Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11_Bertemu Suami (REVISI)
Setelah uncle Steven menjelaskan semuanya tentang sang suami, Sheila pun sekarang sudah berada di mobil dan akan menuju ke tempat apartemen suaminya yang entah Sheila juga tidak tahu siapa nama dan juga parasnya karena setelah mendapat buku nikah tersebut langsung ia taruh di tasnya dan tidak mengeluarkannya lagi.
Hampir satu jam an berlalu, karena memang kondisi jalan yang sedikit macet membuat waktu tempuh mobil sedikit lambat, mobil pun sudah sampai di sebuah apartemen mewah yang kalau di taksir bisa sampai jutaan dollar.
"Nyonya, kita sudah sampai. Ini untuk pin apartemennya, nanti tuan akan datang menjemput anda." ucap pak Thomas, sambil memberikan sebuah kartu pintu dan juga ada sebuah PINnya.
"Terima kasih pak Thomas." ucap Sheila sopan.
Kemudian pak Thomas pun izin pergi terlebih dahulu, sedangkan Sheila pun menuju ke nomor apartemen tersebut tepatnya di lantai tiga nomor 33. Segera ia membuka pintu apartemen tersebut, saat masuk tak henti-hentinya Sheila berdecak kagum dengan dekorasi dan juga interior yang sudah pasti mahal itu.
Segera ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, karena dia tidak tahu harus masuk ke dalam kamar yang mana.
Karena merasa bosan dan juga lapar, Sheila pun membuka lemari es apa kah ada bahan makanan yang bisa di gunakan, tetapi dia malah tidak menemukan apa-apa di sana dan hanya ada telur dua butir di sana, sungguh pemandangan yang miris melihatnya, kata tapi bahan masakan saja tidak ada.
Akhirnya Sheila pun membuat telur orak arik untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar, karena dari pagi dia tidak sarapan.
Sedangkan di sisi lain, Brian yang harus ke markas sekarang pun menyerahkan semua urusan pernikahannya kepada sang uncle, dan dia fokus dengan tahanan yang kabur.
Brian sangat marah dan juga paling tidak suka dengan hal-hal seperti ini karena hanya membuang-buang tenaga saja.
"Bagaimana bri?" tanya uncle Steven yang baru saja tiba di markas Elang.
"Kita belum menangkap pelaku nya uncle, tapi kita pasti akan segera menangkapnya!" tekad Brian dengan api membara.
"Iya uncel tahu itu." ucap uncle.
"Oh ya, soal pernikahan kamu semuanya sudah beres dan istri kamu sekarang sudah ada di apartemen kamu, mending segera kamu pulang kemudian kenalin ke mami kamu, bukannya sekarang hari terakhir?" lanjut uncle Steven.
"Makasih uncle sudah mau mengurus semuanya untuk aku," ucap Brian berterima kasih dengan tulus.
"Untukmu apa aja boleh dong bri."
"Kalau gitu Brian izin pamit dulu uncle," pamit Brian kepada uncle Steven.
"Dan Aldo, selalu pantau keadaan sekitar dan segera temukan pelakunya!" perintah Brian dan mendapat anggukan kecil dari Aldo.
Brian segera pergi dari sana dan segera menuju ke apartemennya yang sekarang ada istrinya di sana, jujur Brian sama sekali tidak tahu bagaimana wajah dari istrinya tersebut, dia berharap semoga saja pilihan uncle nya tidak mengecewakan.
Setelah hampir satu jam dia berkendara dari pinggiran koto ke tengah kota, sampailah Brian di salah satu gedung apartemen mahal dan terkenal, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membeli dan menyewa apartemen ini karena harga yang sangat mahal tersebut.
Ia pun bergerak menuju ke unitnya dengan santai dan beberapa kali membalas sapaan dari scurity yang berjaga.
Sampai di unitnya Brian segera menekan tombol PINnya, kemudian masuk ke dalam dan melihat lampu ruangan pada menyala kemudian mencari sosok baru yang akan tinggal bersama dengannya mulai sekarang.
Namun dia tidak melihat seorang pun di ruang tamu, matanya pun melihat ke penjuru tempat hingga tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari dapur dengan membawa satu piring berisikan makanan.
