Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perselingkuhan
.
.
.
Matahari sudah menembus tirai kamar ketika Heksa akhirnya membuka mata. Hatinya terasa penuh, semalaman ia tidur nyenyak dalam pelukan Els. Hal yang tidak pernah ia dapatkan ketika di rumah.
Ponsel di atas nakas bergetar—pesan dari Gwen.
'Rapat pagi dibatalkan, Pak. Kunjungan kerja dimulai pukul satu siang.'
Senyum tipis terselip di bibir Heksa. "Sayang, kamu ada kelas?"
Els sedang berkutat di dapur, celemek menggantung di lehernya dan aroma gurih mulai menguar. "Ada, tapi cuma ada jadwal skills lab anatomi nanti jam 2. Aku nanti ke mall sebentar, boleh?"
“Sama Bella sama Helza?”
“Iyaa lah, siapa lagi.” jawab Els sambil menyiapkan sarapan hangat buatanya. Heksa mengangguk, ia segera beringsut dari atas kasur menuju kamar mandi.
Diam di dalam rumah hanya memperhatikan suaminya bekerja dengan rekannya sangatlah membosankan, itulah kenapa Ruby memilih mengajak Bella untuk mengelilingi mall. Helza sedang dikurung oleh Dion suaminya.
Mereka mengelilingi lantai demi lantai dalam gedung Mall terbesar di ibukota, hari itu tidak terlalu ramai karena masih pagi. Selain itu juga memang sekarang suasana weekdays. Hampir sejam berlalu sudah ada dua paperbag terayun di tangan Els dan tiga paperbag di tangan Bella. Isinya tentu saja tidak jauh-jauh dari kebutuhan para wanita, pakaian, lingerie baru, aksesoris dan segala macam printilannya yang sebenarnya tidak penting tapi mereka suka.
Els memilih beberapa potong atasan turtle neck demi untuk menutupi bekas hisapan sang suami yang meraja lela di lingkaran lehernya. Dia tidak mungkin berangkat kuliah dengan memperlihatkan bekas tak bermoral itu.
“Lo abis disiksa beb?” Bella terkikik melongok leher sahabatnya yang penuh bercak merah keunguan itu.
“Siksaan yang penuh kenikmatan beb, hahaha, “ sahut Els, tergelak keras.
Ketika melewati store sport station, Ruby menghentikan langkahnya, matanya tertarik pada sepasang sepatu Adidas running ultraboost berwarna abu-abu yang terpampang manis di etalase.
“Lo mau beli sepatu beb?” tanya Bella mengekor di belakangnya memasuki store sepatu.
“Hu’um,,, - kak, ini ada size apa aja? “ Els memanggil seorang pelayan laki-laki yang tengah berjalan menghampiri mereka.
“Iyaa kak, itu ada size dari 38 sampai 42, “ jawabnya ramah.
Dari sudut mata Els, bisa melihat kalau tatapan pelayan pria itu tak lepas dari wajahnya sejak tadi. Bukan hal aneh, ia dan kedua sahabatnya memang selalu menarik perhatian banyak atensi cowok. Gaya yang fashionable, di dukung dengan wajah yang putih mulus tanpa noda dan bentuk tubuh yang bisa dibilang sempurna membuat mereka kerap kali membuat cowok yang menatapnya salah tingkah sendiri, bahkan Els masuk menjadi mahasiswi most wanted didalam fakultasnya.
“Aku mau dua pasang yaa, size 40 cewek sama 42 yang buat cowok.” kata Els setelah menimang sample sepatu di tangannya.
Senyum lebar pun seketika merekah di wajah pramuniaga itu, membalas ucapan ELs. "Baik kak, tunggu sebentar yaa".
Els dan Bella duduk di sofa selagi menunggu pesanannya disiapkan. Tatapan Els memicing memperhatikan seorang gadis yang wajahnya familiar, mirip dengan seseorang yang ia kenal. Namun, kepalanya belum bisa mengingat wajah siapa,
Setelah menyelesaikan pembayaran sepatu, mereka berniat ingin mencari makan, kalap belanja sampai mereka lupa untuk mengisi perut. Padahal dari rumah Els sudah kelaparan setelah semalam di banting dan dibuat jungkir tanpa jeda oleh Heksa.
