Sabrina rela meninggalkan status dan kekayaannya demi menikah dengan Zidan. Dia ikut suaminya tinggal di desa setelah keduanya berhenti bekerja di kantor perusahaan milik keluarga Sabrina.
Sabrina mengira hidup di desa akan menyenangkan, ternyata mertuanya sangat benci wanita yang berasal dari kota karena dahulu suaminya selingkuh dengan wanita kota. Belum lagi punya tetangga yang julid dan suka pamer, membuat Sabrina sering berseteru dengan mereka.
Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Mami, I'm coming!" teriak Sabrina sambil merentangkan kedua tangannya ketika seorang wanita paruh baya membuka pintu.
Bu Maryam terkejut melihat ada wanita asing tersenyum lebar di depan rumahnya. Dia pun langsung menutup kembali pintu rumahnya karena takut itu orang yang akan minta sumbangan dengan modus baru.
"E, Mami! Tunggu. Mami buka pintunya. Aku ini menantumu," ucap Sabrina sambil mengetuk pintu berharap dibukakan kembali.
Sabrina merasa lelah dan ingin segera istirahat. Ditambah cuaca siang itu begitu terik sehingga suhu udara panas dan sedikit berdebu. Walau di halaman banyak sekali pohon yang rindang, Sabrina ingin segera masuk ke dalam rumah.
"Aku tidak punya menantu. Jangan suka ngaku-ngaku, deh!" teriak Bu Maryam dari dalam rumah.
"Tapi, aku ini beneran istrinya Zidan, Mami. Suer! Kalau bohong disambar geledek!" Sabrina mengacungkan dua jari tanda sedang jujur.
Duar! Duar! Duar!
Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan petasan yang memekakkan telinga disusul suara tawa anak-anak. Sabrina sampai melompat di tempat saking terkejutnya.
"Kodok lompat! Kodok lompat!" teriak Sabrina spontan.
Entah di mana sumber petasan itu, yang jelas membuat jantung Sabrina terasa jatuh ke dasar perut. Wanita cantik itu sampai mengusap perut dengan gerakan ke atas agar jantungnya kembali ke posisi semula. Inilah salah satu kebiasaan dia jika merasa jantungan karena dikejutkan sesuatu.
"Sialan! Siapa yang menyalakan petasan siang-siang begini? Jika kena tangan yang rugi dia sendiri," gumam Sabrina sambil menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa-siapa.
"Ah, bodo amat! Yang penting aku tidak apa-apa," lanjut perempuan yang jilbabnya kini miring ke kanan tidak beraturan.
"Mami ... buka pintanya, Mami!" teriak Sabrina yang tidak kenal lelah.
"Pergi sana! Kamu pasti tukang minta-minta, kan? Aku tidak punya uang," ucap Bu Maryam dari dalam rumah.
"Aku tidak mau minta uang, Mami," balas Sabrina memasang wajah cemberut karena tidak izinkan masuk.
Lalu, perempuan cantik itu pun mencari keberadaan Zidan. Tadi Sabrina langsung turun dari mobil begitu sampai. Sementara sang suami membayar dulu ongkos dan menurunkan barang-barang mereka.
"Akang ...!" teriak Sabrina begitu melihat Zidan berjalan di halaman rumah sambil membawa dua koper.
"Ada apa, Neng?" tanya Zidan.
"Akang, Mami tidak izinkan aku masuk ke dalam rumah. Mami mengira aku ini tukang minta uang. Padahal aku tidak mengatakan hal aneh, cuma bilang aku ini menantunya," jawab Sabrina.
Zidan tersenyum tipis sambil mengusap kepala wanita yang baru saja menjadi istrinya tadi pagi. Lalu, dia mengucapkan salam sambil mengetuk pintu.
Tidak berapa lama pintu kembali terbuka. Terlihat Bu Maryam terkejut dengan kepulangan putra semata wayangnya.
"Zidan! Ya Allah, kamu pulang tanpa bilang-bilang," ucap Bu Maryam langsung memeluk laki-laki muda itu. "Bagaimana keadaan kamu? Sehat, kan?"
"Alhamdulillah, berkat doa Mamah, aku sehat selalu," balas Zidan sambil mencium tangan ibunya.
"Mah, kenalkan ini Sabrina, istriku," lanjut laki-laki yang memiliki kulit khas laki-laki Indonesia.
"Apa ... istri?" Mendadak Bu Maryam merasa ada yang menarik nyawanya.
"Mamah!" teriak Zidan karena melihat ibunya jatuh pingsan. Dia pun berhasil meraih tubuh wanita paruh baya itu.
***
Bu Mayang pingsan kurang dari satu jam. Zidan membalurkan minyak angin ke beberapa tempat tubuh ibunya. Wanita paruh baya itu membuka matanya perlahan. Orang yang pertama kali dilihat olehnya adalah Sabrina.
"Eh, Mami sudah bangun!" Senyum bahagia menghiasi wajah perempuan yang memiliki kulit berwarna putih cerah.
