Zhefinca yang dua tahun telah menikah dengan Giovano, ia hanya bertemu satu kali saat pernikahan, dan setelah itu keduanya hidup dengan masing-masing namun status tetap menjadi suami istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
From Zero To Hero
Malam ini Zhefinca kembali membuka satu per satu karyanya, dari halaman pertama hingga halaman berikutnya. Karya milik Zhefinca benar-benar memberi inspirasi untuk wanita-wanita diluar sana. Bahkan ulasan pada laman media sosialnya juga bertabur pujian.
Satu akun milik seseorang, yang membuat mata Zhefinca terbelalak, yaitu Rosa. Dia memberikan apresiasinya untuk karya Zhefinca yang menurut Rosa sangat mudah di lakukan di kehidupannya sehari-hari.
Zhefinca mengernyitkan dahi, kepalanya sedikit mundur ketika membaca apresiasi dari Rosa di laman media sosialnya.
“Kalau dia tahu, aku Zhefinca istri Giovano. Apa dia masih bisa memuji seperti ini” gumam Zhefinca lirih disertai tawa kecil.
Zhefinca terdiam, dia kembali teringat dengan sikap kasar Giovano. Yang mendobrak pintu rumahnya, lalu melempar ponselnya.
“Hm, hari ini pintu, besok apa lagi.” Batin Zhefinca.
“Memang lebih baik kita tidak perlu bertemu sama sekali sampai tahun depan di pengadilan” ucap Zhefinca.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, dia segera menarik selimutnya dan bergegas untuk tidur, karena esok hari jadwal Zhefinca begitu padat.
.
.
Zhefina membuka matanya, dia meraih ponsel untuk melihat jam lalu kembali meletakkannya.
‘Thanks Ariel, karya kamu memberi inspirasi, bahkan pasanganku begitu memujiku ketika aku mencoba berperan seperti karya yang kamu tulis’. Bayangan tentang pujian dari Rosa benar-benar tidak bisa hilang begitu saja dari benaknya.
“Apa iya, sampai begitu” batin Zhefinca.
Zhefinca segera berdiri dan menuju ke kaca besar yang ada di dalam kamarnya. Dia bercermin dan menatap dirinya.
“Selama ini aku yang membuat tulisan itu, tapi kehidupanku justru berbanding terbalik dengan karya-karyaku” ujarnya sambil menggigit jari dan dengan tetap memandangi penampilannya yang menyedihkan.
Ia berjalan lesu menuju meja dan kembali membuka bukunya, membaca dengan baik dan menimbangnya penuh dengan kepastian.
“Oke, aku akan coba menjadi wanita seperti ini” batin Zhefinca.
Selama ini Zhefinca hanya gadis berusia 22th dengan tampilan seadanya, rambut hanya dibiarkan lurus begitu saja, tidak pernah ia merubah warna apalagi gaya rambutnya. Wajahnya hanya polos tanpa riasan sedikitpun, dan pakaian sehari-hari Zhefinca hanya menggunakan kaos beserta celana panjang.
“Apa karena ini suamiku jijik” ucap Zhefinca lalu ia tergelak karena merasa jika dirinya terlihat menyedihkan.
“Oke, lebih baik aku bersiap, dan maaf Gio aku akan pakai uang bulananmu untuk merubah penampilanku”
Zhefinca begitu bersemangat, dia segera menuju kamar mandi lalu bersiap untuk menuju pusat perbelanjaan.
Dalam perjalanannya, Zhefinca hanya fokus dengan cara ia mengemudi, dan sesekali bibirnya mengucap lirik karena telinganya tengah mendengarkan lagu favoritnya yang ia putar untuk menemani perjalanannya.
Tempat pertama yang Zhefinca kunjungi adalah salon, ia ingin merubah gaya rambut dan warna rambutya. Petugas salon segera menangani Zhefinca, dari mengecat rambutnya dengan warna yang tidak terlalu terang, lalu kemudian mereka memotong rambut Zhefinca yang sudah terlalu panjang.
Dengan rambut yang sudah di curly, Zhefinca menatap dirinya di cermin salon dengan begitu terkejut. Hanya berganti model rambut saja sudah membuatnya seperti orang lain. Zhefinca yang kampungan perlahan sirna.
Setelah dari salon, Zhefinca masuk kedalam toko peralatan rias, dia membeli semua yang ia butuhkan.
“Permisi mbak, mungkin mau kami bantu riaskan tipis untuk menunjang penampilan hari ini” ucap pegawai toko tersebut.
Dengan mata berbinar, Zhefinca mengangguk cepat. Ia duduk disebuah kursi tinggi, lalu tangan terampil petugas toko tersebut mulai mengaplikasikan di wajah Zhefinca dan sesekali mengajari Zhefinca cara menggunakannya.
