(Update setiap hari selama ongoing!)
Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.
"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.
Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.
"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.
Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?
*
Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH| 33
Suasana hati Clara langsung berantakan ketika menyadari bahwa dirinya dibicarakan di kantor. Ia tampak diam dan tak bersemangat selama bekerja, membuat ruangan Julian serasa mencekam.
"Kenapa kau?" tanya Julian segera karena tidak nyaman dengan suasana hati Clara yang buruk.
Clara mengangkat wajahnya dengan murung. Ia menimbang-nimbang apakah ia menceritakan itu pada Julian atau tidak. Karena masih murung, ia menolak bicara dan menggeleng.
"Lalu, mengapa wajahmu terlihat berat begitu?"
Clara menolak bicara. Ia tampak cuek dan tidak memperdulikan pertanyaan Julian. Melihat sikap Clara, Julian hanya menghela nafasnya berat lalu memanggil Mr. Jhon.
"Mr. Jhon!" Panggilnya dengan nada agak tinggi karena stress. "Coba selidiki suasana hati Clara."
Mendengar ucapan Julian, baik Clara dan Mr. Jhon memandangnya sangsi. Apakah laki-laki ini bicara serius atau sedang mabuk?
"Kau gila?" Clara akhirnya membuka suara.
"Mau bagaimana lagi. Kamu tidak mau bicara." Julian menanggapinya santai.
Clara langsung cemberut. "Duduklah, Mr. Jhon. Maafkan aku karena telah membuat Julian memperbudakmu." ucapnya dengan cemberut.
"Hei! Kenapa bilang begitu! Aku hanya ingin tahu kamu kenapa!" Julian protes.
"Diamlah! Aku malas bicara!"
Kesal Clara, membuat Julian memandang takjub padanya. Melihat sikap Clara, Mr. Jhon baru menyadari kesalahannya. Ia teringat akan gosip yang beredar di kantor dan lupa menjelaskannya pada Julian.
"Maafkan keteledoran saya, Tuan. Namun, sepertinya Nyonya seperti ini karena ada rumor buruk tentangnya yang beredar." kata Mr. Jhon kemudian.
Clara langsung mengangkat wajahnya namun ekspresinya tidak berubah. Julian melihat reaksi Clara dan langsung mengkonfirmasi kebenaran berita itu.
"Apa?!" Julian memandang Mr. Jhon sangsi. "Mengapa tidak mengatakannya sejak awal?"
Mr. Jhon menunduk meminta maaf. "Maafkan saya."
Julian menghela nafasnya lelah. "Segera selidiki perkara ini. Langsung laporkan jika anda tahu sesuatu. Jangan lupa, selidiki lah siapa pembuat rumor pertama." perintahnya.
Mr. Jhon mengangguk. "Baik Tuan."
"Tenanglah. Aku akan melindungimu seperti kataku." Julian menengok Clara untuk menenangkannya.
Clara memandang Julian ogah-ogahan. Dia tahu bahwa Julian pasti akan melindunginya. Hanya saja, kejadian seperti ini seolah mematikan karakternya. Padahal, ia belum sempat berinteraksi dengan para rekan kerja namun rumor macam ini sekarang telah menghancurkan karakternya perlahan.
*
"Kupikir wajah cantik menjamin kepribadian. Rupanya, buruk rupa sekali." Sebuah suara terdengar menusuk telinga Clara begitu ia melangkah menuju dapur.
Ia hendak membuat kopi untuknya dan Julian lagi. Pekerjaan Julian kali ini menuntut mereka bertiga untuk lembur. Banyak dari acara Julian yang batal. Namun, perkataan barusan membuat suasana hati Clara menurun.
"Aku tidak akan punya muka lagi, sih."
Kata-kata itu terus bergulir ditelinganya namun Clara menolak untuk menanggapi mereka. Mungkin, jika ia mendiamkan mereka, semuanya akan berakhir dengan cepat. Toh, bisa jadi itu bukan untuknya.
"Bayangkan, sudah jadi pelacur masih menggoda kekasih teman sendiri. Menjijikan!"
Mendengar itu, Clara menghela nafas lega. Bukan dirinya tentu saja. Mana tertarik Clara menurunkan harga dirinya seperti itu. Terakhir, orang yang melakukan tindakan keji itu adalah Leah. Sahabatnya sendiri.
Memikirkan Leah, tangan Clara menegang. Apakah mungkin sumber masalah ini semua berawal darinya? Ah, tidak mungkin Leah brani begitu. Toh, rumornya pun mengada-ada kalau memang itu tentangnya.
"Karena sudah bekerja, jadi tujuannya adalah atasan. Wah, murahan sekali." Suara lain terdengar nyaring di telinga Clara namun Clara menolak menerima kata-kata itu. Yah, bisa jadi bukan dia. Mengapa dia memuji itu? "Benar-benar pelacur!" Suara itu menekan kata-kata terakhirnya.
Kata-kata itu terdengar menusuk dengan jelas ke telinga Clara. Ia lemas karena pikiranya melayang memikirkan gosip antah berantah itu. Mengapa ia harus memikirkannya?
Segera Clara membawa keluar kopi yang ia buat sebab suasana di dapur tiba-tiba saja membuat Clara kaku dan tegang. Clara bisa merasakan tatapan di dapur mengikutinya seperti anak panah yang berusaha menembusnya.
*
"Well, dia adalah mantan pacarku." kata Kris disela obrolan panjang teman-teman kantornya yang sedang heboh perkara asprinya Julian.
"Apa?!" Sontak semua orang terlihat kaget mendengar apa yang disampaikan oleh Kris. Mendengar gosip langsung dari sumbernya.
"Bagaimana bisa?" Erwin bertanya, tampak penasaran.
"Segalanya pasti bisa." Kris menanggapi santai.
"Memangnya, bagaimana rasanya?" Salah satu rekan kerja mereka memandang Kris penuh penasaran. Tatapannya yang memancing membuat jantung Kris berdebar bersemangat.
"Yah, kau tahu." kata Kris menggantung, menciptakan suasana tegang di antara mereka.
"Apa itu?" Kejar Erwin penasaran. Semua tampak gemas menunggu kata-kata Kris.
"Ah, dia biasa saja. Tidak menarik." komentar Kris.
Pendengarnya tampak kecewa. "Ah, itu saja."
Kris menyeringai. "Tidak. Tidak hanya itu."
"Lalu?"
"Oh, dia sangat pandai dalam menghibur! Wajahnya yang polos dan bodoh itu adalah tipuan. Sebenarnya, dia benar-benar rusak."
Penjelasan Kris terdengar mengejutkan ditelinga mereka. Tampak mereka semua takjub namun memandang dengan tidak percaya.
"Well, perempuan yang tampak polos memang berbahaya." Erwin berkomentar.
"Dia punya banyak rekor yang mengejutkan. Saat bersamanya aku tidak menyangka dia seburuk itu." Kris lanjut bercerita.
"Apa saja menangnya?" salah satu diantara mereka bertanya.
Kris menengok kiri dan kanan, membuat para pendengarnya memajukan kepala untuk mengantisipasi kisah yang menakjubkan.
"Dia sudah seburuk itu bahkan sejak kamu masih SMA."
Kata-kata Kris mengundang keterkejutan dari teman-temannya. Kris tersenyum tipis. Well, sepertinya Clara akan benar-benar hancur. Kris paling tahu, gosip seperti ini adalah yang paling mudah menghancurkan mentalnya.
Tanpa Kris sadari, di antara orang-orang tersebut ada banyak mata-mata yang berusaha mendengarkan kisah mengerikannya.