Menantu Sampah Seorang Millionaire

“Its okey sayang, oh ya tadi aku dan Bi Nia memasak sore tadi untuk dinner, dia mengundang kita makan malam di rumahnya," jelas Naya.

Bayu menerima undangan tersebut tapi sebelum itu Bayu menceritakan apa yang terjadi dengan kesehariannya kepada Naya, bagaimana Bayu diusir dengan arogan oleh petugas Satpol PP. Bagaimana Bayu bisa dihajar oleh para preman, kecuali mobil mewah yang dilihatnya Bayu tidak memberitahu Naya soal itu, Bayu tidak ingin Naya memikirkan orang-orang yang telah menyakiti mereka berlebihan, Bayu ingin Naya menikmati apa yang mereka jalani saat itu tanpa memikirkan banyak hal lagi.

Bayu dan naya tiba dirumah Bibi Nia, melihat wajah Bayu yang tidak seprti biasanya, Bi Nia pun ikutan panik karena Bayu sudah dianggap sebagai anak oleh Bi Nia.

“Yaa ampun Nak Bayu, kenapa wajahnya babak belur? Kamu habis berantem?," ucap Bi Nia.

“Itu Bi, tadi aku di hadang sama preman,".

“Kamu ada masalah apa sama preman itu?,".

“Ngga ada Bi, Bayu tidak pernah mencari masalah apapun dengan mereka," timpal Bayu.

“Atau mereka rentenir? Aduh jangan yaa, kalau ada keperluan, saya bisa bantu kok walaupun ngga banyak," jelas Bi Nia.

“Ngga Bi, aku ngga pernah berurusan dengan rentenir,,".

“Hmm, ya udah ayuk kita makan,".

Acara makan malam selesai dengan hidangan yang sederhana, sayur gulai daun ubi, tahu tempe goreng, ikan goreng, sambel dan peyek menjadi menu utama makan malam mereka, untuk pertama kalinya Naya makan dengan lahap.

“Bi, masakan bibi ini luar biasa enak, masakan koki bintang lima pun kalah," ucap Naya.

“Hmm kamu ini bisa aja, emang kamu pernah makan di tempat masakan yang kokinya bintang lima?," tanya Bi Nia.

“he he he," Naya dan Bayu bersamaan terkekeh.

“Nak Naya, Nak Bayu, gimana kalau kalian tinggal disini bareng Bibi,".

Bayu dan Naya saling memandang dengan tatapan tidak mengerti saat Bi Nia melontarkan kalimat itu.

"Bibi merasa seneng kalau ada kalian di rumah, rasanya rumah ini hidup," jelas Bi Nia.

Mendengar itu, Bayu dan Naya kembali saling melempar tatapan, seakan mereka melontarkan kata lewat udara dengan memberi petanda pada gerakan yang membentuk mimik di wajah merek.

“Apakah tidak menyusahkan Bibi," tanya Bayu.

“Ahh kamu ini, Bibi tidak pernah merasa repot, susah seperti yang kamu omongin itu, bibi malahan seneng apa lagi sejak ada Naya, bibi ada temen ngobrolnya,".

“Gimana yaa Bi," timpal Bayu.

“Ayolah, yaa.. besok bibi tunggu kalian kemasi barnag kalian, pindahin ke rumah ini,".

“Hmm iya Bi,".

Bibi Nia memeluk Naya dengan sedikit haru, “Eh maaf, bibi terlalu seneng”, ucap Bibi Nia spontan.

Bayu memutuskan membuka warung Bi Nia bersama Naya, Bi Nia hanya ditugaskan untuk menjadi kasir, sedangkan Bayu dan Naya membagi tugas, Bayu membeli semua kebutuhan sayur mayur kebutuhan bahan makanan untuk dijual, sedangkan Naya bertugas untuk memasak yang sesekali dibantu oleh Bi Nia, Naya pun bertugas menyiapkan makanan pesanan konsumen, Bayu yang akan menjadi pelayanannya.

