NovelToon NovelToon
Langit Jingga Setelah Hujan

Langit Jingga Setelah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Chicklit / Fantasi Wanita
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: R²_Chair

Jingga seorang gadis cantik yang hidupnya berubah drastis ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang justru menjadi orang pertama yang melemparkannya keluar dari hidup mereoka. Dibuang oleh ayah kandungnya sendiri karena fitnah ibu tiri dan adik tirinya, Jingga harus belajar bertahan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Awalnya, hidup Jingga penuh warna. Ia tumbuh di rumah yang hangat bersama ibu dan ayah yang penuh kasih. Namun setelah sang ibu meninggal, Ayah menikahi Ratna, wanita yang perlahan menghapus keberadaan Jingga dari kehidupan keluarga. Davin, adik tirinya, turut memperkeruh keadaan dengan sikap kasar dan iri.

Bagaimanakan kehidupan Jingga kedepannya?
Akankan badai dan hujannya reda ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senja itu Aku

Langit memang terlihat begitu indah dengan warna orange yang membentang sejauh mata memandang.Beberapa burung terbang dan menari seolah ingin ikut andil dalam menyambut senja.

  Seorang gadis duduk termenung di depan sebuah danau kecil,matanya menatap sendu air yang terlihat begitu tenang.Andai dirinya bisa menjadi air,ia akan bahagia karena bisa tenang tanpa terganggu dengan keadaan sekitar.

  Ia kembali menghela nafasnya,setiap sore ia selalu meratapi nasibnya.Hidup bersama seorang ayah,ibu tiri dan adik tiri membuat hidupnya teramat berat.Namun jika itu bukan seorang Jingga,mungkin akan menyerah tapi tidak dengan gadis berambut panjang ini.Walaupun berat tapi tak peenah ada kata menyerah yang terucap dari bibirnya

  Pantang bagi dirinya untuk menyerah,ia terlahir untuk menjadi kuat.Ia akan buktikan pada dunia penuh tipu-tipu ini bahwa dirinya bisa menaklukan dunia.

 "Akan aku genggam dunia dengan tangan ku sediri!!"

 Jingga berteriak hingga urat pada lehernya menonjol,beruntung suasana danau begitu sepi.Inilah hal yang selalu ia lakukan saat dada nya mulai terasa sesak kala mengingat kembali puing-puing kejadian kemarin sore.

 Jingga Arunika Mahardika

 seorang gadis berusia dua puluh tahun tahun yang berstatus sebagai salah satu mahasiswa jurusan fashion and design ini harus menelan pil pahit saat sang ayah mengusirnya dari rumah dan juga mengancam akan mencoretnya dari KK dan Ahli waris.

 Hujan malam itu tidak sekadar turun namun juga seolah marah.

 Menimpa tanah, mengguyur genting, menenggelamkan suara Jingga yang nyaris habis karena menangis terlalu lama.

 Jingga berdiri di depan pagar tinggi rumah itu,rumah yang dulu memeluknya begitu hangat,namun kini menatapnya dingin seolah ingin menegaskan bahwa dirinya bukan lagi penghuninya.

 Tas kecil tergantung di bahu berisi hp dan dompet,serta sebuah koper kecil isinya hanya beberapa helai baju dan sebuah buku catatan kuliah serta satu buah diary lusuh peninggalan Ibunya.

 Ayahnya yang tak lain Rian Permana Mahardika,seorang pengusaha di bidang properti yang namanya termasuk kedalam jajaran pengusaha sukses.Rian berdiri di ambang pintu, tubuhnya kaku, wajahnya dingin seperti tembok.

 Di sampingnya, Ibu tiri tersenyum tipis, senyum yang tak pernah benar-benar ramah dan penuh tipu muslihat.

 Dan di belakang mereka, Davin, adik tirinya yang menyembunyikan tawa kecil di balik tangan.

 “Ayah… aku tidak mencuri,” suaranya bergetar, terhanyut oleh air mata dan hujan.Ingin rasanya berlari ke pelukan sang ayah seperti dulu saat dirinya di rundung masalah. Ingin memohon agar ayahnya percaya pada Jingga seperti saat kecil, seperti dulu saat jatuh dari sepeda dan ayahnya lah yang pertama kali menggendongnya pulang.

