Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 11: Putaran Final
Li Fengran benar-benar tidak punya semangat lagi untuk melaju ke babak keempat. Kegagalan yang dia rencanakan semuanya justru malah berhasil memukau orang.
Sekarang, sulit baginya untuk membuat rencana lagi. Putaran final sudah di depan mata, jika dia membuat kesalahan dengan memukau orang lagi, hidupnya benar-benar tamat.
Babak keempat putaran final untuk kompetisi pemilihan ini dilangsungkan di arena berburu kerajaan. Sekali lagi tidak ada yang betul-betul memahami mengapa Ratu mengatur dua babak terakhir dengan uji keterampilan fisik.
Orang awam yang pemikirannya pendek akan berpikir Ratu Donghao sedang menyeleksi seorang prajurit.
Pada babak keempat, semua akan diperintahkan berburu mangsa. Perburuan ini bukan perburuan sungguhan, melainkan mirip seperti sebuah festival. Akan ada beberapa pelayan dan kasim yang punggungnya dipasangi nama-nama binatang.
Setelah itu, para peserta harus menangkap mereka dan memberi stemple merah di tangan sebagai bukti. Masing-masing nama memiliki nilai yang berbeda.
Bendera tanda pertandingan sudah berkibar. Fei Jia, Shen Lihua, dan Su Min dengan semangat yang berapi-api mulai mencari mangsa mereka.
Sementara itu, Li Fengran berjalan gontai, sama sekali tidak ada minat. Setelah sampai di hutan pun, dia malah duduk di bawah pohon, mengigit sebatang rumput dan melemparkan batu-batu kecil.
“Biarkan mereka menang. Li Fengran, kau harus gagal! Hoam….”
Li Fengran menguap. Kantuk tiba-tiba datang menyerang. Tubuhnya benar-benar lelah. Untung saja rasa sakit dari pukulan tadi sudah berkurang.
Di bawah pohon yang rindang, Li Fengran tertidur. Dia membiarkan tiga peserta lain berburu dengan mudah dan mengumpulkan lebih banyak.
Tapi, tidurnya tidak berlangsung lama karena seseorang menginjak kakinya. Li Fengran terperanjat. Di depannya, seorang pelayan wanita yang menjadi simbol perburuan menatapnya tanpa berkedip.
Li Fengran mengalami bug beberapa saat, kemudian menyandarkan tubuhnya di batang pohon dan mengabaikan pelayan wanita itu.
“Pergilah. Aku tidak berniat memburumu.”
Pelayan tersebut terkesiap, kelopak matanya berkedip beberapa kali. Alih-alih melarikan diri, pelayan itu malah berjongkok di depan Li Fengran sambil menyodorkan tangannya. “Nona, bisakah kamu memberiku stempel?”
Li Fengran membuka matanya. “Untuk apa?”
“Aku tidak ingin menjadi bahan buruan peserta lain. Nona bisa menstempel tanganku jika Nona mau.”
“Apakah ini semacam penawaran?”
“Bukan. Ini adalah permintaan tolongku.”
Li Fengran ragu, tapi kemudian mengeluarkan stempel merah dan mengecap tangan pelayan itu. Pelayan itu senang, setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung pergi.
Li Fengran memejamkan matanya lagi, tidur beberapa saat sampai waktu yang ditentukan habis.
Saat tiga batang dupa habis terbakar dan matahari sudah hampir terbenam, Li Fengran baru keluar dari hutan. Tanda di sepanjang jalan membantunya kembali ke arena perburuan.
Di sana, Fei Jia, Shen Lihua, dan Su Min sudah tiba lebih dulu. Orang-orang menunggu dengan tidak sabar.
Li Fengran menatap jajaran birokrat yang ada di depan. Hanya ada Ling Sui dan beberapa menteri.
Sepertinya, Nangong Zirui tidak ikut dalam penilaian babak terakhir ini. Baguslah, pikir Li Fengran. Pria itu tidak akan membuatnya mendapat nilai tinggi lagi.
