Adiba Hanifah dimadu oleh suaminya saat dirinya tengah hamil muda.
Sebuah targedi tak terduga membuatnya keguguran, sekaligus mengantarkannya pada sosok pria asing yang ternyata menjadi bosnya dikantor.
Sakha Genta Buana, pria arogan dan ketus yang menawarkan pernikahan dengan sebuah imbalan keselamatan ayahnya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka? Akankah Adiba menemukan kebahagiaannya setelah separuh hidupnya penuh dengan penderitaan?
Atau justru semakin buruk karena Sakha menikahinya karena sebuah dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afifatun Nasobah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi 300 Juta
Hari senin yang cerah, harusnya menjadi awal yang ceria bagi siapapun memulai hari. Namun hal itu tengah tak berlaku bagi seorang wanita yang masih meringkuk ditempat tidurnya. Entah jam berapa saat Adiba yang menangis semalaman tanpa sadar terlelap, wanita itu membuka mata sembabnya yang masih terasa berat untuk dibuka.
Ia melirik jam dinding diatas, rupanya sudah pukul tujuh. Dia sadar dirinya kesiangan, dan dia pasti akan terlambat masuk sekolah.
Wanita itu beranjak dari ranjang dan masuk kekamar mandi, menatap bayangan wajahnya yang menyedihkan dicermin. Ia mengusap perutnya dengan senyuman tipis. Ia sadar, dirinya tak lagi sendiri, kini dia memiliki seorang anak yang harus dijaganya.
Ia tak boleh membuang waktu hanya untuk menangisi seorang pengkhianat, dia harus terus maju untuk bisa bertahan.
Untungnya, calon buah hatinya tak rewel. Mual yang awalnya ia rasakan hanya bertahan sebentar. Setelahnya, dia tak lagi mengalami morning sicknes seperti umumnya ibu hamil. Mungkin saja, anaknya bisa merasakan penderitaan ibunya, sehingga memilih tak membuatnya mual.
Wanita itu mulai membersihkan diri dan bersiap. Tak ingin memikirkan dimana keberadaan Haki setelah perdebatan semalam. Dengan menambah sedikit make up yang sebenarnya jarang dipakai, untuk menutupi mata sembabnya.
Ia menaiki motornya, melajukan kendaraan roda dua itu membelah padatnya ibu kota dihari kerja ini. Bersiap memulai hari agar pikirannya melupakan tentang pernikahan kedua suaminya untuk sejenak.
Ditengah perjalanan, ia merasa kepalanya sedikit pusing karena semalam tak tidur nyenyak, namun Adiba hanya mengerjapkan matanya untuk menetralisir rasa yang tak nyaman itu.
Laju kendaraannya mulai tak beraturan, hingga pengendara disekitarnya membunyikan klakson dengan kencang yang membuat Adiba semakin pusing dan tak nyaman. Adiba tak tahu apa yang terjadi, hingga ia menyadari motor yang ia kendarai menabrak sebuah mobil hitam mengkilap yang berhenti disebuah rest area.
Adiba segera turun dari motornya dengan gugup, menghampiri si pemilik mobil yang keluar.
Seorang pria berkemeja biru dan jas hitam mengecek bagian belakang mobilnya yang terkena motor Adiba. Wanita itu menunduk takut, tak berani melihat pria didepannya.
Pria bernama Arav itu menatap Adiba dengan raut wajah yang tak tertebak, ia menghampiri bosnya yang masih ada didalam mobil.
" Bagian belakangnya sedikit penyok Tuan." Lapornya pada sang atasan, Sakha Genta Buana.
Pria itu keluar setelah mendapat laporan dari sekretarisnya. Ia menghampiri Adiba yang masih setia ditempatnya. Meletakan kedua tangannya disaku dengan angkuh, menatap Adiba yang tengah menunduk takut.
" Kamu!."
Adiba mendongak menyadari dirinya yang dipanggil, ia terkejut mendapati pria didepannya. Bukan karena pria dengan tinggi sekitar 180 cm itu menatapnya tajam, melainkan karena mengenali wajah itu. Pria yang sama yang telah ia tuduh menganiaya pria paruh baya.
Gawat! Kenapa mereka harus bertemu lagi? Dengan keadaan seperti ini pula.
" Maaf, saya akan mengganti kerugiannya." Ucapnya spontan menutup mulut.
Adiba merutuki dirinya sendiri setelahnya. Bagaimana tidak? Dia bahkan sudah menebak biaya memperbaiki mobil itu tak sedikit. Tapi dia masih mengatakan kalimat sakral itu. Memangnya dia mau ganti dengan apa? Sendal jepit?.
