NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:216
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

empat

Pagi ini, setelah salat subuh. Zahra kembali tidur, adiba yang tahu bagaimana lincahnya zahra, yang selalu memanfaatkan waktu sedikit dengan maksimal. Zahra biasanya sehabis subuh walaupun hari libur, tetap belajar. Ia benar-benar tak mau menghamburkan waktunya untuk hal-hal tak berguna. Zahra biasanya seperti itu, dan itu cukup mengagetkan bagi adiba, melihat zahra tiduran bermalas-malasan tanpa sebab. Sudah hampir 3 bulan mereka sekamar, adiba sudah memahami bagaimana ritme hidup seorang zahra.

"ra.., kamu sakit?" adiba menyentuh kening zahra, namun tak terasa berbeda. Adiba mengernyitkan keningnya heran,

"aku ngantuk.." sahut zahra parau, gadis tunisia itu mengedikkan bahunya, berlalu dari samping zahra menuju ke ranjangnya sendiri dan merapikannya.

Suara notifikasi dari ponsel zahra yang terletak di atas meja, menganggu ketenangannya. Zahra dengan malas menyingkap selimutnya, meraih ponsel dengan ujung jarinya.

Mata zahra terlihat serius, mengamati pesan yang masuk ke ponselnya. Bibirnya terlihat komat-kamit membaca pesan, ekspresi wajah zahra berubah, terlihat ketegangan di wajah cantiknya itu.

"adiba..." panggil zahra melambaikan tangannya,

"lihat..." zahra menunjukkan layar ponselnya, adiba membaca dengan mata yang membelalak terkejut,

"pangeran ommar mengajakku ketemuan, gimana nih?"

Adiba mengangguk, ia tersenyum menenangkan zahra,

"balas saja oke, aku akan temani kamu!"

Zahra patuh, dengan lincah jarinya mengetik oke untuk balasannya.

"mungkin mau bahas tentang beasiswa itu ra," ujar adiba menenangkan zahra. Gadis hitam manis itu menyambar handuknya.

"ayo mandi!,beliau ngajak ketemuan jam 9 kan?"

zahra mengangguk lesu, namun tak juga ia beranjak.

"kamu duluan deh"

#####

Zahra dan adiba menelusuri trotoar, menuju sebuah cafe di tengah kota, cuaca yang cerah membuat mata mereka sedikit silau, padahal mereka mengenakan kaca mata hitam untuk melindungi dari silau dan teriknya mata hari.

Adiba mendorong pintu cafe tersebut, zahra melepas kacamatanya, dan memandang ke sekeliling, berusaha mencari keberadaan pangeran ommar, mereka masih celingukkan ketika seorang pria menghampiri mereka.

Zahra mengernyitkan keningnya, sepertinya ia pernah melihat pria ini, dengan sopan pria itu menyapa dengan bahasa inggrisnya yang lancar.

"sebelah sini, ikut saya" ajaknya menunjukkan jalan, adiba dan zahra saling menatap, alis adiba naik sebelah, seakan bertanya 'bagaimana?'.

Zahra menganggukkan kepalanya, ia baru teringat pria yang mengajak mereka itu, kalau tidak salah, ajudan pangeran ommar.

Zahra dan adiba mengikuti pria itu dari belakang, memasuki ruangan sedikit private, di batasi oleh tirai, dari pengunjung lain.

Zahra mengangguk sopan, ke arah pria yang duduk dengan wibawa, di sofa. Tangannya mempersilahkan zahra untuk duduk. Zahra menarik tangan adiba untuk duduk di sebelahnya.

pria itu, pangeran ommar itu dilihat dari jarak yang begitu dekat, ternyata luar biasa tampannya.

Mata hazelnya terlihat sangat indah, hidungnya yang tinggi dengan jambang tipis, sungguh membuat pria di hadapan zahra itu, sangat masya Allah.

"maaf, kami terlambat prof" ucap zahra meminta maaf atas keterlambatannya, wajahnya terlihat tak enak hati. Pangeran ommar tersenyum ramah, senyum yang sangat luar biasa indahnya. Hingga membuat adiba tanpa sadar menggumam.

"ganteng banget"

Zahra menjawil lengan sahabatnya itu, menyadarkan adiba dari keterpesonaannya.

"nggak apa-apa, saya juga baru 5 menit sampainya"

Senyum mematikannya itu terlihat lagi, ia tersenyum lucu melihat adiba yang terkejut di jawil zahra.

