Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desa
****
Keluarga Pak Bara sudah sampai di Desa, Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan rumah satu lantai tapi cukup besar.
Di teras sana, terlihat sepasang suami istri yang sudah tidak terlihat muda lagi sedang menunggu kedatangan keluarga Anak mantu nya.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, akhirnya kalian sampai juga dengan selamat.” ucap Kek Dani.
Mereka saling berpelukan, pas bagian Raga Kakek nya langsung menarik telinga nya sampai Raga mengadu kesakitan.
“Aduh kek sakit, padahal cucunya datang itu dipeluk bukannya malah narik telinga.” Raga mengelus-elus telinganya.
“Punya cucu bandel banget, siapa yang ngajarin pergi ke tempat yang gak baik begitu?” tanya Kek Dani
“Gak ada, aku cuma datang doang loh. Gak ikut joget ataupun minum.” ucap Raga, ia harus terus menjelaskan. Jangan sampai keluarga nya berpikir ia ikut minum.
“Tetap sama, tapi Kakek senang juga akhirnya kamu tinggal disini. Semoga saja selamanya.”
“Jangan pada ribut di luar, gak enak sama tetangga. Mending di dalam aja.” tegur Nek Intan.
Mereka semua masuk, Raga duduk di dekat Nenek dan keponakan nya. “Sakit gak Om telinga nya?” tanya Sasa.
“Tanya lagi, ya sakit lah.” jawab Raga ketus.
Sasa mendekat, dan berbisik kepada Om nya itu. “Papa juga sering tahu di tarik telinga nya sama Mama, kalau disuruh jaga adik tapi Papa malah main hp.” bisiknya tapi ternyata masih bisa didengar oleh para orang tua.
Raka, sang Papa menatap kesal kepada Putri pertama nya. Sementara Sekar, Mamanya pura-pura sibuk dengan putra bungsu nya. Dean.
“Kalian menginap kan?” tanya Nek Intan. beliau sangat senang saat mendengar kabar Putrinya serta mantu dan cucu cicit nya akan datang. mau nya rumah mereka deketan.
Bu Lena menganggukan kepalanya. “Iya Bu kita menginap kok, pulangnya lusa mungkin. Kalau Raka besok juga udah pulang.”
“Nek, katanya Raga disini mau sekalian nyari istri.” ucap Raka.
Raga langsung melotot. “Bohong, jangan percaya nek.”
“Ya gak apa-apa kalau benar juga, malah nenek senang.” ucap Nek Intan.
“Tuh Nenek senang Rag, Mbak lihat cantik-cantik loh gadis disini. Apalagi Anak nya Mang Sapri, kayaknya cocok sama kamu.” ucap Sekar.
“Bini sama laki sama aja, lagian aku disini cuma 6 bulan ya.”
“Ah Kalau gitu Nenek bakalan sering-sering berdoa supaya kamu betah disini.”
“Minta doa aja Bu sama pak ustadz, biar betah.” saran Pak Bara.
Raga menatap mereka dengan kesal, kenapa dari tadi hanya dirinya yang terus di pojokan.
Raga berdiri, “Lama-lama disini bisa makin panas ini telinga. Mending nyari angin.”
“Yaudah sih sana, siapa tahu ketemu jodoh.” ucap Raka.
“Aku ikut Om.” seru Sasa.
.
Raga dan Sasa hanya berjalan sekitaran rumah, Raga tidak ingin terlalu jauh nanti yang ada pasti Keponakan nya ngerengek minta pulang.
“Om itu ada warung, ayo kesana.” belum juga Raga bicara, tangan nya sudah ditarik oleh Sasa menuju warung.
Di warung ada beberapa orang pembeli ada juga yang sedang nongkrong.
“Eh ada si kasep, cucunya kek Dani kan ya?” tanya seorang ibu-ibu.
“Iya, Bu.” jawab Raga tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.
“Om kakak mau beli ini sama ini ya, terus ini juga.” Terlihat Sasa mengambil beberapa jajanan.
“Om gak bawa uang.” bisik Raga.
Sasa menatap Om nya sambil cemberut. “Terus gimana?” tanya Sasa.