“Mari kita hitung perolehan nilai yang didapat setiap peserta. Fei Jia, lima puluh poin dengan simbol rusa hutan dan dua ekor kelinci.”
“Su Min, enam puluh poin dengan simbol dua ekor rusa hutan.”
“Shen Lihua, delapan puluh poin dengan simbol satu ekor harimau dan satu ekor rusa.”
Li Fengran sudah menyunggingkan senyumnya. Kali ini, dia akan mendapat berkah dari nilainya yang jauh di bawah mereka!
“Li Fengran….” Menteri Urusan Wilayah menggantung ucapannya. “Seratus poin dengan simbol seekor burung phoenix!”
Li Fengran limbung, untung saja Xiang Wan sigap menahannya. Astaga, mengapa nasibnya sangat sial!
Bisa-bisanya dia mendapat nilai seratus padahal tidak melakukan apa-apa! Simbol phoenix? Dari mana dia mendapat simbol itu ketika dia sendiri tidur sepanjang waktu perburuan!
Tunggu dulu! Pelayan tadi, ternyata pelayan tadi adalah simbol burung phoenix!
Pantas saja pelayan tersebut terlihat tidak biasa. Li Fengran menyesal sudah membubuhkan stempel merahnya di tangan pelayan itu. Langit dan bumi seakan runtuh menimpa dirinya sendiri.
Saat ini, Shen Lihua berada di posisi yang sama dengan Li Fengran. Wanita dari Zichuan itu sejak babak pertama selalu menempati urutan pertama dan kedua, sehingga nilainya tinggi. Sementara Li Fengran mengalami naik turun dan nilainya menjadi setara.
Di antara dua orang itu, hanya ada satu orang yang bisa menjadi Ratu Donghao di masa depan. Ling Sui merasa bahwa dua wanita ini sangat berpotensi dengan keunikan dan bakatnya masing-masing.
Jika posisinya imbang, maka diperlukan babak tambahan untuk menentukan siapa yang pantas menjadi calon Ratu Donghao dan siapa yang akan dipulangkan. Ling Sui berbisik pada Menteri Urusan Wilayah dan menyuruhnya mengumumkan babak tambahan.
“Nona Shen Lihua, Nona Li Fengran, mahkota Ratu Donghao hanya ada satu buah. Aku berharap kedua nona bersedia mengikuti seleksi terakhir untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan makhota itu,” ucap Ling Sui.
“Yang Mulia, Yang Mulia tidak perlu repot menambah babak. Aku rasa mahkota itu lebih cocok dipakaikan di kepala Nona Shen Lihua dari Zichuan.”
Pernyataan Li Fengran mengejutkan semua orang, termasuk Shen Lihua sendiri. Walau dirinya ingin menjadi ratu, tapi tidak berarti ia akan menerima pemberian orang lain.
Shen Lihua dididik di keluarga kerajaan sejak kecil, jiwa kompetitifnya telah tertanam sejak kali pertama ayahnya mengangkatnya menjadi seorang putri. Pernyataan itu, tentu tidak akan diterima.
“Yang Mulia, saya ingin bersaing secara adil. Nona Li, mohon kamu merendahkan hati mengikuti seleksi terakhir bersamaku,” ucap Shen Lihua.
Dengan begini, harga dirinya berhasil diselamatkan dan apapun hasilnya nanti, dia tidak akan menjadi bahan perbincangan karena menerima kesempatan dari orang lain.
Li Fengran memutar bola matanya malas, berdecak kecil. Orang ini, Li Fengran dengan senang hati memberinya jalan yang mudah, tapi malah ingin melalui jalan sulit.
Ling Sui tersenyum, lalu memerintahkan agar kedua nona kembali ke istana untuk mengikuti seleksi terakhir.
Mereka kembali ke Istana Linglong. Putaran akhir dari kompetisi pemilihan calon ratu ini dibuat memakai aturan Istana Kerajaan Donghao.