"dan Zahra, jangan panggil saya prof, saya bukan dosen kalian"

Zahra mengangguk sopan, namun wajahnya masih terlihat bingung,

"panggil saja saya ommar, " sambung pria itu lagi, ia melambaikan tangannya ke arah seorang pelayan yang mengetuk ruangan mereka.

"silahkan, kalian pesan apa?"

Zahra hendak menggeleng, namun dengan cepat adiba menyambar daftar menu di tangan pelayan itu.

"kamu pesan apa ra?"

Zahra memelototi adiba yang terlihat sangat santai, melihat gadis tunisia itu yang sama sekali tidak canggung, zahra sampai berulangkali menggelengkan kepalanya.

"aku pesanin sama kek biasanya ra" dengan santai adiba menyerahkan kepada pelayan yang sedang mencatat pesanannya.

Zahra tersenyum tak percaya, adiba memang luar biasa, kepercayaan dirinya yang tinggi sungguh membuat zahra mengagumi gadis itu. Zahra masih tersenyum, ketika ia sadar ternyata pria itu, ommar. Menatapnya sangat dalam, binar bola mata hazel itu terlihat indah.

Zahra menelan ludahnya yang terasa seret. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan pria itu. Kenapa perasaan Zahra mendadak tak enak yah, apakah dugaan adiba benar.

"maaf.." suara Zahra menyadarkan pria itu.

"apakah anda mengajak bertemu hari ini, karena beasiswa?"

"ehem..." pria itu berdehem, memecah kecanggungan yang sempat menyergap hatinya.

"iya.." angguknya.

"kamu hanya perlu memberikan nomor rekeningmu, dan di akhir semester nanti, tolong kirimkan ke saya file nilai semester kamu"

Wajah zahra sumringah cerah, hatinya mendadak plong luar biasa, uang kuliah fadli langsung terbayang indah di pelupuk matanya.

"apakah nomor rekening itu saya berikan bersamaan dengan nilai saya?"

Ommar menggeleng, "nomornya sekarang, agar bisa bermanfaat untuk kamu di semester ini"

"terima kasih, terima kasih banyak" senyum sumringah Zahra terlihat sangat tulus.

"maaf, apakah pangeran menyukai Zahra?" celetuk adiba tiba-tiba, zahra tercekat tak percaya menatap adiba yang menatap ommar, terlihat pria itu terkejut, walau ia langsung tersenyum.

"kenapa kamu tanya begitu?" mata elang yang berwarna hazel itu menatap adiba serius.

"yah, heran saja. Untuk hal sesepele ini, seorang menteri harus turun langsung menemui calon si penerima beasiswa" ujar adiba ringan tanpa beban, zahra mulai merasa tak enak hati. Ceplas-ceplosnya adiba, jujur membuat zahra sering jantungan dibuatnya.

"hhhhhhh" desah nafas pria itu terdengar berat.

"ternyata, mata kamu cukup jeli yah"

Zahra terperanjat, mulutnya sampai ternganga tak percaya, ia menatap pria itu yang tersenyum manis padanya.

"sudah saya duga" adiba tersenyum puas, puas karena dugaannya benar 100%,

"dugaanku benerkan ra!"

Adiba menoleh ke arah Zahra yang masih terkejut, wajahnya terlihat sangat syok.

"anda..anda bercandakan?" tanya Zahra tergagap, sumpah zahra benar-benar syok. Benaknya sedang sibuk berpikir apa yang membuat pria tampan luar biasa di depannya ini menyukainya.

"saya pikir, saya hanya tertarik karena pertanyaan yang kamu ajukan tempo hari, tapi yang anehnya, saya belum pernah seperti ini sebelumnya, saya tidak pernah memikirkan wanita sekalipun, di usia saya yang sudah 33 tahun ini, baru kamu perempuan yang mengusik pikiran saya" jelas pria itu sangat detail, tatapannya terlihat tulus. Ucapan ommar sampai membuat adiba berseru kagum.

"luar biasa.." celetuknya,

"pangeran, anda benar-benar to the point"

Sementara zahra semakin syok tak percaya, pria di hadapannya ini membuatnya tak mampu berkata-kata. Tanpa sadar kalimat yang mengganjal hatinya meluncur begitu saja dari mulutnya.

"tapi anda sudah memiliki 2 istri, dan anda bilang tidak pernah sekalipun memikirkan wanita"

Adiba menoleh ke arahnya begitu juga pangeran ommar, pria itu menatapnya, tak ada kata, tak ada jawaban. Bibir zahra mendadak kelu.

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!