Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-1 versi revisi
Suasana segar dan angin sepoi Sepoi masuk ke dalam celah jendela di dalam kamar Jasmin memaksanya untuk bangun dan beraktifitas seperti biasanya.
Alzena Jasmin Syakayla seorang janda muda yang memiliki seorang putra yakni Azzam Mecca Al-husain yang kini berumur 3 tahun, pernikahan nya dulu kandas dan hanya bertahan dua tahun lamanya, hingga saat putranya berumur satu bulan Jasmin di talak oleh sang mantan dengan berbagai alasan.
Menjadi janda tak menjadikannya putus harapan, meskipun awalnya ia sempat menangis meraung dan tak terima dengan takdir yang Allah berikan kepadanya, namun karena support orang tuanya Jasmin cepat move on dari rasa sakitnya, di tambah senyum sang putra yang selalu bersinar layaknya matahari di pagi hari.
Akan tetapi akhir akhir ini banyak sekalian berbagai hal yang tidak Jasmin tahu terbuka, ternyata selama ia menikah dengan mantan suaminya dahulu orang tuanya berhutang kesana kemari untuk membiayai nya, karena dahulu mantan suaminya tidak mau bekerja tidak sesuai dengan ucapannya sebelum menikahi sang putri. Mantan suami Jasmin dahulu enggan bekerja dengan berbagai alasan, hingga sang mertua pernah mengatai Jasmin dengan mengatakan jika putranya tak ingin bekerja itu berarti karenanya, karena Jasmin tak perlu di usahakan.
Merasa bersalah karena menjodohkan putri nya dengan pria yang salah, Bu Ijah dan pak Kasdi rela mengirimi meminjam uang ke sana kemari untuk mengirimi Jasmin uang agar tidak selalu di remehkan keluar suaminya, namun meski sebesar apapun uang yang mereka kirim, Jasmin tetap tidak di hargai keluarga suaminya hingga akhirnya ia menyerah dan meminta untuk di talaq meski saat itu usia sang putra masih satu bulan.
Ia tahu meminta talaq merupakan sebuah dosa yang sangat besar, namun baginya membuat putranya ikut menderita sepertinya ikut di remehkan sepertinya adalah dosa besar dan ia tak akan pernah bisa menebus kesalahan kepada putranya karena telah berani melahirkan nya ke dunia ini, dengan memilih bercerai Jasmin bisa mencari uang sendiri dan membesarkan putranya tanpa kasih sayang yang kurang, ia bisa menjadi seorang ibu yang mental nya sehat.
Banyak sekali orang orang yang dipinjami uang oleh Bu Ijah datang ke rumah untuk menagih hutang, mereka juga tak segan menagih pada Jasmin dan mengatakan hal hal yang sangat melukai hatinya.
"Makanya Jas, nanti mah kalo cari lakik yang mau ngebiyayain bukan yang mau di biyayain ujung ujung nya kan orang tua kamu yang repot... Gede hutang juga kan bekas ngasih ke kamu dulu... Kalo bisa kamu ikut bantu dong bayar utang orang tua kamu ke saya...." ujar Bu Nenti tetangga nya yang sangat kaya di kampung Jasmin.
"Iyah Bu, nanti saya bantu bayarin, tapi 2 hari lagi yah soalnya saya belum gajihan, sekarang adanya cuman dua ribu, emang mau????" tawar Jasmin sembari memaksakan tersenyum, ia masih tetap terlihat ceria meskipun di gempur badai gosip oleh tetangga tetangganya. Seolah air matanya sudah kering habis di hari kemarin hingga ia tak merasa ingin menangis bahkan sedih sekalipun, itu yang terlihat dan tercetak di wajahnya.
Bu Ijah dan pak Kasdi hanya bisa meminta maaf pada putrinya, mereka sangat menyesal namun jika mereka terus menyesal maka mereka akan kehilangan hari ini untuk menebus hari kemarin, untuk itu Bu Ijah dan pak Kasdi terus berusaha mencari uang agar hutang mereka cepat lunas.
Jasmin pun memiliki seorang adiklaki laki yang berbeda 3 tahun darinya, jika saat ini Jasmin berumur 23 tahun maka adiknya berusia 20 tahun, Jovan Saputra seorang pemuda yang baik hati dan rela memberikan segalanya untuk keluarga nya.
"Bulan ini Jovan bayar ke Bu Netty dulu yah Bu, 3 juta dulu, udah Jovan TF..." ujarnya pada sang ibu sembari memperlihatkan layar hp di tangannya.