Apa yang dipertandingkan kali ini, dikembalikan lagi pada keinginan Sang Ratu Donghao. Untuk putaran akhir, Ling Sui menggunakan tatakrama wanita istana sebagai bahan kompetisi.
Bagaimanapun juga, orang yang menjadi ratu nanti akan berhadapan dengan banyak orang dan terjerumus dalam urusan dan masalah kerajaan. Setidaknya, dia tetap harus memiliki kemampuan dan etika wanita yang baik.
Menteri Urusan Wilayah meminta pelayan membawa dua buah meja beserta satu set peralatan menyeduh teh. Li Fengran dan Shen Lihua masing-masing mendapatkan satu tempat di tengah aula. Waktu yang diberikan untuk kompetisi ini adalah setengah batang dupa.
Ketika Shen Lihua mulai menyeduh teh, Li Fengran justru terdiam. Ia hanya memandangi alat-alat seduh teh tersebut tanpa minat.
Di negeri nyata, pekerjaan seperti menyeduh teh dan minuman hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, atau oleh mereka yang bekerja di kafe atau bar. Soal seninya seperti apa, Li Fengran benar-benar tidak tahu.
“Aku harus menyeduhnya seperti ini? Atau seperti ini? Hei, bagaimana cara menimbangnya?”
Li Fengran membolak-balik peralatan beberapa kali. Saat setengah batang dupa hampir habis, Li Fengran menuangkan teh bubuk ke dalam cangkir, menambahkan gula dan menyeduhnya dengan air panas tanpa memperhatikan takaran.
Dia juga mengaduknya secara asal. Tehnya beraroma, tapi tidak terlihat istimewa.
“Nona Shen, Nona Li, silakan sajikan tehnya,” ucap Menteri Urusan Wilayah.
Shen Lihua dan Li Fengran maju ke hadapan Ling Sui. Sang Ratu Donghao yang sepanjang hari tersenyum menyambut mereka berdua.
Setiap orang harus memberikan teh itu kepada Ling Sui untuk dicoba rasanya. Shen Lihua sangat percaya diri, dia maju lebih dulu dan menyodorkan tehnya pada Ling Sui.
“Yang Mulia, silakan,” ucapnya. Ling Sui menerimanya, mencium baunya, dan mulai meminumnya. Ekspresinya terlihat sangat puas.
Ketika tiba giliran Li Fengran, entah apa yang terjadi, kakinya tiba-tiba tersandung. Rupanya, ujung pakaiannya terinjak oleh Shen Lihua. Li Fengran tahu, tapi ia sengaja tidak mempedulikannya.
Barangkali ini akan menjadi kesempatan emas untuknya. Li Fengran memberikan tenaga ekstra pada kakinya, hingga tubuhnya terdorong ke depan dan hampir jatuh. Teh seduhannya seketika tumpah membasahi tangan dan sebagian roknya.
“Aaahh!” ucapnya. Ling Sui dan yang lainnya terkejut, seketika mereka berdiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
“Yang Mulia, mohon ampun. Aku tersangkut ujung pakaianku dan tanpa sengaja telah membuat tehnya tumpah. Yang Mulia, mohon Yang Mulia berbelas kasih,” ucapnya lagi, lalu setelah itu Li Fengran berlutut.
Ling Sui menghela napas. Ia tahu, wanita ini sengaja melakukannya. Dia segera menghampirinya, menyuruhnya bangun. “Apa tanganmu terluka?”
“Tidak, Yang Mulia. Airnya sudah tidak terlalu panas.”
Berkat kejadian ini, Li Fengran sudah pasti akan mendapat nilai kecil. Tidak ada babak ulang atau kesempatan kedua, karena proses seleksi sudah sampai pada tahap akhir.
Hasil akhirnya akan segera ditetapkan dan Donghao akan segera memiliki calon ratu baru. Pada saat orang-orang tenggelam dalam pikirannya, Li Fengran justru tertawa sangat keras dalam hatinya.
Dia bisa segera pergi dari istana ini!