Semuanya berjalan lancar, sesuai yang mereka rencanakan bahkan pedapatan warung meningkat sejak mereka bertiga bekerja sama, Bi Nia sangat senang untuk pertama kalinya Bi Nia merasa hidup bersama keluarga yang utuh karena kehadiran Bayu dan Naya, sejak sepuluh tahun pengalaman Bi Nia membuka warung, hanya saat kehadiran Naya dan Bayu membuat keuntungan warung menjadi tiga kali lipat, tak jarang setiap akhir pekan mereka bertiga merayakan dengan menghabiskan waktu berkunjung ke Pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari rumah Bi Nia, membeli satu benda sebagai bentuk apresiasi pencapaian usaha mereka.

Terkadang mereka pun menghabiskan waktu di sebuah Restauran atau bioskop. Melihat Naya dan Bayu yang baik-baik saja membuat Nikol tidak menyerah, tidak kehabisan akal, ditambah Nikol saat itu sedang mendapat dukungan penuh oleh keluarga Naya untuk menghancurkan Bayu.

Kali ini Nikol memiliki rencana licik untuk membuat Bibi Nia kehilangan usaha kosannya, lahan kosan milik Bi Nia akan di akusisis oleh pemerintah setempat karena melanggar beberapa peraturan pada surat izin pendirian bangunan. Bi Nia mendapat surat panggilan oleh pemerintah setempat untuk bangunan yang akan diambil alih oleh pemerintah setempat.

“Pak, kesalahan nya dimana?," tanya Bi Nia saat berada di kantor pemerintah setempat setelah mendapat panggilan.

“Maaf Bu Nia, disini tercantum bahwa luasnya sekian hanya 3x3 meter tapi kenapa setelah diukur kembali terjadi perubahan, luasnya menjadi 3x4 meter, sedangkan Bu Nia hanya membayar setengahnya”.

Mendengar penjelasan tersebut, Bi Nia hanya terperangah, bagaimana bisa ada perubahan ukuran tanah dalam kurung waktu yang lama, Bi Nia memberikan protes untuk melakukan pengecekan kembali, tetapi pemerinrah setempat terlalu lihai dalam memberi penjelasan dan membuat Bi Nia tidak bisa berkutit lagi.

“Bu Nia, saya harap ibu mengerti, anda tidak punya alasan lain lagi, ibu sudah tanda tangan diatas materai dan ini bukti hukumnya kuat, ibu harus ikhlas bangunan itu di hancurkan dan uang yang ibu dapatkan tidak sesuai tuntutan awal, hanya mendapat 40%,".

Bibi Nia yang tidak paham sama sekali mengenai hukum hanya bisa pasrah, sedih sudah pasti karena bangunan tersebut benar hasil usaha tabungan Bi Nia, Bi Nia hanya bisa berlapang dada dan tetap tenang, Bi Nia kembali ke rumah dengan wajah lesu, Naya yang melihat itu mendekari Bi Nia dan mencoba mencari tahu apa yang tengah terjadi,

“Bibi kehilangan kosan Bibi yang hanha tiga kamar itu, besok akan dirubuhkan,".

“Loh kenapa Bi?," tanya Naya.

“Katanya melanggar aturan,” jelas Bi Nia sambil Bi Nia memberikan lembaran yang dia terima dari kantor pemerintah setempat.

Naya yang membaca dengan teliti isi surat tersebut membuat keningnga berkerut, wajahnya berubah suram, karena Naya sangat paham jika Bi Nia sedang mendapat ketidakadilan, dijebak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Ngga ada masalah besar dalam surat ini yang bisa bikin kosan Bibi di robohkan, kenapa Bibi tanda tangan? Ini penipuan Bi," elas Naya.

“Hmm kamu ngga ngerti Nak Naya, kita nih masyarakat biasa cuma bisa pasrah, kita ngga ada pegangan” ucap Bi Nia dengan menghembuskan nafasnya berat.

“Ayo Bi, tunjukin Naya dimana tempatnya, Naya yang akan berbicara dengan orangnya yang memberikan surat ini ke Bibi,".

Naya dan Bi Nia bersiap untuk kembali pada kantor pemerintah setempat.

Saat mereka tiba, Naya diarahkan memasuki ruangan kepala pemerintahan, walau sempat beberapa menit berdebat dengan bagian pelaporan tamu karena mereka menganggap Naya dan Bi Nia ingin menuntut banyak hal, tapi Nia dengan kecerdasannya hanya memberikan sepatah kalimat"Kalian tidak akab bisa duduk di sini tanpa masyarakat seperti kami.