NovelToon NovelToon
Giziania

Giziania

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Juhidin

Ada satu komunitas muda-mudi di mana mereka dapat bersosialisasi selama tidurnya, dapat berinteraksi di alam mimpi. Mereka bercerita tentang alam bawah sadarnya itu pada orangtua, saudara, pasangan, juga ada beberapa yang bercerita pada teman dekat atau orang kepercayaannya.

Namun, hal yang menakjubkan justeru ada pada benda yang mereka tunjukkan, lencana keanggotaan tersebut persis perbekalan milik penjelajah waktu, bukan material ataupun teknologi dari peradaban Bumi. Selain xmatter, ada butir-cahaya di mana objek satu ini begitu penting.

Mereka tidak mempertanyakan tentang mimpi yang didengar, melainkan kesulitan mempercayai dan memahami mekanisme di balik alam bawah sadar mereka semua, kebingungan dengan sistem yang melatari sel dan barang canggih yang ada.

Dan di sini pun, Giziania tak begitu tertarik dengan konflik yang sedang viral di Komunitaz selain menemani ratunya melatih defender.

note: suka dengan bacaan yang berbau konflik? langsung temukan di chapter 20

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juhidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 2 Penculikan

"Swer Ras. Gaya dia mayan pas banget. Biasa tapi klop banget di tongkrongannya. Seger liatnya anjerr. Mata dia, aduh.. Gue liatin itu umur paling fresh buat anak esema. Nih cewek pasti siswi rebutan di kelasnya dia anjeer. Hhhh."

"...?!"

Luapan Jihan terdengar hingga membuat pemudi berkabel ini bingung. Si heran segera bangun dari rebahnya di kasur, mencabut kabel dari pusarnya. Suara Jihan menarik perhatiannya walaupun hanya terdengar dari transmisi.

"Napa manusia ini lagi yang kedenger di ruang gue."

"Ras..??"

".. pas gue lagi makan-makannya."

"Waras!!"

"Ck! Apa sih, Boss? Berisiklah.. Penting enggak," keluh pemudi berpiyama ungu ini, suaranya sama persis dengan karakter suara yang berkoar di seberang; Jihan dengan Jihan.

Waras menyalakan monitor, sudah duduk. Terbaca SORROW di punggung piyama yang dipakainya.

"Hadeh.. Emang lagi ngapain elo, Ras?"

"Ya makan. Gue udah bintang lima gini, lo manggilnya masih aja gitu. Heran."

"Ngecas lama amat. Plis... Laporin dong. Lagi apa tuh cewek di bar gue, Ras? Gue lagi pura-pura ke toilet nih."

Di monitor ada Jihan yang tengah bolak-balik dekat ranjang kamar sambil menempelkan ponsel ke kuping.

Monitor ini jendela gerbong yang sekali sentuh menyala lengkap dengan kartu-kartu grafik yang mungkin untuk pantauan lebih spesifik.

Sorrow menarik laci meja kerja dan mendorongnya lagi ke dalam. Jihan versi kabel ini lalu memutar handle laci. Dleph! Tayangan monitor berganti channel memperlihatkan Irawati sedang duduk merapikan poni rambut, berkaca.

"Dia lagi cengar-cengir.. Mau gue sambungin ke dia?"

"Ehh. Gak usah. Udah. Udah. Cukup Ras. Thanks."

"Oke. Nih. Denger ya Boss. Ini soal Hen Hen. Ada yang aneh sama frekuensi will-nya."

"Ya udah. Ntar gue telepon dia (Hen Hen), Ras. Udah lo lanjut aja ngecas ya? Eh, wait.. wait. Liat gelasnya, Ras. Abis gak tuh Citruz?"

Via monitor gerbong, Sorrow mendapati Ira masih sibuk berkaca pada kamera ponsel, bahkan kini Ira sedang duduk memoleskan lipstik ke bibir dengan agak terburu.

Jihan Versi Kabel ini menggeser telunjuk, menggores meja input sambil mengamati Ira.