"Nanti dua hari lagi biar kakak tambahin satu juta ke Bu Netty biar gak bawel terus...." sambung Jasmin sembari memasukkan makanannya ke dalam mulut.
Bu Ijah dan pak Kasdi hanya menghela nafas berat, perasaan nya campur aduk antara senang melihat putra dan putrinya yang saling peduli, dan sedih karena itu semua kesalahan mereka.
Setelah menyelesaikan sarapannya Jovan dan Jasmin berpamitan untuk berangkat ke tempat kerja mereka masing masing, mereka selalu berangkat dan pulang bersamaan karena arah tempat mereka kerja yang searah.
"Bunda berangkat dulu..." pamitnya pada sang putra lalu mengecup pucuk kepala putranya dengan penuh cinta.
Tatapan mencibir tetangga, menatap kepergian Jasmin yang tengah berjalan menghampiri motor sang adik, Jasmin tak merasa keberatan ia malah acuh tak acuh dan tidak peduli sama sekali, akan tetapi ia tetap tersenyum dan selalu menyapa mereka.
"Pagi ibu ibu..... Permisi yah saya numpang lewattt ... " ujar Jasmin dengan bibir yang tersenyum lebar saat kumpulan melewati ibu ibu yang tengah berkerumun di pagi hari.
Mereka pun seolah biasa saja dengan bermuka dua seperti biasanya pura pura tersenyum dan membalas sapaan Jasmin, namun setelah Jasmin pergi, mereka melanjutkan gosipnya lagi.
Sampai di tempat kerja Jasmin, ia langsung masuk ke dalam toko grosir aneka macam sembako dan jajanan tempatnya bekerja.
Nur Azizah, teman kerja Jasmin segera menyambut dan menghampirinya.
"Tumben agak telat meski telat nya tidak lebih dari lima menit?" tanya Azizah menghampiri Jasmin yang baru saja menyimpan tas nya di kursi kasir.
"Biasa, kalo orang sibuk mah, pagi pagi ada tamu....." ujar Jasmin dengan nada bercanda.
Tak lama sang bos ikut menghampiri Jasmin yang sudah berdiri di tempat kasir.
"Semalem sebanyak ape emang Jas yang bikin jampe ke rumah, sampe bisa kesiangan gituuu? Tumben bangettt?" tanya sang bos yakni Revan, seorang bos keturunan China.
"Maaf pak bosss, saya telattt..." ujar Jasmin sembari mengacung dua jarinya untuk membentuk kata maaf.
"Yaelah, kayak ke siape ajeh loh... Kalem wae, yang penting loh ada kerja..." jawabnya tak mempermasalahkan keterlambatan Jasmin.
"Siapa yang belanja? Kok orang nya gak ada?" tanya Jasmin saat melihat tumpukan sembako dan jajanan di depan meja kasir, sedangkan Azizah ia masih sibuk meilah milih berbagai macam aneka jenis makanan ringan.
"Hari ini kita ada borongan Jas, istri nya pak menkeu mesen di grosir kita...." ujar Azizah dengan wajah tengil nya.
"Wahh, kita makan enak dong bosss? Bisa kali traktir sekali mah.... Kan dapet borongannn..." goda Jasmin
"Kerja yang bener ajeh loh, gak gue gajih lama kelamaan....." jawab sang bos bercanda.
"Yah kita mah gpp gak dapet gajih dar Luh bos, tinggal berhenti kerja nyari sugar Daddy udah tuh hidup enak tapi fefewwwww tamatttttt....." ujar Azizah sembari tertawa.
"Gila yeh loh pade. ...." sang bos bergidik ngeri melihat kegilaan dua pekerjanya.
"Tapi ngomong ngomong ziz, pak menkeu kan masih muda yeh? Bisa kali gue jadi simpenan... tenang ajeh, gue mah di simpen di koper ajah muattt....." ujar Jasmin dengan tawa ringan nya.
"Yah begimane kagak muat, badan loh Petit gitu... Emang Lisa Mariana harus di atas dak kan genteng?..." jawab Azizah.
"Kok di atas genteng...." tanya sang bos yang tidak hafal arah bicara mereka.
"Bos tau kagak Torn pinguinnn?" tanya Azizah
"Kalo tahu, itu modelan Lisa Mariana..." sang bos pun tertawa saat paham ke mana dan ke siapa arah pembicaraan mereka.
Tak lama, Bu Leni istri dari pak menkeu datang untuk membayar pesanan mereka, ia datang dengan di temani sang suami dan supir beserta bibi di rumahnya.
"