Series #1
•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••
Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.
Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Hadir Kembali
...•••Selamat Membaca•••...
Maula sampai di rumah sudah larut malam, dia sedikit tersentak kaget ketika melihat Leo dengan wajah gelisah menunggu dirinya. Maula mencium aroma tubuhnya dan menyemprotkan sedikit parfum agar bau anyir tersamarkan.
Maula turun dari mobil dengan wajah tenang seperti tak terjadi apapun.
“Kamu oke?” tanya Leo saat Maula di depannya.
“Oke Papa. Kenapa belum tidur?” Leo dan Maula berjalan memasuki rumah.
“Bagaimana bisa tidur kalau kamu belum pulang, ini sudah jam berapa?” Maula tersenyum.
“Maaf ya Pa, tadi mobilnya mogok dan harus dibawa ke bengkel. Untung saja bengkelnya masih buka.”
“Lain kali, ada baiknya kamu sama sopir ya. Papa khawatir.”
“Iya Pa.”
Maula memasuki kamarnya, mandi dengan air hangat dan mengganti pakaian tidur. Besok dia akan mengurus beberapa dokumen untuk berangkat ke Spanyol.
Perasaannya cukup lega karena sebentar lagi akan segera pindah ke Spanyol.
Cahaya matahari pagi menyusup masuk melalui celah tirai, mengusik tidur insan cantik dengan hazel terang bak bidadari. Maula menggeliat, tubuhnya terasa sedikit ngilu karena pembunuhan yang dia lakukan semalam.
Ada beberapa memar di tubuh karena perlawanan korbannya, tapi bisa dia tutupi dari Leo dan Maureen. Maula menurunkan kaki jenjangnya dari tempat tidur lalu beranjak ke kamar mandi.
Di ruang tamu, Leo menyambut kedatangan Rayden pagi ini. Pria yang kini telah terlihat cukup dewasa dari empat tahun yang lalu. Rayden tetap menggunakan identitas yang diberikan oleh Leo, tidak ingin kembali ke identitas lamanya.
“Empat tahun, kau berubah cukup baik ya,” ujar Leo begitu bangga melihat pria di depannya. Rayden menyeruput kopi panas itu perlahan dan memainkan bibir cangkir sambil tersenyum.
“Apa sekarang aku diizinkan untuk mencintai putrimu, Tuan?” tanya Rayden mantap, terdengar sangat keren bagi seorang pria.
“Apa kau tidak memiliki hubungan apapun dengan mafia?” Rayden menegakkan tubuhnya.
“Tidak. Selama satu tahun, aku menuntaskan semuanya dan memutuskan koneksi dengan beberapa mafia. Tahun berikutnya aku mengumumkan kepada beberapa organisasi bahwa aku tidak lagi terlibat dalam bisnis gelap Archer dan aku juga bukan bagian dari Dragonvich lagi. Aku menjual semua aset yang kupunya dari bisnis bersih dan memulai bisnis sendiri, selama empat tahun ini aku sudah berjuang dengan bisnis bersihku sendiri. Anda bisa memeriksa riwayatku.” Leo menaruh cangkir kopinya dan terkekeh ringan.
“Kau melakukan semua itu hanya demi anak keras kepala itu?”
“Ya. Aku juga tidak mengerti kenapa aku sangat mencintai dia. Aku hanya ingin berjuang untuk mendapatkan cintanya, dan juga restu darimu.” Leo menganggukkan kepala, salut dengan perjuangan Rayden untuk memantaskan diri sebagai menantunya.
“Aku percaya padamu, restu kuberikan asal kau bisa membuat dia jatuh cinta tanpa paksaan. Dia akan ke Spanyol, kuliah di Madrid dan hal itu akan memudahkanmu mendekatinya.” Rayden membelalakkan mata, tak percaya bahwa Maula akan ke Madrid.
“Dia akan ke Madrid?” Leo mengangguk mantap.
“Tolong jaga dia, jangan paksa dia untuk menerima dirimu. Biarkan hatinya yang memilih kamu Ray.”
“Iya Tuan, saya mengerti.”
Bagaimana Leo tidak luluh, selama empat tahun Rayden menghilang hanya untuk memantaskan diri menjadi menantunya dan membuat dia yakin kalau Maula bisa aman dengannya.
Maula yang sudah berpenampilan rapi dan cantik, langsung berlari memeluk Rayden yang sedang duduk bersama Leo.
“Dasar pria tua kurang ajar, kau menghilang selama empat tahun dan seenaknya datang tanpa dosa ke rumahku hah?” Maula merepet dan memukuli tubuh Rayden berkali-kali.
