Kalila Wulandari, seorang Office Girl disebuah perusahaan ternama.
Suatu hari presdir dikantornya digantikan oleh penerus berikutnya. Seketika Kalila langsung terkagum oleh ketampanan presdir baru itu, rasa kagumnya berubah menjadi cinta.
Hingga suatu hari, Kalila melupakan satu angka yang berakibat membuatnya menikah sang presdir.
Bagaimana satu angka mengubah hidup Kalila?
Kesalahpahaman terjadi karena siasat yang meleset dari orang ketiga.
Siapakah orang ketiga itu?
Yuk simak kisah Kalila Wulandari dan Keenan Alvaro Pradipta, Presdir baru yang membuat Kalila jatuh hati dalam sekali pandangan.
Penuh teka-teki karena balas dendam orang dimasa lalu...
NB : Kalau tidak halangan, akan UP tiap jam 12.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afifatun Nasobah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
" Ma-maaf tuan, tapi sebelumnya tubuh pasien tidak mengalami penolakan sama sekali. Ini diluar dugaan kami." Ujar dokter Dito sebagai ketua dalam operasi.
" Itulah sebabnya kalian harus pandai menduga, jangan asal bertindak!!!." Teriak Keenan penuh amarah. Rasanya dia benar-benar frustasi atas kegagalan dalam operasi ibu gadis OB itu. Entah karena apa, dia sendiri tak tahu.
Semua orang yang berada diruangan itu hanya bisa menunduk gemetaran. Tak ada yang berani menatap mata tajam tuan muda yang tengah dikuasai emosi itu.
' Kenapa harus seperti ini, kenapa aku harus menjadi penyebab ibunya meninggal.'
Keenan diam, mencoba mengatur emosinya. Tanpa berkata sepatah katapun lagi, Keenan keluar ruangan. Seketika dokter Dito dan semua yang ada disana menghela napas lega, suasana tegang yang sedari tadi membuat mereka ketakutan telah berlalu.
...
" Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang, terima kasih juga untuk membawa saya kerumah sakit." Ucap Kalila tulus saat ia sudah sampai didepan rumahnya.
" Tidak masalah, saya melakukan semua itu atas perintah tuan muda." Jawab Jordi datar.
" Kalau begitu tolong sampaikan terima kasih saya padanya."
" Tentu."
" Silahkan anda masuk kedalam, saya akan pergi setelah anda benar-benar sudah berada didalam."
" Emm...baiklah." Jawab Kalila dan langsung menuruti perkataan sekretaris Jordi. Lagipula dia juga merasa canggung jika harus mempersilahkan laki-laki itu masuk.
Setelah Kalila masuk dan menutup pintu, sekretaris Jordi baru masuk kedalam mobil dan melajukannya menuju apartemen tuan mudanya.
" Memang benar kata tuan Keenan, aku tidak boleh terus terpuruk seperti ini. Aku harus bangkit, setidaknya ibu bisa bahagia jika melihat aku tak terus larut dalam kesedihan." Gumam Kalila tersenyum mengingat perkataan Keenan. Rasanya ia masih tidak percaya, presdir dikantornya sudah menjadi penyemangat pertamanya.
Kalila masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, Kalila memutuskan memasak nasi goreng, karena memang sudah waktunya makan malam.
' Biasanya aku akan memasak bubur untuk ibu, setelah itu baru masak untuk sendiri. Semua yang berubah benar-benar nyata.'
Kalila kemudian masuk kedalam kamar, dia harus cukup istirahat, karena besok ia harus berangkat kerja, sekaligus memulai hidup barunya tanpa sang ibu.
Didalam kamar, tak semudah itu ia terlelap. Lagi-lagi ia teringat akan sang ibu.
Tiba-tiba ingatan tentang kepedulian Keenan melintas.
' Selain tampan dan murah senyum, ternyata tuan Keenan juga sangat baik. Dia bahkan mencariku hanya karena aku tak masuk kerja. Hah, tapi kenapa rasanya aneh sekali, tuan Keenan mencari Office Girl hanya karena hal sepele itu.'
" Kebaikannya benar-benar membuatku semakin jatuh cinta. Sayangnya, cinta ini hanya akan bertepuk sebelah tangan."
" Hahh, upik abu sepertiku bukan pasangan yang pas untuk sang pangeran. Karena yang namanya pangeran, pasti jodohnya adalah seorang putri." Gumamnya lagi mengingat Alin.
...
Keesokan harinya, Kalila sudah siap berangkat kekantor dengan seragam kebanggaannya. Rasa sepi masih menggelayutinya, jika biasanya dia akan menyiapkan obat dan makanan untuk ibunya, kini dia tak melakukan itu lagi. Dan tentu, hal itu membawa perubahan yang besar dalam kesehariannya.
' Ibu, kenapa ibu harus pergi secepat ini. Lila belum sempat membahagiakan ibu, Lila kangen bu... Lila kange..n.' Batinnya sembari meneteskan air mata.