“Cantik sekali” ucap pegawai toko dengan menatap kagum kearah Zhefinca.
Setelah selesai, Zhefinca segera keluar dari toko tersebut dan mengarah menuju toko baju. Dia memilih beberapa baju yang bisa membuatnya terlihat sedikit dewasa. Beberapa dress sudah berada dalam genggamannya, lalu ia segera membayarnya, dan meenggunakan salah satu pakaian yang sudah ia beli untuk digunakan.
Zhefinca mengambil rok pendek berwarna kuning, dan atasan tanpa lengan berwarna putih. Lalu dia juga membeli sepatu untuk menunjang penampilannya. Pegawai toko memberikan Zhefinca sepatu hak tinggi yang menyerupai kaca, terlihat bening dan akan begitu cantik jikadi pakai di kakinya yang begitu putih dan mulus.
Dengan banyaknya tas belanja ditangannya, Zhefinca merasa kesusahan untuk membawa. Dia berhenti pada sebuah kursi yang berada di pusat perbelanjaan tersebut lalu duduk untuk meletakkan semua barang-barangnya.
Dia mengambil beberapa barang yang akan dia pakai tentunya, masuk ke dalam tas barunya. Setelah itu Zhefinca hanya duduk sambil beristirahat.
Pengunjung pusat perbelanjaan begitu memperhatikan Zhefinca, banyak yang memujinya begitu cantik hingga membuat Zhefinca merasa malu.
“Jadi begini rasanya jadi cantik dan menjadi pusat perhatian” Batinnya.
“Zhefinca” panggil seseorang yang suaranya begitu ia kenali.
“Pak Kevin?”
“Zhe, ini kamu?”
“Iya Pak”
“Cantik sekali Zhefinca”
“Terimakasih Pak”
Kevin masih setia menatap Zhefinca dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sedangkan Zhefinca berusaha menyadarkan Kevin dari tatapan anehnya.
Ditempat yang sama, Giovano sedang melintas disamping Zhefinca dan Kevin, ia melirik sekilas kearah Zhefinca lalu kembali fokus dengan jalan yang ada di hadapannya.
Bahkan Giovano tidak menyadari jika wanita yang baru saja ia lirik adalah istrinya sendiri.
“Zhe, penampilan kamu hari ini begitu luar biasa. Bahkan lebih dari ketika kamu sedang mengadakan acara seperti biasanya. Pertahankan penampilan ini Zhe” ucap Kevin dengan tulus.
“Ini hanya iseng kok Pak”
“Gak Zhe, ini harus di patenkan”
“Baik Pak”
Kevin adalah pemilik dari penerbit buku yang membantu Zhefinca selama ini, tadinya Zhefinca hanya membantu orang mengerjakan karyanya, karena ia tidak percaya diri jika harus membuat karya dengan menggunakan namanya sendiri.
Sampai akhirnya Kevin membujuk agar Zhefinca berhenti menjadi ‘ghostwriter’ dan fokus dengan karyanya sendiri.
Kevin melihat potensi itu dari diri Zhefinca, dia bertekad untuk membuat gadis berusia 19th kala itu akan menjadi penulis yang terkenal. Hingga akhirnya Zhefinca berada di titik ini, hanya saja Zhefinca belum ingin membuka jati dirinya di hadapan publik.
“Ayo kita ke kafe ujung sana, bahas market kamu” uvap Kevin dengan membantu Zhefinca membawa barang belanjaannya.
Mereka memilih kursi diujung yang sedikit jauh dari keramaian karena Kevin tidak ingin jika wanita yang dia bawa kali ini diketahui adalah sebagai ‘Ariel’ yang begitu mereka gandrungi.
Tatapan Kevin benar-benar tidak pernah lepas, matanya terus mengikuti gerak tubuh Zhefinca, dari tangan Zhefinca bahkan ketika helai rambut itu sedikit mengganggu diwajahnya.
Sementara di tempat lain, Giovano tengah mengadakan pertemuan dengan investornyauntuk membahas proyek barunya. Gedung kantor milik Giovano menjadi satu dengan pusat perbelanjaan dimana Zhefinca tengah menghabiskan waktunya bersama pemilik penerbit buku.
Mata Giovano tidak sengaja melirik kearah luar, hingga tatapannya fokus dengan Rosa dan Lukas yang berjalan bersama dengan begitu mesranya. Rahang Giovano mengeras, dia segera meraih ponselnya lalu menghubungi Rosa, namun Rosa tidak menjawabnya, membuat Giovano mengepalkan tangannya dan terlihat sedang menahan emosinya.