Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 12
Anya berdiri di depan cermin kamarnya, matanya menatap wajahnya yang tercermin di sana. Tatapannya tertuju pada bibirnya yang terasa hangat, mengingat sentuhan Arga yang menghiasi bibirnya itu.
Ingatan tentang ciuman Arga membuat hatinya berdebar kencang. Dia merasa sedikit takut dengan perasaannya yang muncul kembali. Dia merasa sedikit takut dengan rasa rindu yang menyergapnya.
"Arga."
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Anya menarik napas dalam dan menjawab panggilan itu.
"Halo, Bella," ujar Anya, suaranya bergetar sedikit.
"Anya, aku di rumah sakit sekarang," jawab Bella, suaranya terdengar panik.
"Apa? Kenapa?" tanya Anya, suaranya terdengar cemas.
"Kinan demam tinggi setelah menaiki biang lala," jawab Bella. "Aku sudah bawa dia ke rumah sakit. Cepat datang sini, Anya."
Anya menarik napas dalam, mencoba untuk menenangkan diri. Dia merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasakan kecemasan, ketakutan, dan juga sedikit rasa bersalah.
"Aku segera ke sana," jawab Anya, suaranya terdengar gemetar.
Anya menutup ponselnya dan bergegas berpakaian.
"Kinan, Sayang, tunggu mama nak mama segera ke sana," bisik Anya, suaranya penuh kekhawatiran.
Anya berlari menuju pintu keluar, meninggalkan rumahnya dengan segala perasaannya yang bercampur aduk. Dia harus segera ke rumah sakit untuk menemui Kinan. Dia harus melihat Kinan yang sedang terbaring sakit. Setibanya di rumah sakit, Anya berlari masuk ke rumah sakit, mencari Bella dan Kinan. Napasnya tersengal-sengal, mencoba untuk menenangkan diri.
"Bella! Kinan! Di mana?" teriak Anya, mencari Bella di antara kerumunan orang di ruang tunggu.
"Anya, di sini," jawab Bella, menunjuk ke arah ruangan rawat di sebelah ruang tunggu.
Anya bergegas menuju ruangan rawat. Dia melihat Kinan sedang tertidur nyenyak di ranjangnya, selang infus terpasang di tangan kecilnya.
Anya mendekati Kinan dan menatap wajah putrinya yang pucat. Dia merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasa sedih, dan juga sedikit bersalah.
"Kinan, Sayang," bisik Anya, mencium kening Kinan. "Mama khawatir padamu."
"Tadi dia bilang dia merasa sedikit tidak enak badan. Aku ingin mengajaknya pulang tapi dia tidak mau katanya dia akan menunggu mu di taman hiburan. Badannya semakin panas saat ku sentuh jidatnya. Aku langsung bawa dia ke sini," jelas Bella.
"Ini pertama kalinya dia demam dan aku tidak di sisinya. Apakah dia akan marah padaku?" tanya Anya, suaranya terdengar gemetar.
"Itu tidak mungkin, dia sangat menyayangimu," jawab Bella sambil mengusap punggung Anya. "Lagipula, kamu sudah berusaha sebaik mungkin, Anya. Kamu tidak perlu merasa bersalah." Wajah Bella menunjukkan ketenangan dan pengertian, berusaha menenangkan Anya.
"Apa kata dokter?" tanya Anya, matanya menatap Kinan yang masih tertidur lelap. Rasa khawatir masih terpancar dari matanya.
"Dokter mengatakan dia terkena infeksi virus. Untungnya, dia sudah diberi obat dan kondisi nya sudah stabil," jawab Bella, nada suaranya menenangkan.
"Terima kasih, Bella. Kau sudah menolong Kinan," ujar Anya, menatap Bella dengan tatapan yang penuh syukur.
"Hei, Kinan adalah anakku juga." Bella tersenyum lembut, menunjukkan keakrabannya dengan Anya.
Anya duduk di sisi ranjang Kinan, menunggu Kinan bangun. Dia merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasa lega karena Kinan sudah stabil.