Sheila yang selesai dengan acara masak memasaknya pun segera membersihkan piring kotornya dan mengambil piring bersih untuk tempat telor orak arik nya, jujur dia sangat kelaparan sekarang ini hingga dia tidak sadar ada yang masuk ke dalam apartemen nya dan sedang mencari sosoknya.
Saat Sheila keluar dari dapur betapa terkejutnya ia melihat sosok yang sangat tidak asing baginya yang juga sedang melihatnya secara intens.
"Aaaaa, apa yang kau lakukan di sini?" pekik Sheila karena terkejut akan sosok pria tersebut.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Jangan-jangan kau adalah Sheila!" sahut pria tersebut, yap pria tersebut adalah Brian.
"Iy.. iya, aku Sheila. Jangan jangan kau adalah keponakan dari uncle Steven!" tebak Sheila dan yureka benar sekali.
"Wahh dunia memang sangat sempitnya, aku tidak pernah menyangka bahwa kau akan menjadi istriku." Brian berkata demikian.
Sontak Sheila pun mendelikkan matanya tak percaya dengan semuanya juga, bagaimana bisa dia yang harus menjadi suaminya.
Seketika Sheila pun meletakkan piringnya dan ingin berjalan keluar, dia ingin protes dengan uncle Steven karena tidak memberitahukan sebelumnya siapa suaminya, mengapa harus orang ini, orang yang ingin Sheila jauhi setelah insiden jas tersebut.
"Mau kemana?" tanya Brian saat melihat Sheila beranjak menuju ke pintu keluar dengan membawa tasnya.
"Pergi!" ucapnya datar, namun belum sempat ia keluar pintu Brian sudah menarik Sheila hingga dia wanita itu tidak jadi keluar.
"Lepaskan aku!" teriak Sheila karena Brian penarik tangannya dengan kuat dan membawa wanita tersebut ke dalam kamarnya.
"Lepaskan aku!" ucap Sheila berusaha melepaskan cengkraman Brian di tangannya dan berhasil.
Sedetik kemudian brian pun segera melihat ke arah Sheila dengan tatapan tajamnya mendekat ke Sheila hingga wanita itu terpojok di dinding.
"Apa yang ingin kau lakukan!" pekiknya seperti melihat tanda bahaya.
"Dengarkan aku, kamu adalah istriku sekarang, jadi jangan berharap untuk pergi karena dalam hidupku setelah aku mendapatkannya maka pantang untuk diriku meninggalkannya!" ucapnya penuh penekanan, mendengarkan hal itu Sheila pun di buat merinding.
"Apa maksudmu?" tanyanya mencari kebenaran.
"Setelah kau datang padaku maka tidak akan ku biarkan kau pergi kecuali aku sendiri yang akan mengusir mu atau bahkan membunuhmu!" ucap Brian dengan tatapan tajam.
Seketika Sheila pun diam dan tak menjawab, tatapan Biran juga tidak sedingin tadi dia memilih untuk menjauhkan tubuhnya dari Sheila yang sepertinya ketakutan.
"Kamu siap-siap, nanti malam kita ke rumah mami sama papi." Brian berucap dengan meninggalkan Sheila yang masih mematung di tempat.
Sedetik kemudian dia pun sadar dan berlalu pergi dari kamar tersebut dan melanjutkan makan telor yang sudah ia buat tadi, kan lumayan buat ganjal perut yang dari tadi sudah sangat lapar.
Dia sekilas melihat Brian yang sedang duduk di ruang tamu dan sangat fokus melihat ipad nya, sungguh pemandangan yang indah, Sheila tidak bisa berbohong kalau wajah Brian memang sangat tampan dengan garis rahang yang sangat kokoh, bibir tipis dan juga badan atletis. Siapa pun yang melihatnya pasti terpanah tak terkecuali Sheila, melihat Brian sedang sibuk Sheila yakin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Brian yang merasa di perhatikan pun menoleh ke arah di mana Sheila berada, seketika Sheila mengalihkan pandangannya agar matanya tidak bertemu dengan Brian yang sialnya mulai sekarang dia adalah suaminya.
Melihat hal itu Brian pun mematikan iPad nya dan berjalan menuju ke arah meja makan di mana Sheila sedang menyantap makanannya.
.
.
TBC
seharusnya mafia tu menegangkan
cari bini tu yg tegas bukan klemar kelemer kaya gorengan kecemplung air/Sleep/
gak ku lanjutin bacanya