, mereka juga membahas masalah bisnis. Jeremi sangat menyukai menantunya itu.

Luisa menarik tangan Anna kedalam kamar. Ada yang perlu dia tegaskan pada putri semata wayangnya itu.

"Kamu sudah lihatkan tadi? Saga begitu baik, dia juga membelamu didepan papa. Kurang apalagi coba? Jangan bikin masalah lagi sayang. Hiduplah dengan baik bersama Saga. Jadilah istri yang sholehah. Dimana lagi kamu bisa menemukan suami sebaik dia. Tetap sudi bersamamu meski terang terangan, kamu datang menemui pria lain. Jangan diulangi lagi, jangan menemui Evan."

"Anna dan Evan sudah putus Mah."

"Bagus." Luisa lega mendengarnya.

.

.

.

Pagi ini, kedatangan Saga dikantor disambut bahagia oleh Kai. Sahabatnya itu jelas senang saat tahu Saga batal ke Thailand, karena itu artinya, dia tak perlu membantu mengerjakan pekerjaan Saga.

"Gue seneng karena lo mengambil keputusan yang tepat. Lagian buat apa jauh jauh ke Thailand kalau ujung ujungnya cuma mendekam di kamar saja."

Saga tak merespon apapun, masih sibuk membaca berkas ditangannya.

"Oh iya, gimana malam pertama lo?"

Saga yang sedang membaca berkas langsung hilang konsentrasi mendengar kata malam pertama. Ini sudah hari ke 4 pasca dia menikah. Tapi sampai sekarang, dia masih belum melakukan ritual malam pertama.

"Pasti sangat dahsyat kan? Secara bini lo cantiknya gak ketulungan. Gue yakin, setiap malam bakal terasa kayak malam pertama kalau bininya secantik Anna."

Mungkinkah seperti itu? Saga tak mungkin jujur jika mereka belum melakukan ritual sakral itu. Dia terlalu malu paka Kai, takut dibully, dikira belok.

"Boleh gue tanya?" ujar Saga.

"Paan?"

"Lo pernah gak, ngelakuin gituan sama cewek yang gak lo cinta?" Pertanyaan Saga membuat Kai berfikir keras..

"Jangan bilang, lo masih belum bisa move on dari Rania? Ayolah Saga, apa kurangnya Anna? Move on Ga, move on."

Kalau boleh jujur, Saga memang belum move on dari mantannya itu. 6 tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak sekali memori yang mereka ukir bersama. Tak mungkin dia bisa move on sscepat ini.

"Tunggu, tunggu." Otak Kai langsung menangkap sesuatu dari pertanyaan Saga barusan.

"Jangan bilang kalau lo bekul unboxing Anna sampai sekarang?"

Saga diam saja, terlalu malu untuk bilang iya.

Kai menepuk jidatnya melihat Saga yang hanya diam dan terlihat banyak pikiran.

"Astaga Ga, bisa gitu ya, lo tahan gak nyentuh istri secantik Anna? Gua yakin, setelah lo nyoba sekali, lo bakal ketagihan dan lupa dengan Rania."

Benarkah itu? Bukankah biasanya cinta duluan, baru berlanjut ke sexx. Mungkinkah dengan malakukan sexx lebih dulu, bisa lama lama jadi cinta?

"Pegang kata kata gue. Lo bakal ketagihan setelah ngalakuin itu sama Anna. Dan selanjutnya, lo gak akan ingat lagi dengan Rania."

Saga menunduk sambil memikirkan kalimat Kai barusan. Benarkah bisa seperti itu? Sexx dulu, lalu kemudian lama lama cinta?