 Tapi malam itu, pelukan itu sudah tidak ada.Hanya tatapan dingin seolah menegaskan semua tidak lagi sama selerti dulu.

 “Cukup, Jingga!” bentaknya. “Aku sudah malu karena perbuatanmu. Jangan pernah kembali ke rumah ini!”

 Jingga menatapnya lama. Mencari secercah kasih di matanya,tapi yang ditemukan hanya dingin yang menusuk.Tangannya gemetar,ia menunduk dan mengangguk perlahan.

 Kalimat terakhir yang begitu menusuk lebih tajam dari sebilah pisau bahkan hujan pun terasa lebih dingin membasahi tubuhnya.

 “Kau bukan anakku lagi.”

 Pintu tertutup keras. Suaranya menggema di dada.

Masalah ini bukanlah hal yang pertama,dulu pun ia pernah mendapat masalah seperti ini juga.Fitnah yang benar-benar kejam dan melukai hatinya.

Flash back on

Hari itu seharusnya berjalan biasa saja.

Jingga baru pulang sekolah, meletakkan tas di kamar, lalu membantu Ratna menata ruang tamu. Ia terlihat gelisah sejak pagi, namun ia tidak bertanya apa-apa. Ia hanya berusaha bersikap baik seperti yang ia lakukan selama ini.

Menjelang sore, ketika Jingga sedang menyapu halaman belakang, suara Ratna tiba-tiba menggema dari dalam rumah.

“Mas! Mas! Perhiasanku hilang!”

Jingga terkejut, meletakkan sapu, dan berlari masuk. Ratna berdiri di kamar, wajahnya pucat namun matanya penuh kecemasan yang aneh,kecemasan yang seperti sudah disiapkan.

“Ada apa, Bu?” tanya jingga.

Ratna memandangku lama, sangat lama, hingga membuat tenggorokannya terasa kering.

“Kalung emas hadiah dari Mas… tidak ada di laci,” ujarnya dengan suara yang dibuat bergetar. “Kamu lihat?”

Jingga menggeleng pelan. “Tidak, Bu. Saya bahkan tidak pernah buka laci itu.”

Davin berdiri di belakangnya, kedua tangannya disilangkan sambil menatapnya dengan sudut bibir terangkat tipis.Senyum yang tidak seharusnya ada di situ.

Ayah melangkah cepat ke kamar. “Apa benar hilang?”

Ratna mengangguk dramatis, kemudian menatapku lagi.

“Jingga, kamu kan tadi masuk kamar waktu aku minta tolong ambil buku. Mungkin… kamu tidak sengaja menyentuh lacinya?”

Jingga terdiam. Ia memang masuk sebentar, tapi ia sama sekali tidak menyentuh apa pun.

“Bu, saya tidak—”

“Apa kamu ambil?” suara Ratna meninggi.

“Saya tidak!”

Jingga menatap sang Ayah, berharap ia percaya pada dirinya seperti dulu saat dirinya menangis karena kehilangan boneka kesayangan.

Ayah menatap Jingga lama, tapi kali ini tidak ada kehangatan yang telah lama hilang.

“Jingga, bisakah kamu jujur?” suaranya dingin, datar, seperti halaman kosong tanpa cerita.

Jingga merasakan dadanya sesak.

“Ya Allah, Ayah… aku tidak mengambil apa pun…”

Ratna tiba-tiba meraih laci lain dengan cepat, mengaduk-aduk isinya, lalu berteriak, “Ini! Dompetku juga hilang!”

Davin memekik kecil seolah terkejut. “Apa jangan-jangan… Kak Jingga?”

Jingga menoleh ke arahnya, tidak percaya ia bisa mengucapkan itu. “Davin… kenapa kamu bilang begitu?”

Ia mengangkat bahu, pura-pura takut. “Aku cuma tanya, Kak. Kamu kan… ya, akhir-akhir ini sering sendirian di kamar.”

Sakit rasanya,bagai di tusuk belati.

Mereka tidak hanya menuduh… tapi membuat cerita.

Ratna mencengkeram lengan Ayah. “Mas… aku takut. Kalau benar Jingga… bagaimana?”

Ayah menatap Jingga.Tatapan itu bukan tatapan seorang ayah kepada anaknya.Melainkan tatapan pada seseorang yang mungkin bersalah.