Sudut kamera bergeser menyoroti gelas yang tadinya terhalang.

"Valid. Abis, Boss," lapor Sorrow atas objek yang Jihan pinta.

Di kamarnya ini, Jihan memutus sambungan. Klik!

Tapi.. Sekarang Jihan kebingungan, membiarkan pintu kamar tetap mengangga.

Jihan melamun menatap lawang kamarnya. Ada namanya dan itu tertera di papan yang digantungkan di pintu tersebut, yaitu GIZIANIA. Ponsel yang tengah Jihan pegang menampakkan gambar tenda, mungkin menandakan perangkat sedang menganggur, screensaver ala dunia jadi-jadian.

"Eh kok belum onmind sih lu, Han?"

Jihan langsung ditanya ketika mendatangi mereka yang sedang menungguinya di tengah kafe.

"Iya gue juga bingung.. Kalian duluan gih ke Endfield. Prepare dulu di sana. Ntar gue nyusul."

"Asik ada libur. Bubar."

"Huss. Ngaco. Gue tetep buka les buat skill telkin kalian."

"Dapet yang seger nih."

Jihan dapat komentar dari yang ada di dekatnya ketika sudah bersandar ke tepian meja.

"Sshh... Kedenger dia (Irawati) gue jitak lo. Hey.. Dit?"

Semua melirik ke pemuda yang sedari tadi sibuk mengetik laptopnya, menoleh ke meja yang berada di seberang Jihan.

"Hem..??" jawab si kacamata ini tanpa melepas kesibukan.

"Udah beres khan nyeting tekape pesenan gue?"

"Sudah..."

Jihan melihat wallpaper sebuah hutan hijau dari laptop yang diposisikan ke arahnya.

"Masih perlu cuaca Han. Hujan, berawan, salju, atau musim zombie?"

Gemuruh haha terdengar di sekeliling Jihan namun hening kembali.

"Oke. Mantap. Terserah kalian sih. Bagusnya cuaca apa buat semedi."

Satu bayang api mendarat ke tengah mereka. Namun objek ini tidak mengejutkan yang melihatnya. Lokasi labuhnya tak jauh di dekat Jihan.

RRRH..!!

Di tengah mereka hadir seekor burung api.

Phoenix.

Cahaya dari hewan mitos tersebut lalu meredup. Mereka lihat, objek di tengah mereka menjelma jadi padatan siluet manusia yang sudah berpose jongkok, pose mendarat dan mengatupkan sayap punggung.

Jihan menoleh ke arah bar, mendapati Ira tengah menonton kejadian yang berlangsung.

"Gue udah lama kesengsem sama dia," jujur Jihan, namun entah pada siapa. ".. yang juga dititipin ke gue."

"Mau ngamar dong sekarang?" tanya gadis Phoenix, posisinya sudah berdiri.

Jihan menghela nafas. "Hadeeh.. Itu yang gue bingung, Sanin. Kok cepet banget nih hormon naek."

"Udah Kak. Ngamar aja dulu," kata orang yang berseragam ninja ini, santai bicara dalam duduknya di meja kafe.

"Iya, Han. Marcel gak bakalan marah kok. Gue yakin yang punya kafe udah tau kebutuhan pegawainya. Tul tidak Gengs?" tanya orang ini, gaya rambutnya dikuncir.

"Sabar. Sabar. Oke. Guys.. Pintu Enfield udah hadir. Sanin udah onmind di depan kita. Silahkan kalian masuk duluan ke portal kuasanya. Jam les tetap gue buka hari ini. Daaan.. Bagi yang mau nonton, tunjukin langsung ke gue tanda persetujuan Ira."

Jihan meninggalkan teman-temannya yang masih diam mendengarkan kegelisahan dan keresahan yang ada.

"Guru. Sama gue kapan?"

Keheningan pecah oleh deru tawa para pendengar dan Jihan tak peduli dirinya terus-menerus dipandangi gadis sebaya artis medsos.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!