Pria itu hanya menangkis dengan tangannya sambil terkekeh kecil.
“Maafkan aku, aku hanya memenuhi tugas dan sekarang aku kembali kan?” Maula berhenti lalu duduk di samping Leo.
“Pa, aku mau mengurus beberapa dokumen ya. Karena sopirku sudah datang, boleh aku pergi dengannya?” Leo menatap Rayden lalu membawa pandangan ke arah Maula.
“Silakan, jangan berpikir untuk membuat kasus baru dengannya.” Maula tertawa.
“Siap Papa.”
...***...
Di dalam mobil, Rayden memutar lagu romantis agar suasana mencair dari ketegangan saat ini.
“Masih marah?” tanya Rayden membuka pembicaraan.
“Memang kau lihat apa? Aku jingkrak-jingkrak kesenangan?” Rayden langsung mengatupkan bibirnya, melawan Maula bukan hal baik saat ini.
Rayden menemani Maula mengurus beberapa dokumen penting yang akan dia gunakan ketika pergi ke Spanyol nantinya. Cukup lama, hingga pukul 15.00 baru selesai.
Maula terlihat begitu lelah, Rayden membukakan minuman botol lalu memberikannya pada Maula.
“Tidak sia-sia aku berjuang selama empat tahun ini, dia semakin cantik dan lebih dewasa. Walau mulutnya masih berapi-api.” Rayden terpana melihat Maula, gadis kecil yang dia cintai sejak dulu.
“Aku mau makan dulu,” pinta Maula dengan manja.
“Oke. Resto mana?”
“Terserah, yang penting enak.” Rayden mengangguk, dia membawa Maula ke resto biasa. Tempat langganan mereka dulu.
Maula memilih duduk di dekat jendela sambil menatap jalanan yang semakin ramai dilalui orang-orang.
Tatapan Rayden seakan terkunci pada Maula, dia bahkan tak berkedip sama sekali setelah memesan beberapa makanan tadi.
“Kau ini ke mana saja, uncle? Kau sama sekali tidak menghubungi aku.” Rayden menggeleng pelan dan fokus pada pembicaraan saat ini.
“Aku merintis bisnis di Spanyol, aku berhenti bekerja pada Archer.” Maula tersenyum dan melipat kedua tangannya di atas meja.
“Spanyol? Wah, kita akan sering bertemu nanti ya, paling tidak sekali sebulan lah kalau lokasimu jauh dari kampusku.” Rayden ikut melipat kedua tangannya di atas meja dan menatap Maula dari dekat.
“Rumahku dekat dengan rumah yang disewa oleh Tuan Leo. Dia juga meminta aku untuk menjaga kamu, menjamin ke pihak universitas jika kau berulah lagi.” Maula tertawa.
“Serius?”
“Ya, aku serius.”
“Hm apa kau sudah memiliki kekasih?” Rayden menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Maula.
“Belum.”
“Sampai kapan kau akan sendiri terus? Kau masih normal kan?”
“Masih, pikiranmu jauh sekali.”
“Ya wajar, dari awal aku kenal kamu, kau sama sekali tidak melirik wanita mana pun. Kau juga tidak memiliki kekasih.”
“Karna tidak akan wanita yang mampu menarik perhatianku.”
“Memang tipemu seperti apa? Setahuku, selama kau bersama kami, banyak gadis yang menggatal padamu tapi kau cuek saja.”
“Sudah kubilang, tidak ada yang berhasil menarik perhatianku.”
“Oke. Wanita seperti apa yang kau inginkan?” Rayden menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
“Sepertimu, Piccola.”
Sayangnya, kalimat itu hanya bisa dia ungkapkan di dalam hati.
“Kita lihat saja nanti, kau akan tahu juga.”
“Baiklah, percuma juga kalau aku memaksa dirimu sekarang. Oh iya, apa aku ini cantik?” Rayden langsung tersedak mendengar pertanyaan Maula, dia baru saja meminum air mineral.
“Tiba-tiba sekali kau bertanya begitu?”
“Soalnya aku sedang mendekati seorang pria, dia suka gadis yang modis dan cantik. Bagaimana pendapatmu?”
“Kau itu jelek, tidak modis sama sekali dan penampilanmu sangat udik.” Maula menganga mendengar jawaban Rayden, ia melemparkan buku di dekatnya pada Rayden.
“Pria tua sialan,” umpat Maula yang hanya dibalas kekehan oleh Rayden.
“Aku di depanmu sekarang, Piccola. Kenapa malah pria lain yang menarik hatimu?”
...•••Bersambung•••...