Giziania
Penculikan
"Mau minum apa?"
"Ngng.. Air putih."
"Ada. Tapi dari kran sanyo. Gimana.?"
"Haha. Kak Jihan."
"Beneran aer putih?"
"Ngng.. Terserah. Aku cuma disuruh ke sini sama kak Fani. Disuruh nungguin."
"Ya udah. Duduk dulu di sini. Tungguin dia beres pamitan, ya. Biar gue siapin aer Citruz aja buat lo."
Lawan bicara Jihan mengangguk sambil terus tersenyum.
Selesai bicara, Jihan berbalik. Dia biarkan tamunya duduk melihat-lihat ruangan. Jihan juga langsung membuka lemari es.
"Adem banget di sini. Gak kayak di kafe-kafe lain. Ini resto atau bar sih Kak?"
"Kami nyebutnya basecamp," tanggap Jihan saat mengambil teko plastik dari kulkas. "Kafe Rizr."
"Aku Ira, ya Kak. Nama lengkap Irawati. Katanya cuma aku yang bukan lusid di sini Kak. Bener ya?"
"Hu um. Ngomong apa lagi tuh hape, ke elo, Ra?" tanya Jihan, langsung akrab.
"Lho? Kak Jihan kok tahu ya kalo info tadi dari lencana?"
Jihan tak menjawab. Dia sibuk menuang air teko, masih membelakangi Ira karena sedang menyediakan minuman untuk si penanya.
"Eh, iya Kak. Kebetulan nih. Aku juga mau tanya soal lencana ini nih. Sebenarnya apaan sih? Gak ada merk-nya. Nih cuma ada logo tenda doang. Itu berarti apaan ya, Kak?"
Jihan hanya sibuk mengaduk.
"Bisa hilang sendiri logonya. Bisa ganti ukurannya, bentuknya, beratnya pernah gak keangkat. Bingungin deh Kak."
Jihan kembali ke meja bar yang panjang. Dia membawa dua gelas air susu dingin asap tipis dan menaruhnya di depan Ira.
Jihan belum menjawab, diam menopang dagu demi memperhatikan Ira yang masih duduk membolak-balikkan ponsel hitam.
"Pernah juga lho Kak.. jadi karet gelang."
Jihan menghela nafas, mengakhiri acara bengongnya. "Xmatter. Valdisk. Gue gak tau lagi apa namanya. Multifungsi."
Ira yang dibingungkan ponselnya itu hanya membalikkan tangan. Ketika itu barang yang dipegang mencair lalu kaku jadi sarung tangan Ironman.
Grriktth..!! Grriktth.. Bunyi sarung besi saat Ira mengepal-ngepal jarinya.
Datang gadis lajang berpakaian pilot formula 1. Rambutnya hitam agak cepak alias tomboy. Dia datang bersama sebintik cahaya, mungkin sedang bawa piaraan. Dia tadinya dikerubungi teman-temannya, berpelukan, cipika-cipiki sampai Jihan mendapati si lajang sibuk membersihkan basah di pipi.
Ira turun dari kursi jangkung, diam berdiri menunggu si tomboy sampai.
"Hikks.. Gimana? Apa namanya Ra?"
"Se-semater.. Kak." Ira memperhatikan wajah, sudah tak peduli lagi mainannya.
Ira hanya dapat pelukan. Melihat aksi tersebut Jihan tetap diam memperhatikan, lalu menghela nafas.
"Valid. Iya ini xmatter, De. Hiks.."
"Fan. Minuman ending. Aer favorit gue. No ngantuk semingguan."
Jihan memanggil si Pilot F1 itu dengan sebutan Fan. Mungkin nama lengkap si lajang adalah Fani Tanpa Doang, atau Lisfan, atau Miufan. Kita tunggu saja info yang akan ada.
Jihan bicara sambil memajukan gelas ke depan. "Yang ini khusus buat kakak lo, Ra. Tifani Aprilia binti Sumarwan. Lebih Onta ketimbang gue."
Di tengah kafe, titik di mana orang-orang berkerubung, satu pemuda memainkan pedangnya yang mengkilat, lalu mengakhiri aksi dengan perlahan-lahan usai menyayat suatu "kain". Bekas sayat Samurai tersebut menyala di dekatnya.
"Fani..!! Ayo masuk. Udah gue buka nih portal lu!"
"Gue nitip anak-anak ya Han."
Fani bicara pada Jihan sambil meraih gelas. Dia berbalik pergi dan langsung meneguknya, berjalan ke tengah kafe.
Jihan yang diberi kuasa atas geng Fani diam saja. Begitu juga Ira atas aksi haus saudaranya, diam melihat tanpa kata.
Setelah Fani kembali ke tempat teman-temannya, Jihan buka suara dari melamunnya. "Onta, Ra. Dia emang menang ngelawan gue."
"..???"
Ira menoleh pada Jihan saat bingungnya, menunggu kalimat jihan yang lebih dimengerti.
"Iya. Gue telat mabok.. Dia jago nabok."
Sementara di depan garis portal, Fani masih diam dengan pandangan mengarah pada Jihan.
Jihan mengacungkan jempol pada Fani. Dan dengan gabutnya Fani pun segera masuk alias pergi ke dimensi lain bersama bintik bintangnya.
"Eh iya Kak. Trus nih hape suka aneh. Tiap aku mau upload ke sosmed videonya gelap terus."
Ira kembali naik untuk duduk dan mengobrol dengan Jihan demi benda yang dibahas. Sarung tangan besinya sudah kembali ke bentuk ponsel dan Ira langsung sibuk mengetik.
"Ra. Mending minum. Mumpung lo lagi ga haus.."
". . . ?"
Jihan diam menunggu respon Ira.
Gelas berisi Citruz masih mengepulkan asap sejuk. Air susu ini Ira biarkan karena pembuatnya berkata aneh.
Ira dapati sikap Jihan begitu perhatian padanya sekalipun baru ketemu dengannya hari ini.
Jihan mengamat bibir mungil si jaket sweater lalu beralih pada kedua mata Ira. Adik sahabatnya tersebut tangah menatap.
Penampilan Ira cukup casual dan sangat cocok di acara santai apapun. Usia si pemilik mata masih belia sebagaimana siswi SMA kebanyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments