Antara Dendam Dan Cinta
Seorang wanita dengan rambut panjang yang dikuncir kuda tengah memasukan adonan kue yang telah dibuatnya kedalam oven, menyetelnya kesuhu dan timer yang diperlukan.
Bibirnya yang merah merona itu tersenyum merekah, sesekali menyeka keringat didahinya pertanda dia mulai lelah karena sedari tadi berkutat didapur. Tetapi senyum yang menawan itu masih mengembang sempurna. Menunjukkan dia benar-benar bahagia.
Sarjana fashion yang menjadi guru TK itu juga sangat hobi membuat kue, hingga ia lebih memilih membuat sendiri kue anniversary pernikahannya ketimbang membeli.
Mengalihkan perhatiannya sejenak dari kuenya, kini wanita bernama Adiba Hanifah itu mulai menata meja makan. Mulai dari menata lilin merah didua ujung meja. Dua gelas yang siap diisi jus, juga beberapa masakan yang telah dibuatnya dengan penuh cinta.
Tak lupa dengan bunga tulip merah kesukaannya yang diletakan dalam vas kecil, bunga yang melambangkan kuatnya cinta pada pasangan itu telah tertata sempurna. Bunga itu menjadi bunga favoritnya setelah Haki menyatakan cinta padanya 5 tahun lalu. Begitu romantis, didepan teman kampus mereka tepat saat hari kelulusan tiba.
" Aku tidak bisa menerimamu." Jawaban darinya kala itu jelas membuat riuh tepuk tangan yang sempat menggema sirna begitu saja.
Haki menatapnya penuh kecewa, mungkin juga sekaligus rasa malu.
" Ucap namaku didepan penghulu, agar halal bagi kita untuk bersama."
Ucapannya itu berhasil membuat sorak kembali riuh. Haki memeluknya erat, dan itu adalah momen paling romantis dalam kebersamaan mereka.
Namun, bukan tanpa alasan Adiba meminta Haki langsung melamarnya sebagai tanda keseriusan. Ia melakukannya karena ragu jika Haki yang dia cintai sejak SMA juga mencintainya. Pasalnya ia tahu pria itu sempat menaruh hati pada wanita bernama Farah. Teman sekelas Haki, dua tingkat diatasnya.
Pun dengan masa lalu kelam keluarganya, membuatnya cukup sulit percaya pada cinta.
Tanpa dia duga, Haki benar-benar datang melamarnya. Bahkan langsung membawa ayahnya untuk menjadi wali.
Tentu saja hal itu membuat Adiba merasa Haki serius. Terlebih hubungannya dengan sang ayah renggang setelah pernikahan kedua ayahnya yang membuatnya memiliki ibu tiri, tapi ayahnya bersedia menjadi wali nikahnya karena Haki. Itulah sebabnya Adiba benar-benar yakin Haki telah melupakan masa lalunya.
Meski setelah sah menjadi seorang istri, dia mendapati suatu fakta. Dimana keluarga Haki sama sekali tak merestui hubungan mereka.
Adiba tak tahu hal itu, karena Haki mengatakan orang tuanya tak bisa datang, tidak lebih. Ia pun baru tahu, saat Haki sendiri yang mengakuinya saat ia bertanya kemana orang tua Haki.
Meski begitu, Adiba memaklumi. Toh ia cukup sadar diri jika dirinya tak sempurna untuk menjadi istri Mahaki Sujaya. Lahir dari keluarga miskin yang berantakan, dan juga tidak cantik.
Tapi ia bertekad, akan mempertahankan pernikahan yang telah ia jalani. Dan selalu berharap jika suatu saat nanti pasti mertuanya akan menerimanya, meski entah kapan itu. Bahkan hingga 5 tahun, belum ada kemajuan, meski dia sudah mencoba berbagai cara.
Mungkin salah satunya karena dia tak kunjung hamil, dan ibu mertuanya sering kali meminta bahkan memaksa Haki menikah lagi, dan sering kali pula pria itu menolak.
Dia sempat pasrah, dan meminta Haki menuruti ibunya. Namun Haki tetap kekeuh setia padanya.
" Hubungan kita dibangun dengan dasar cinta, dan tidak selemah itu hingga harus hancur karena alasan anak. Jika kamu mau, kita bisa mengadopsi anak dipanti asuhan." Haki menenangkannya yang menangis setelah cacian mertuanya yang kesekian kali.
" Tapi Ibu maunya anak kamu Mas, darah daging kamu." Ucapnya putus asa.
Tapi Haki selalu mensupportnya, meyakinkan dirinya jika cintanya tak akan hilang karena alasan anak.
Meski perkataan pria itu mampu menyemangatinya, ia tahu Haki mulai menginginkan tangis dan tawa seorang anak dalam rumah tangga yang semakin hambar ini.
Dan itu membuatnya sudah tak sabar, menunggu sang suami pulang dan memberitahukan kehamilannya. Hal yang selama ini menjadi masalah utama dalam keluarga mereka.
Adiba lantas meraih ponsel yang sedari tadi ia biarkan tergeletak diatas meja. Menekan nomor sang suami disana.
Nada telepon belum juga tersambung, Adiba menunggunya dengan tak sabar. Hingga suara yang dinantinya itu mengucap salam.
" Halo sayang, ada apa? Tumben jam segini nelpon?."
" Aku ada kejutan untuk Mas, hari ini kalau bisa pulang cepat ya..."
Hening sejenak, pasti Haki tengah berpikir.
" Baiklah, akan Mas usahakan."
Suara Haki tak begitu ceria, namun Adiba bisa mengerti. Menjadi seorang manager bukan hanya tinggi gaji, tapi juga pekerjaan yang padat.
Panggilan terputus setelah keduanya bertukar salam. Adiba mengecek kuenya yang ternyata sudah matang. Ia mengeluarkan dari dalam oven. Asap yang mengepul dari kue berwarna kecoklatan itu menguarkan aroma yang harum. Adiba meletakannya lebih dulu diatas meja.
Adiba lantas menuju lantai dua rumahnya untuk bersiap. Dia harus tampil secantik mungkin agar sang suami terpesona. Terlebih dahulu wanita berusia 27 tahun itu masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Kemudian memakai pakaian terbaiknya, sebuah gaun berwarna soft pink dibawah lutut yang baru saja dibelinya siang ini menjadi pilihan.
Sapuan make up tipis natural menghiasi wajahnya yang tak lumayan itu. Adiba lantas meraih tespack dari dalam laci, benda dengan dua garis merah itu telah ia letakan dalam kotak kecil sederhana. Akan menjadi kado terbaik sepanjang pernikahan mereka yang semakin lama semakin terasa sepi.
Wanita yang tengah hamil itu perlahan menuruni anak tangga dengan hati-hati, duduk dimeja makan dimana makan malam romantis yang dibuatnya sudah siap.
Ia menunggu dengan tak sabar, berulang kali mengecek waktu dengan melihat jam dinding yang terus berdetak. Ia duduk dengan gelisah, gugup dan senang yang menjadi satu. Kemudian berdiri mondar-mandir tak karuan.
Waktu sudah menunjukkan jam 6 sore dan yang ditunggu belum juga muncul, membuat Adiba semakin khawatir. Berbagai pikiran buruk mulai merasukinya. Ia takut sesuatu yang tak dinginkan terjadi pada suaminya.
Prasangka-prasangka buruk dalam pikiran itu terpangkas paksa saat sebuah notif diponselnya berdenting. Adiba mengernyit heran melihat nomor tak dikenal mengirim pesan.
Namun rasa penasaran yang lebih besar membuatnya spontan membuka pesan itu. Mata cantiknya membulat sempurna, bibir tipis yang telah berhias lipstik itu menganga tak percaya.
Setetes air mata jatuh dari kelopak mata yang telah diriasnya itu.
[ Jangan tungguin dia ya... Lihat, Haki-nya lagi mabuk, mana bisa pulang. Kamu tenang aja, suamimu ini aman sama aku.]
Sebuah pesan entah dari siapa, diiringi foto sang suami yang tergeletak mabuk diatas ranjang. Penampilan Haki terlihat berantakan, membuat berbagai asumsi buruk muncul dikepalanya.
Tanpa berpikir panjang, Adiba langsung menghubungi nomor itu. Hanya butuh beberapa detik hingga panggilan itu diangkat. Sebuah suara wanita menjadi yang pertama kali ia dengar.
" Siapa kamu?." Tanyanya menahan geram. Terbayang sang suami tengah bersama wanita lain, jelas bukanlah hal yang diinginkan istri manapun.
" Tebak aja aku siapa? Yang jelas aku perempuan, dan sekarang lagi sama suami kamu. Harusnya kamu sudah bisa nebak dong aku siapanya suami kamu."
Adiba berniat menjawab saat nomor itu tiba-tiba mematikan panggilan secara sepihak. Dia mencoba kembali menghubungi, dan sialnya tidak aktif.
" Kamu dimana Mas..." Gumamnya duduk bertumpu lutut diatas langit. Ia memegangi perutnya, teringat dengan calon anaknya yang tengah tumbuh disana.
Apa yang harus dia lakukan jika suaminya benar-benar berselingkuh?.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Red Velvet
Benar2 menyayat hati, Haki kenapa kamu begini saat Adiba ingin memberikan kejutan ttg kehamilannya sama kamu.
2023-02-11
3