Mereka putuskan untuk menapaki eskalator naik ke lantai tiga mencari makanan favorit di food court. Dari atas eskalator tatapan Els bertumbuk pada seorang gadis yang tadi, sedang bergandengan dengan cowoknya. Ia tahu pria itu cowoknya sebab mereka sempat saling mengecup bibir singkat tadi. Els tersenyum getir, dalam hatinya merasa tidak nyaman ketika melihat pasangan muda seusianya sedang menikmati waktu mereka bersama. Semesta dan takdir merenggut masa muda Els, memenuhi hidupnya dengan perkara dewasa.
“Beb, mau pesen apa lo?”
“Ramen soyu aja dehh, sama soju. Gue ke toilet dulu yaa?” ELs meninggalkan Bella yang sedang membalik-balik menu. Kakinya melangkah lebar menuju toilet.
Mata gadis itu sangat jeli dan jarang sekali meleset, ketika meilirik ke bilik pria ia yakin melihat cowok yang sedang di balik tembok sebelah adalah cowok yang tadi bersama cewek yang ia lihat di awal. Tapi sekarang cowok itu baru saja kembali berciuman dengan cewek yang berbeda. Els yakin itu... meski baru sekali melihat tapi ia sangat hafal wajah ceweknya. Ia ikut geram melihatnya.
Perselingkuhan!
Kejadian tersebut ingin Els abaikan, tapi entah kenapa suasananya seolah menarik jiwa kepeduliannya untuk ikut campur. Apalagi saat ia kembali ke tempatnya memesan makanan bersama Bella, cewek yang pertama itu tengah duduk di kursi yang tidak jauh darinya. Sedangkan cowoknya yang berselingkuh berada di resto sebelah.
“Ish, ngapain juga gue ikut campur! “ gerutu Els di hadapan semangkuk ramen yang sudah ia pesan.
“Kenapa beb? Ikut campur siapa??” tanya Bella heran.
Els mengangkat wajahnya. “Itu cewek di sebelah, lo lihat? Tadi gue lihat dia gandengan trus ciuman sama pacarnya, lah pas gue ke toilet gue lihat cowoknya juga lagi ciuman sama cewek lain. Gila kan? Gue merasa harus kasih tahu itu cewek dehh,” terang Els, melirik ke arah cewek di sebelahnya. Gadis itu tertunduk fokus mengaduk-aduk es krim.
“Samperin yok, kita kasih tahu tu cewek kalau cowoknya selingkuh,” ajakkan Bella seperti terdengar oleh cewek yang mereka maksud. Belum sempat Els beranjak dari tempatnya duduk, cewek itu berdiri dan melangkah keluar menuju resto di sebelahnya. Sepertinya memang dia tahu kalau pacarnya berselingkuh. dan sengaja ingin memergokinya. Els dan Bella tidak inngin melewatkan adegan mereka berikutnya, keduanya pun menyusul meninggalkan makanan mereka yang baru dimakan setengah.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Els bersama Bella bisa melihat gadis tadi tengah berdiri kaku di ambang pintu. Menatap tajam pada sepasang kekasih yang nampak tidak sungkan-sungkan memamerkan kemesraan mereka di depan publik.
Lebih tepatnya, gadis itu tengah mengumpulkan keberanian dan mentalnya untuk menghampiri sang kekasih yang sedang berselingkuh di depan matanya.
Els tidak tahu siapa yang pacarnya siapa yang jadi selingkuhanya, kalau dilihat-lihat sih cewek di pintu itulah pacar aslinya. Els paham sekali bagaimana rasanya memergoki pacar selingkuh di depan matanya. Els sudah lulus bab itu, alih-alih menangis dan memaki seperti dirinya dulu, Els ingin cewek itu bersikap lebih elegan. Marah yang tidak menggebu-gebu namun bisa bikin pasangan tidakk tahu malu itu kena mental.
Seakan Els tidak sadar kalau dirinya sendiri bisa disebut sebagai seorang selingkuhan juga, haha. Tapi bisa ia tegaskan bukan dia yang merayu dan menginginkan Heksa dari awal. Dan kalau bukan keadaan juga Heksa yang memaksa, dia juga tidak akan pernah mau menjalani hidup sebagai seorang selir.
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