" Aku harus kuat, aku gak boleh nangis terus kaya gini. Nanti ibu sedih disana." Gumamnya menghapus air matanya.
Ia meraih tas lusuhnya diatas tempat tidur. Kemudian meraih ponselnya dan memesan ojek online.
Tak berapa lama, ojek yang dipesannya datang juga.
" Mbak Kalila?."
Kalila mengangguk dan langsung naik keatas motor, kemudian mengatakan alamat yang ia tuju.
Beberapa menit kemudian, motor sudah sampai didepan gerbang perusahaan.
Kalila melangkah dengan lesu, rasanya ia tak percaya jika wanita yang melahirkannya sudah tiada. Dia kini sendirian didunia ini, benar-benar sendirian.
" Lila, kok kemarin kamu gak berangkat kerja? Kamu sakit ya? Udah mendingan?." Tanya Siska menghampiri Kalila yang baru saja datang. Sedangkan Eva berada dibelakang Siska.
" Aku gak papa kok, kemarin cuman meriang aja, gak perlu khawatir gitu." Ucap Kalila.
" Beneran?." Tanya Eva juga terlihat cemas.
" Iya." Jawab Kalila tersenyum.
" Syukur deh kalau gitu, lain kali kalau kamu sakit atau ada apa-apa hubungin kita ya. Setidaknya kita bisa lakuin apa kek buat kamu." Ucap Eva lagi.
" Iya...iya...siap."
Merekapun memulai rutinitas pekerjaan..
...
" Sayang!." Teriak Alin langsung masuk kedalam ruangan Keenan tanpa mengetuk pintu membuat Keenan kesal karena konsentrasinya terganggu.
" Kenapa kau tak mengetuk pintu sebelum masuk?."
" Ya gak papa kali kalau gak ketuk pintu, kan kamu gak lagi sibuk kan." Tanya Alin tanpa rasa bersalah langsung duduk dikursi seberang Keenan.
" Kamu ini kenapa sih sayang, akhir akhir ini kamu tuh cuekin aku." Ucap Alin dengan bibir mengerucut.
" Aku hanya sedang sibuk saja." Jawab Keenan tanpa mengalihkan pandangan dari berkas didepannya.
" Sayang." Panggil Alin dengan nada manjanya.
" Apa?."
" Makan siang yuk, laper nih. Kan bentar lagi juga jam istirahat." Ajak Alin dengan mengusap perutnya.
" Tapi pekerjaanku sedang sangat menumpuk." Ujar Keenan.
" Ayolah, kita ini harus sering bareng, entah makan, jalan-jalan atau apa gitu. Biar hubungan kita makin romantis."
" Hmm, baiklah, aku akan lakukan apapun yang kau inginkan." Jawab Keenan tersenyum, kemudian membereskan berkas-berkasnya.
" Nah gitu dong, kan aku jadi tambah sayang." Ucap Alin manja dan mengecup pipi Keenan.
Keenan membalasnya dengan mengecup kening Alin. Namun momen itu justru membuat Alin berani men**** b**** Sam. Awalnya Keenan terkejut, tapi kemudian ia membalas sang kekasih. Kegiatan itu berlangsung cukup lama, hingga napas kedua terengah.
" Kau memang yang terbaik." Ucap Keenan tersenyum.
" Aku tau, aku memang yang terbaik." Balas Alin percaya diri.
Mereka berjalan keluar ruangan dengan Mesra. Tangan Alin berada dilengan Keenan, sedangkan kepalanya menyandar pada bahu kekar tuan muda itu.
Seketika pemandangan itu menjadi pusat perhatian, menatap kagum pasangan romantis itu. Yang satu tampan, dan yang satunya lagi cantik, benar benar pasangan yang sempurna.
Semua itu juga tak luput dari pandangan Kalila, gadis itu tengah membersihkan meja yang tak jauh dari mereka. Matanya hanya mampu menatap, ia tak berani melakukan lebih dari itu, bahkan untuk sekedar menyapa.
Ia tahu ia sama sekali tak punya hak, tapi rasa itu tetap ia rasakan.
Cemburu... ia tak ingin punya rasa itu, tapi perasaan itu benar-benar sudah masuk tanpa izin. Meskipun sakit, Kalila harus berusaha ikhlas. Melihat orang yang ia cintai bersama wanita lain, sama sekali tak sebanding dengan kesedihannya atas kepergian sang ibu.
Keenan dan Alin berlalu masuk kedalam lift dan melewati Kalila. Kalila terus memandangi mereka, hingga keduanya tak terlihat saat lift tertutup. Tanpa ia sadari, Keenan sempat menatapnya sekejap.
' Tahan kalila...tahan, ini bukanlah apa-apa dibanding kepergian ibu. Jangan menangis untuk hal seperti ini.' Batin Kalila menyemangati diri sendiri.
***