"Maafkan Mama, Sayang," bisik Anya, mencium kening Kinan lagi. "Mama tidak bisa menjagamu dengan baik." Suara Anya bergetar, menunjukkan rasa bersalahnya.
Anya menatap wajah Kinan, merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Kinan dengan baik.
||||||
Perusahaan Arga.
Rangga masuk ke ruangan Arga dengan membawa laporan keuangan yang semakin membaik dan laporan tentang penyelidikan Anya selama beberapa tahun di luar negeri.
Arga membaca laporan kegiatan Anya. Wajahnya berubah menjadi gelap, menunjukkan rasa marah dan cemburu.
"Jadi David dan Anya selalu berkomunikasi selama ini? Bahkan David pernah bermalam di rumah Anya selama seminggu?"
"Anya kau sungguh hebat. Kau pergi dariku setelah memberikanku surat cerai dan kamu berbahagia dengan David sementara aku gelisah merindukanmu." Suara Arga mencuat penuh kekecewaan.
"Tuan Arga ada sesuatu hal yang ingin aku beritahukan."
"Apa?"
"Tadi aku melihat Anya di rumah sakit. Dia terlihat panik dan terburu-buru."
"Apa yang dia lakukan di sana?"
"Tidak tahu tuan. Perlu ku selidiki?"
"Tidak perlu."
Arga mengambil jasnya dan pergi ke luar. Dia pergi ke rumah sakit untuk melihat apa yang terjadi pada Anya.
Namun sesampainya di rumah sakit, malah kemarahan dan cemburu yang menguasai dirinya saat dia melihat Anya yang sedang berjalan keluar dengan David.
"Jadi kepanikan mu karena David?" Arga menggeram dalam hati, suaranya terdengar sedih dan marah. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.
Arga tidak jadi keluar dari mobil malah melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat.
"Apa aku berhalusinasi? Sepertinya aku melihat mobil Arga," bisik Anya dalam hati.
Matanya memperlihatkan keraguan dan kebingungan.
"Anya ada apa? Apa yang kamu lihat di depan sana?" tanya David.
"Tidak ada. David terima kasih kamu selalu ada buat Kinan. Jadi Kinan dapat merasakan perhatian seorang ayah." Suara Anya menunjukkan rasa syukur dan ketergantungan pada David.
"Anya aku tidak keberatan." David menunjukkan ketulusan dan keinginan untuk menjadi ayah bagi Kinan.
"Apalagi jika Kinan benar-benar dapat menganggap aku dan mengakuiku sebagai ayahnya. Aku akan senang menjadi ayah untuknya dan suami untukmu. Aku akan melindungi kalian dengan segenap jiwa dan ragaku," bisik David dalam hatinya.
Wajahnya menunjukkan rasa cinta dan keinginan untuk mendapatkan Anya.
"Baiklah aku pulang dulu. Sebentar malam selesai pertemuan ku dengan klien, aku akan ke rumah sakit. Kalian ingin ku bawakan makanan apa?" David menatap Anya dengan senyum lembut, menunjukkan kepeduliannya.
"Tidak perlu repot-repot. Bella sedang memasak sesuatu untuk di bawa ke rumah sakit nanti untuk kami." Anya menjawab dengan senyum sopan, menunjukkan rasa terima kasihnya pada David.
"Baiklah. Aku pergi." David menggeleng dan berjalan menuju mobilnya.
David pergi dari sana. Anya menatap punggung David dengan rasa iba dan bersalah. Matanya menunjukkan rasa sedih dan kebingungan.
Anya berjalan kembali ke ruangan rawat Kinan, rasanya hati Anya tak tenang. Dia merasa bersalah karena telah menyembunyikan Kinan dari Arga dan membuat David terikat dengannya. Kecemasan hadir di benak Anya ketika terusik akan pikiran pertemuan tidak terduga Arga dan Kinan.
"Bagaimana jika suatu hari Arga akan bertemu dengan Kinan? Apa Arga akan mengambil Kinan dariku?" gumam Anya dalam hati.
"Tidak! Kinan anakku. Tidak ada yang bisa mengambilnya dariku meski itu Arga. Aku akan mempertahankan Kinan di sisiku."
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