Dua bulan sebelum menikah. Dia bertemu dengan wanita di masa lalunya. Ternyata selama ini alasannya enggan menikah karena masih tidak terima ditinggal mantan pacarnya begitu saja.
Dia ingin membalas dendam, tapi cinta masa lalu kembali menjeratnya.
Lalu bagaimana nasib pernikahannya?
Akankah dia akan tetap menikah atau kembali kepada masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Bab 11
Alenka pergi ke perusahaan Samuel lagi. Sebelum ke resepsionis, ia bertemu dengan Yoga. "Kamu mau ketemu Samuel?" tanya Yoga.
"Iya."
"Ikut aku!" Yoga mengajak Alenka naik ke lift khusus CEO. Ia memang mendapat amanat dari Samuel untuk membawa Alenka melalui lift tersebut.
Yoga mengantar Alenka ke ruangan Samuel. Dimana Samuel telah menunggunya. "Pesanan kamu sudah datang." kata Yoga sembari tersenyum kecil.
"Pesanan, kayak apaan aja." protes Alenka yang merasa tidak terima.
"Aku keluar dulu!" pamit Yoga kembali tersenyum setelah diprotes Alenka.
"Jangan takut, Samuel udah jinak kok." kata Yoga kepada Alenka.
"Siapa yang lebih tahu dia selain aku." gumam Alenka pelan.
Namun, ucapan itu terdengar oleh Samuel. Ia pun tersenyum kecil. Samuel mengangkat tangannya. Dan Yoga pun segera pergi dari ruangan tersebut.
"Salam buat Maya ya!" katanya sebelum keluar.
Begitu Yoga keluar. Samuel mulai bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati Alenka. "Duduk!" katanya sembari menunjuk ke kursi di belakang Alenka.
Alenka duduk, kemudian menyerahkan dokumen yang ia bawa. Sesuai perintah Andreas, dokumen tersebut membutuhkan tanda tangan Samuel. "Silahkan pak Samuel baca dan tanda tangan disini!" kata Alenka.
Tiba-tiba Samuel merebahkan tubuhnya. Ia menjadikan paha Alenka sebagai bantal. Tentu saja apa yang Samuel lakukan tersebut membuat Alenka terkejut. "Pak.. Tolong jangan seperti ini! Nggak enak kalau ada orang lihat." katanya sembari mengangkat kepala Samuel. Tapi Samuel tidak mau pindah. Dia bahkan memejamkan matanya.
"Biarin aku tidur sebentar! Udah beberapa lama aku tidak bisa tidur dengan nyenyak." kata Samuel sembari memejamkan matanya.
Melihat wajah capek Samuel. Alenka pun terdiam. Dia membiarkan Samuel tertidur di pangkuannya. Tak butuh waktu lama, suara dengkuran tipis Samuel terdengar.
Alenka menatap wajah lelah itu. Ingin sekali rasanya dia mengelus rambut Samuel seperti dulu. Bahkan saat itu tangannya telah terangkat. Beruntung dia masih bisa menahannya.
Ditatapnya-lah lelaki itu dengan dalam. Alis yang menjuntai, serta bulu mata yang lentik dan juga bibir tipis itu membuat Samuel terlihat begitu tampan ketika tertidur. Tanpa sadar senyuman Alenka melebar. Hatinya kembali berdebar.
Sekitar setengah jam lamanya Samuel tertidur dipangkuan Alenka. Dia merasakan kakinya mulai mati rasa. Namun tidak berani membangunkan Samuel.
"Uh.." Samuel membuka matanya. Dia melihat Alenka.
"Ah.. Aku lama tidurnya?" tanya Samuel sembari meregangkan otot-ototnya.
"Hmm. Kaki saya sampai mati rasa." jawab Alenka. Seketika Samuel bangun dan meminta maaf.
"Maaf. Baru kali ini aku tidur nyenyak banget. Biasanya baru beberapa menit sudah terbangun." katanya.
"Makasih ya Al, karena kamu selalu buat aku nyaman." imbuhnya.
Samuel tiba-tiba mendekat dan mencium bibir Alenka. "Uhm.." Alenka yang kaget segera mendorong Samuel. Namun, Samuel semakin kokoh membuat Alenka kewalahan.
Lembut dan hati-hati Samuel mencium bibir Alenka. Bibir Alenka terasa begitu hangat. Jantungnya mulai berdegup dengan sangat kencang. Ia ingin mendorong Samuel, tapi hatinya bertolak belakang. Perlahan, Alenka mulai menikmati ciuman tersebut.
Mereka terhanyut pada keromantisan serta kenangan masa lalu mereka yang indah. Kini, Alenka tidak lagi menolak Samuel. Ia justru menikmati ciuman Samuel yang semakin kuat itu.
"Hah.." Alenka mengambil nafas terlebih dulu. Sebelum akhirnya Samuel kembali menyamb*r bibir tipisnya.
Samuel menarik Alenka sehingga dia berpindah posisi. Kini Alenka duduk dipangkuan Samuel. Bibir keduanya masih saling bersautan.
Samuel mulai mencumb*i Alenka dari pipi sampai ke lehernya. Alenka tidak menolak, ia malah mendes*h pelan. "Ah.."
Pikirannya ingin menolak. Tapi hatinya enggan menolak. Pikiran dan hatinya bertolak belakang. "Muel, kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu buat hatiku seperti ini?" tanyanya sembari mendorong Samuel pelan.
"Karena aku mencintai kamu Alenka. Aku sangat mencintai kamu. Apakah juga masih mencintai aku? Katakan Alenka!" pinta Samuel.