“Jingga, biar Ayah cek kamar kamu.”

Jingga tersentak. “Ayah… tidak! Ayah, aku tidak—”

Tapi Ayah sudah melangkah.Ia membuka pintu kamar tanpa izin.Davin mengikut, Ratna menyusul dengan napas terengah-engah.

Dengan kasar laci meja dibuka, tas sekolah pun diraba-raba, bahkan bantal dan selimut tak luput dibalik satu per satu.

Lalu Ratna berteriak, “Ini dia!”

Ia mengangkat kotak kecil berlapis merah—kotak perhiasannya.

Jingga hampir pingsan melihat itu.Itu mustahil.Jingga tidak pernah menyentuh kotak itu.

“Lihat, Mas? Ada di kamar Jingga,” bisik Ratna.

Ayah memandang Jingga, kecewa dan marah. “Kenapa kamu melakukan ini?”

Air mata Jingga langsung jatuh. “Ayah… aku… tidak tahu kenapa itu ada di sana. Aku tidak—”

“Cukup!”

Teriakan Ayah memotong ucapan Jingga.Telapak tangan Jingga bergetar hebat. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari suara itu.

Suaranya yang dulu menenangkan… sekarang menjadi pisau tajam.

Ratna memeluk Davin, berpura-pura takut, sementara anak itu menyembunyikan senyum kecil yang semakin mengiris dada.

Ayah melangkah maju, menatap Jingga seperti Jingga adalah orang asing.

“Mulai hari ini… Ayah tidak bisa percaya padamu.”

Jingga terdiam. Napasnya tercekat.

Kata-kata itu menghancurkan seluruh dunia yang kutopang dengan sisa-sisa ketabahan.

Ratna memeluk Ayah makin erat. Davin berdiri di sampingnya,

“Kau tak seharusnya ada di rumah ini.” bisiknya.

Pada malam itulah, untuk pertama kalinya Jingga merasakan sesuatu yang tidak pernah dialami sebelumnya.

Perasaan bahwa rumah ini, yang dulu membesarkannya dengan cinta,kini telah memutuskan bahwa dirinya tidak layak tinggal di dalamnya.

Dan Jingga baru menyadari…

fitnah ini hanyalah permulaan dari sesuatu yang jauh lebih menyakitkan.

Flash back off

 Lampu teras padam. Dunia seolah ikut menolak keberadaannya.

 Jingga berjalan tanpa arah, melewati jalanan becek, sendirian dan gelap sendirian.Sedangkan hujan semakin deras,bahkan angin pun seolah menertawakanku.

 Dibawa payung Jingga menangis tanpa henti hingga payung yang dibawanya patah, seolah ikut menggambarkan hatinya yang juga patah tak berbentuk lagi.

 Namun di balik langit yang gelap, samar-samat terlihat warna jingga tipis di ujung cakrawala,sisa cahaya senja yang terlambat pergi.

 Warnanya hangat, meski redup. Seolah berbisik, ini belum akhir.Ini sebuah awal untuk bertemu senja.

 Entah kenapa, Jingga ingin menatapnya lama.Seolah mencari sesuatu yang mungkin bisa menemani malamnya yang semakin terasa gelap.

 Dan malam itu Jingga diusir, dibuang, dan kehilangan segalanya. Tapi kelak, Jingga akan tahu bahwa dari langit yang paling gelap, warna jingga akan kembali muncul.

 Bahwa dari luka paling dalam, seseorang bisa tumbuh dan menemukan dirinya sendiri.

... "Atau mungkin juga karena untuk pertama kalinya aku mengerti.Terkadang, sesuatu yang paling indah lahir setelah yang paling menyakitkan.Bahkan pelangi pun selalu hadir setelah hujan.Aku percaya begitupun dengan senyumku yang akan hadir setelah airmata."...

...🍀🍀🍀...

... 🍃 Langit Jingga Setelah Hujan 🍃...

1
Danny Muliawati
hingga gmn dg kuliah nya yah
Puji Hastuti
Aq suka ceritanya kk 💪💪💪
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
punya bapak kok bego bgt, gak percaya ma anak sendiri, suatu saat dia akan menyesal...
𝐈𝐬𝐭𝐲
baru baca bab awal udah bikin nyesek ma emosi thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!