Zidan pun melihat ke arah Bu Maryam yang terlihat masih linglung. Dia paham kenapa ibunya seperti itu.
"Mah, minum dulu," kata Zidan sambil membantu sang ibu duduk. Lalu, memberinya minum dengan perlahan dan penuh perhatian.
"Siapa dia, Zidan?" tanya Bu Maryam sambil menunjuk ke arah Sabrina.
"Dia, Sabrina. Istriku yang semalam aku ceritakan sama Mamah," jawab Zidan.
Sabrina tersenyum tersipu malu. Dia berpikir kalau Zidan menceritakan yang baik-baik tentang dirinya kepada ibu mertua.
Berbeda dengan Bu Maryam yang malah mengerutkan kening ketika Zidan mengenalkan Sabrina. Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut karena perempuan yang disangka tukang minta-minta tadi adalah menantunya. Memang semalam Zidan meminta restu kepadanya karena akan menikah. Namun, tidak disangka ternyata putranya mempersunting wanita seperti itu. Jauh dari ekspetasi Bu Mayang
"Kenalkan aku Raden Ayu Sabrina Putri Kusumah Wijaya, Mami. Orang-orang sering memanggil aku, Non Sabrina. Namun, khusus untuk Zidan dan Mami, panggil saja Sabrina." Sabrina pun mencium tangan ibu mertuanya setelah memperkenalkan diri. Tidak lupa dengan senyum ramah untuk memberikan kesan menantu baik.
Wanita paruh baya itu menatap tajam kepada sang menantu. Bu Maryam masih tidak percaya putra kesayangannya bisa menikah dengan wanita yang terlihat aneh kelakuannya.
"Ceritakan dari mana kamu mungut wanita itu dan kenapa kamu bisa menjadikannya istri?" tanya Bu Maryam kepada putranya.
"Aku tidak dipungut, Mami! Tapi, aku dinikahi sama Zidan karena aku ini perempuan baik-baik dan cantik," balas Sabrina dengan percaya diri yang tinggi.
"Mami ...! Mami ...! Mami ...! Aku ini bukan germo. Jangan panggil Mami! Tidak sopan," ucap Bu Maryam sewot tidak terima dengan panggilan sang menantu.
"Germo itu makanan atau merek barang?" tanya Sabrina dengan wajah polos, tetapi terlihat berpikir keras.
Zidan tersenyum tipis. Baginya Sabrina itu seperti selembar kertas putih bersih dan polos, tanpa noda. Sehingga dia yang harus memberikan gambar dan warna padanya.
"Di kampung jarang ada orang memanggil "ibunya" dengan panggilan "mami" karena panggilan itu biasanya untuk wanita yang menaungi para P S K," jelas Zidan. "Kamu tahu apa itu P S K?"
"Apa itu?" tanya Sabrina yang merasa asing dengan singkat itu.
"Sebutan untuk wanita malam yang menjual tubuhnya kepada laki-laki hidung belang?" jawab Zidan.
"Hidung belang? Ih, serem, ya, nama penyakitnya! Kok, aku baru tahu ada penyakit itu," ucap Sabrina yang terlihat ekspresi wajah merasa jijik dan takut.
Lagi-lagi Zidan tersenyum tipis. Dia tahu otak istrinya sedikit berbeda dengan dirinya. Hal itu karena saat masih kecil Sabrina mengalami keracunan obat karena salah resep obat dari dokter. Jadinya, otak wanita itu membutuhkan waktu untuk mencerna informasi yang dia terima.
Bu Maryam hanya bisa ber-istighfar sambil mengusap dada karena sang menantu. Selain itu kepalanya juga ikut sakit.
"Zidan, sebenarnya wanita seperti apa yang kamu nikahi ini? Mamah tidak suka punya menantu yang bodoh!" kata Bu Maryam merasa frustrasi dan ingin menangis.
"Mami, eh, Mom ...." Sabrina menoleh kepada Zidan.
"Mamah," tukas laki-laki itu.
"Mamah, aku tidak bodoh! Hanya lelet saja karena syaraf otakku ada yang kendor. Itu juga sedikit, kok. Aku ini Sarjana Ekonomi, loh!" bantah Sabrina yang merasa dirinya tidak bodoh.
"Masa, kamu sarjana?" tanya Bu Maryam tidak percaya.
"Iya. Aku dan Zidan kuliah di kampus yang sama cuma beda jurusan. Lalu, aku ini mahasiswa jalur khusus, kalau Zidan jalur mahasiswa yang mendapat beasiswa," jawab Sabrina jujur.
"Astaghfirullah. Zidan apa yang membuat kamu menikahi wanita seperti ini? Jangan bilang kalau kamu sudah menghamili dirinya makanya kamu terpaksa menikah dengannya!" jerit Bu Maryam dengan isak tangis.
"Iya, kan? Jawab Mamah!"
***
Assalamualaikum, teman-teman. Ini buku baruku, semoga suka. Walau ceritanya ringan dan berbumbu komedi, insya Allah ceritanya tidak akan membosankan.
bukan musuh keluarga Sabrina
jangan suudhon dl mamiiii