NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR2

Angin malam merayap melalui celah pintu, menusuk tulang. Tirai tipis berkibar, lampu temaram berayun pelan—seakan rumah tua itu menahan napas. Romlah merapatkan selendang, merinding. Narti ikut bergidik, sementara Handoko di kursi roda menegakkan punggung, mata terbelalak tak berkedip.

Seketika, asap putih merembes dari lantai kayu. “Duar!” Ledakan singkat mengguncang ruang tamu; kaca jendela bergetar, hati semua orang tersentak. Dari pusaran asap, seorang lelaki berambut perak muncul. Jubahnya berderai bagai kabut, sorot matanya setajam bulan purnama.

“Cucuku… harus menikah malam ini. Jika tidak, ayahmu akan meregang nyawa.” Suara sang lelaki serak, namun menggema, menancap di dada Ratih seperti paku dingin.

Di sudut ruangan, Rojali menggeram pelan. Trik murahan, desisnya dalam hati, tapi ia tetap diam, menahan gejolak kanuragan yang mendidih di tapak tangannya.

Ledakan kedua meletup—lebih keras. Asap berputar, sosok itu lenyap secepat ia datang. Keheningan menggantung, hanya napas tercekat yang terdengar.

“Guru Agung!” seru Narti, matanya berbinar seperti anak kecil menemukan harta karun.

“Keberkahan besar,” sambung Romlah, menepuk dadanya lega.

“Ia bilang cucunya harus menikah...” Karman mencondongkan tubuh di kursi roda, wajahnya tegang. “Untuk siapa pesan itu? Ratih atau Sinta?”

“Tentu Ratih, Pak,” tegas Narti tanpa ragu. Matanya mantap menatap Karman, tangannya mengepal di pangkuan.

“Kalian jangan percaya begitu saja. Aku rela putus dari Bagas, tapi aku tak mau dinikahkan sembarangan. Aku juga berhak bahagia...” Ratih menggigit bibir hingga nyaris berdarah, air mata panas menggenang, suaranya pecah, tubuhnya bergetar, sorot matanya memohon.

“Diam! Itu wahyu Sanghyang Widi. Melawan berarti menantang nasib,” bentak Narti, menepis simpati, matanya tajam menusuk.

“Betul, jangan sampai murka Guru Agung menimpa kita,” sahut Sinta seolah nabi kecil, wajahnya tenang namun sorot matanya menusuk.

“Ratih, dengar ayah. Bencana bisa datang kalau kau membangkang,” ucap Handoko pelan, wajahnya pucat, lehernya menegang saat mengangguk.

Narti menuding Rojali, yang masih berdiri tenang di sudut, mata tertutup, seakan badai di luar hanyalah bisikan. “Kau harus menikah dengan Rojali. Sekarang!”

“Ayah… izinkan aku merawat Ayah saja. Jangan paksa aku kembali terluka karena lelaki,” isak Ratih lirih, tangisnya pecah saat ia meraih sandaran kursi roda dan menunduk di pangkuan ayahnya.

“Tidak bisa, Ratih… ini demi keberkahan kita semua.” Suara Romlah bergetar seperti besi diseret di lantai batu. Tatapannya menembus pertahanan Ratih, memaku gadis itu pada ketakutan lama yang tak pernah benar-benar pergi. Hening sejenak; hanya detak jantung Ratih yang berdentam di telinganya sendiri.

“Baik… kalau itu maunya Ibu.” Napas Ratih keluar sehalus bisikan angin; kata-katanya hampir lenyap tertelan ruang tamu yang dingin.

“Bagus. Malam ini juga kita langsungkan akad; Aku panggil Lebe dan Kuwu sebagai saksi,” ujar Narti, suara menggelegar sarat kepastian, matanya menyala penuh kemenangan, bibirnya melengkung sinis; ia menepuk tangan keras, gaun merah berkibar, langkah tergesa menggema bersama derap sandal kayu di papan lantai lapuk, memekik pada malam gelap, pekat.

Bagas berdiri kaku di ambang pintu, bola mata beradu dengan Ratih satu detik yang terlalu panjang. Ada kepedihan di sana—atau mungkin cuma bayangan penyesalan. Namun jemarinya tetap menggenggam tangan Sinta, membenamkan segala keberanian yang tersisa. Tatkala ia pamit, Ratih sempat melihat bibirnya bergerak membentuk kata maaf tanpa suara, lalu hilang ditelan malam.

“Hei, kamu mandi dulu, memalukan nanti,” desis Sinta, alis terangkat, ia menutup hidung sambil mendorong Rojali ke arah kamar mandi.

“Tapi aku tak punya baju,” keluh Rojali, pipinya memerah, tanganya memegang baju lusuh yang sudah banyak tambalan, dan tentu saja bau badan yang menyengat.