“Biar Tante yang bayar ya.” ucap perempuan di dekat mereka.
Sasa dan Raga langsung menatap nya, Sasa menatap dengan tatapan binar karena senang. Sementara Raga malah diam.
“Bi, sekalian sama yang punya adik ini ya.” ucap perempuan tersebut kepada sang pemilik warung.
“Boleh neng.” kemudian di sebutkan jumlah nya, dan di bayar oleh perempuan tersebut.
“Ini adik manis, udah Tante bayar.”
“Terima kasih Tante cantik, Tante namanya siapa?”
“Bulan, kalau kamu?”
“Nama aku Sasa, ini Om nya Sasa namanya Om Raga.”
Bulan hanya menunduk setelah menatap sekilas wajahnya Raga, sementara Raga malah terus menatap wajah nya Bulan.
Karena merasa risih terus ditatap seperti itu, Bulan cepat-cepat pamit kepada mereka dengan alasan sedang buru-buru.
Melihat Bulan pergi, Raga menggandeng tangan Sasa mengajaknya pulang. Tak lupa ia juga pamit kepada orang-orang disana.
“Kamu ini malu-maluin aja, masa dibayarin sama orang lain. Padahal bisa pulang dulu.” omel Raga.
Sasa hanya cemberut dan diam, mereka sudah sampai dirumah Kek Dani. Saat mereka masuk ternyata para perempuan sedang menyiapkan makanan untuk makan siang.
“Eh ini kenapa Cicit Nenek cemberut gitu?” tanya Nek intan.
“Tadi ke warung terus jajan, gak bawa uang.” ucap Raga.
“Lah terus ini pake uang siapa?” tanya Bu Lena melihat kresek berisi jajan milik Sasa yang sengaja di taruh di atas meja.
“Tadi ada anaknya Mang Sapri, terus dibayarin.” jawab Raga.
“Kok kamu tahu anak nya mang Sapri?” tanya Nek intan.
Raga menggaruk kepalanya. “Ya nebak aja, soalnya dulu pernah ketemu, terus katanya anaknya mamang.”
“Gimana, Cantikan?” tanya Maminya.
Baru juga Raga mau menjawab, eh sudah keduluan oleh Nenek nya.
“Ya Cantik kan ya Ga? Malah Bulan itu bisa di bilang paling Cantik disini, kalau lagi ngomong juga lembut nada suara nya.”
“Dering telepon kali, Nada suara.” kekeh Raka.
“Udah ya jangan bahas orang lain lagi, nanti kuping nya bisa kepanasan.” ucap Raga.
“Mending kita makan dulu aja, Aku udah lumayan lapar ini.” lanjut Raga.
Mereka semua Memilih untuk makan di belakang rumah, di sana ada Sawung terbuat dari bambu tapi lantainya pakai keramik, suasana nya cukup tenang dan tidak begitu gerah karena ada beberapa pohon buah yang cukup besar.
“Enak ini sambal jengkol nya.” ucap Pak Bara.
“Jangan lupa habis makan langsung gosok gigi.” ucap Raga.
Pak Bara hanya menatap sekilas ke arah putra bungsunya itu, tidak begitu peduli dengan perkataan nya.
“Gak mau coba Gak? Enak tahu sambal jengkol nya, apalagi di campur sama ikan asin.” ucap Nek Intan.
“Hehehe, gak doyan Nek.” balas Raga.
“Alah sekarang gak doyan, kalau udah lama tinggal disini juga pasti bakalan doyan.” ucap Pak Bara.
“Setiap hari Nek masak Jengkol nya, biar Raga mau makan.” Saran Sekar.
“Bosan kalau setiap hari, tapi mau si selang aja sama petai, terus sama sayuran yang Raga gak suka.” ucap Nek Intan.
“Parah ih,dari tadi mojokin aku terus.” ucap Raga.
“Kalau lagi makan jangan pada ngomong, gak baik.” tegur Kek Dani.
Mereka langsung diam, tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suaranya. Kecuali Sekar yang sedang menyuapi putranya makan.
paling bener sih raga sama bulan