" Yakin mampu?." Sakha mendekap tangannya didepan dada, menatap wanita didepannya dengan meremehkan.
" Saya tidak paham kenapa kamu berada disini, tapi kenapa setiap kita bertemu kamu selalu membuat saya sial." Lanjut Sakha membuat Adiba menatapnya tajam.
" Ya mana saya tahu kalau kita akan ketemu lagi!. Lagian saya juga gak tahu apa yang kamu lakukan sama bapak-bapak itu." Adiba mencoba membela diri, ia yakin Sakha dendam padanya karena pertemuan mereka diarea mall kemarin.
" Kamu tidak tahu, tapi seenaknya bertindak." Ujar Sakha semakin menyudutkan Adiba.
Wanita itu berusaha menatap Sakha yang juga menatapnya, menunjukkan jika dirinya tidak lemah.
" Lagian kenapa kamu diem aja, kalau punya mulut tuh ngomong, bukan ditutup rapat, biar orang gak salah paham!." Balas Adiba tak mau kalah. Tak peduli dia sudah tak menggunakan bahasa formal.
" Harusnya kamu mendengarkan dulu penjelasan bapak yang berusaha kamu tolong itu, tapi mulutmu itu terus nyerocos tidak karuan." Balas Sakha membuat Adiba berdecak kesal.
" Sudahlah. Ayo kita pergi." Ucap Sakha pada sekretarisnya.
Sakha berbalik dan meminta Arav naik mobil, namun Adiba menghalangi langkahnya yang juga akan masuk.
" Kamu pikir saya gak mampu." Adiba membuka tas selempangnya, menyodorkan semua uang yang berada didompetnya, kecuali kartu ATM nya tentu saja. Menunjukkan lembaran merah ditangannya.
" Arav." Sakha memanggil sekretarisnya yang masih berdiri disisi lain mobil.
" Ya Tuan." Jawab Arav sigap.
" Katakan berapa biaya yang harus dia keluarkan."
Arav tersenyum, lantas menatap Adiba yang terlihat begitu gelisah, menunggu nominal yang akan ia sebutkan.
" 100 sampai 300_"
" Nih! Lebih tuh malah." Adiba memangkas ucapan Arav dengan menarik tangan Sakha, meletakan uang tunai berjumlah lima ratus ribu ditangan pria itu.
" Buat beli gorengan." Ucapnya santai, merasa puas membuat dua pria itu kalah.
" Juta." Ucap Arav melanjutkan ucapannya yang tertunda, membuat mata Adiba membulat sempurna, menatap Sakha yang tersenyum miring. Tenggorokannya terasa tercekat, dengan susah payah, dia meneguk salivanya.
" Ju-juta?." Dia melayangkan tatapan protes pada Arav, merasa dua pria itu tengah mempermainkannya.
" Benar, jika Anda tidak tahu, biar saja jelaskan. Mobil Tuan Sakha adalah Mercedes Benz S-class Maybach S 560, dengan harga 6,7 milyar. Mungkinkah mobil dengan harga itu biaya perbaikannya lima ratus ribu, Nona?."
Adiba memejamkan matanya, udara yang awalnya normal tiba-tiba terasa begitu menyesakkan. Dia mencuri tatap kesekeliling, berusaha mencari celah untuk kabur.
Sayangnya, Sakha tau apa yang Adiba pikirkan. Pria itu mencekal tangan Adiba yang baru melangkah.
" Kamu pikir bisa kabur?." Sakha tersenyum miring.
" Eng-enggak, siapa yang mau kabur." Adiba memaksakan tawa. " Lagian sebenarnya inikan salah kalian sendiri, berhenti mendadak kok dipinggir jalan." Adiba mencoba memutar fakta. Siapa tahu mereka tak benar-benar menyadari apa yang terjadi.
" Yakin Nona melihat kami berhenti mendadak?." Tanya Arav.
" Yakin ini masih dipinggir jalan?." Arav menunjuk mobil dan motor mereka yang terparkir diarea restoran. Tentu sudah bukan lagi dipinggir jalan.
Adiba semakin dibuat tak berkutik saat mereka menyadari dirinya yang salah. Tapi apa iya dia harus mengakuinya dan membayar 300 juta?. Darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?. Bahkan isi ATMnya saja tak sampai sepersekiannya.
Jual rumah, dia bahkan tak punya. Jual perhiasan, bahkan tak sampai 10 gram. Jual ginjal? Ah dia tidak segila itu sampai melakukannya. Jaga lilin? Ah itu lebih gila lagi. Bagaimana bisa pikirannya sampai kesana?. Adiba berdecak sendiri.
Tapi, darimana dia bisa mendapatkan 300 juta dalam waktu singkat?.
Bersambung.