Alenka menatap Samuel dengan lekat. Mata mereka saling beradu pandang. Perasaannya sudah tidak bisa dibendung lagi. "Katakan Alenka! Katakan kalau kamu masih mencintaiku!" kata Samuel sembari terus mencumb*i leher serta dada Alenka.
Alenka benar-benar tidak kuat membendung perasaannya. "Kalau kamu berani berkhianat, aku pasti akan membun*h kamu." jawab Alenka sembari menatap Samuel.
Samuel tersenyum kecil. Hatinya merasa sangat bahagia. Akhirnya Alenka mulai menerimanya kembali. "Aku cinta kamu, Al. Cinta banget." katanya pelan.
Alenka menatapnya sembari tersenyum kecil. Kini, ia telah kalah melawan perasaannya sendiri. Alenka pun mencium bibir Samuel.
Samuel mulai membuka kancing baju Alenka. Ia juga membuka pengait tali br* milik Alenka. Lalu ia mengh*s*p gundukan daging tersebut. "Jangan, nanti kalau ada yang lihat gimana?" tanyanya menahan kepala Samuel.
Samuel kemudian mengangkat tubuh Alenka dan membawanya ke kamar. Perlahan-lahan ia membaringkan Alenka di atas kasur yang ada di kamar kecil itu.
Samuel kemudian membuka pakaiannya satu per satu. Sedangkan Alenka hanya membuka baju dan mengangkat rok-nya saja.
Samuel mulai menind*h Alenka tanpa memakai pakaian apapun. Ia menciumi Alenka dari pipi sampai ke bagian perut Alenka. Perlahan-lahan memasuki bagian sensitif Alenka menggunakan jari tengahnya.
"Ah.."
Samuel menggerakan jarinya perlahan masuk dan keluar. Tubuh Alenka menggeliat merasakan sensasi kegelian. Samuel menarik Alenka agar dia duduk di pinggir ranjang. Mendekatkan bagian sensitifnya ke wajah Alenka.
Tangan Alenka menyentuhnya dengan lembut. Sudah sangat lama dia tidak melihat dan menyentuh milik Samuel. Alenka mengelusnya pelan sampai mengeras. Barulah ia membuka mulutnya lebar dan Samuel menggerakan tubuhnya perlahan. Samuel tidak bisa menahan kenikmatannya. Ia mempercepat gerakannya bahkan mendorong kepala Alenka sampai mentok.
Samuel kemudian meminta Alenka agar kembali berbaring. Samuel mulai merangkak, matanya bertemu mata dengan Alenka. "Kamu siap?" tanyanya dengan nafas yang sudah tak beraturan
Tangan Alenka mengalung dileher Samuel. "Ya." kata Alenka mulai melebarkan kakinya.
Samuel memaksa sesuatu yang keras itu. Ia menghentakannya pelan. "Akh..." Alenka mengerang karena merasakan sakit.
Sementara Samuel terdiam untuk beberapa saat. Ia menatap Alenka yang meringis menahan sakit. Perlahan-lahan menggerakan tubuhnya.
Meskipun bukan pertama kalinya mereka melakukan hal tersebut. Tapi, ini merupakan pertama kalinya setelah mereka terpisah lama. "Ah.. Uh.. Ah.. Em.. Ah.." setiap kali Samuel menghentakan gerakannya. Alenka akan mengerang.
Pluk.. Plukk.. Plukk..
Kamar kecil itu menjadi saksi bisu persatuan mereka berdua setelah terpisah beberapa tahun lamanya. Tak cukup hanya satu posisi. Mereka bahkan merubah beberapa posisi. Sampai akhirnya mereka kelelahan dan tertidur.
Pukul empat sore. Alenka baru membuka matanya. Ia melihat Samuel tertidur di sampingnya tanpa memakai pakaian sama sekali. Ia pun segera melihat dirinya, ternyata sama. Dia juga tidak memakai pakaian sehelai benangpun.
Alenka memejamkan matanya. Ada sedikit penyesalan karena ia tidak bisa melawan perasaannya. Tapi, semua sudah terlanjur. Ia telah memberi kesempatan lagi untuk Samuel masuk ke dalam hidupnya. Alenka berharap, ia tidak akan pernah menyesal karena telah membiarkan Samuel masuk ke dalam hidupnya lagi.
"Uh.. Sudah bangun?" tanya Samuel yang baru membuka matanya.
"Aku mau balik, udah jam 4." kata Alenka sembari mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.
"Balik ke kantor atau pulang?"
"Pulang ke rumah."
"Dimana kamu tinggal? Aku anterin!"
"Nggak usah."
"Al, kamu lupa apa yang baru saja terjadi? Kamu sudah mau balikan lagi kan sama aku? Kenapa masih main rahasia-rahasiaan?"
"Kontrakanku kecil, jelek, kamu pasti jijik."
Samuel bangun dan mendekati Alenka. "Aku udah bilang, asal sama kamu, dimanapun aku nggak masalah." kata Samuel.
"..iya.. Tapi pakai baju kamu dulu!" kata Alenka dengan wajah memerah.
"Kenapa? Kamu bukannya udah lihat semua?"
Alenka melirik ke bawah. "Hmm.. Tapi itu menakutkan." gumamnya saat melihat bagian sensitif Samuel yang mulai mengeras lagi. Apalagi saat dia teringat ketika Samuel menekan kepalanya dan penuh di mulutnya.
Sedangkan Samuel hanya tersenyum melihat wajah Alenka yang memerah.