“Sudah kusiapkan,” sahut Sinta, melempar baju bekas ayah tirinya ke udara, matanya berkilat puas saat pakaian jatuh menimpa kepala Rojali.

“Ayah… maafkan Ratih tak bisa melawan. Tapi—bolehkah kita kabur malam ini? Aku sanggup hidup jadi kuli di ladang, asal tak dipaksa menikah,” bisik Ratih lirih di balik pintu kayu yang rapuh, kepalanya tertunduk, menggenggam tangan ayahnya yang gemetar, tak pernah terbayangkan dalam benaknya dia akan gagal menikah dan dipaksa harus menikah hanya karena untuk menghindari kutukan

“Nak, ke mana pun kita lari, Romlah tetap punya cengkeramannya. Rumah ini memang seperti kandang, tapi di luar sana lebih buas,” ucap Karman pelan.

Ia menarik napas panjang, dalam, seperti lelaki yang sudah lama kalah perang. Dia merasa tidak berguna sebagai seorang ayah tapi hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan ratih

“Ayah, mengapa nasibku begini? Aku mencintai Bagas… tapi semuanya berakhir sebelum dimulai,” ucap Ratih sambil terisak.

Ingin sekali dia membawa ayahnya pergi jauh dari rumah ini, tapi ayahnya selalu saja melarangnya.

“Ingat, lelaki sejati mengorbankan apa pun demi yang ia cintai. Jika Bagas tak mampu, mungkin Tuhan menyiapkan jalan lain,” ucap Karman pelan sambil meraba lembut rambut putrinya yang kusut, matanya sendu menatap Ratih yang masih terpaku.

“Aku hanya ingin suami setangguh Ayah,” bisik Ratih dengan suara kering dan retak, matanya menatap wajah renta di depannya, menyusuri garis-garis usia yang penuh pengorbanan.

“Maafkan Ayah tak bisa melindungimu lebih jauh,” ucap Karman dengan suara gemetar, menahan isak yang nyaris pecah, napasnya berat, membuat hati Ratih terasa ditampar hingga perih.

Ratih tersungkur di pangkuan ayahnya, menangis tanpa suara. Di luar, dentang lonceng musala menyelit masuk jendela, mengabarkan malam kian larut—dan takdir menunggu di ujung waktu yang semakin sempit.

..

..

“Menikah…” gumam Rojali pelan. Suaranya tenggelam dalam sunyi malam. Dadanya berdebar, tapi bukan karena takut. Ini lebih dari sekadar akad—ini soal kehormatan, kejantanannya yang tak boleh gagal.

Ia menyentuh bak tanah liat berisi air. Dalam sekejap, air dingin itu jadi hangat kuku Tenaga dalamnya mengalir tenang, air mendidih dan mengeluarkan asap.

Tubuhnya perlahan masuk ke dalam air hangat. Ia menutup mata, meresapi sensasi tenang sebelum badai. Lalu dari kantong kulit macan, ia mengambil sebotol kecil minyak Jayasakti—minyak langka yang dipakai raja, kini dijadikan sabun mandi olehnya.

Usapan minyak itu membuat tubuhnya harum dan hangat. Tapi yang membuatnya tersenyum adalah saat ia menatap ke bawah, lalu bergumam, “Pusaka negara… kau harus siap.”

Ia mengambil kain halus, menyeka bagian paling dijaganya itu dengan khidmat. Tak ada yang tahu, pusaka itu konon pernah diperebutkan ratu pantai barat dan ratu Galunggung.

“Tenang… sebentar lagi kau bersarung mulia,” ucapnya pelan, seolah berdialog dengan diri sendiri. Ia tertawa kecil, geli sekaligus bangga.

Rojali berdiri, menatap cermin. Kumisnya ia sisir, janggut ia rapi—tapi matanya menatap jauh, bukan ke dirinya, tapi pada nasib Ratih. “Aku akan jadi lelaki terakhir yang membuatmu menangis,” bisiknya tegas.

..

..

Kain putih gading membalut tubuh Rojali, tapi justru tampak semakin sempit di dada—seolah tak sanggup menahan otot-otot yang mencuat tegas seperti pahatan batu.

Rambut panjangnya kini tersisir rapi, diikat ke belakang dengan seutas benang hitam. Di bawah cahaya lampu teplok, kilau rambutnya tampak berkilat.

Kumis tipis melengkung halus di atas bibir. Jenggotnya yang dulu lebat, kini tersisa bayangan samar yang menambah aura berwibawa

---

Rojali melayang ringan ke atas dahan pohon besar di pinggir hutan. Di sanalah ia biasa tidur—dekat langit, jauh dari manusia. Malam ini, masa lajangnya akan berakhir. Ia menarik napas panjang. Ratu Galunggung sudah lama mengejarnya, begitu pula cucu Ratu Pantai Selatan. Tapi Rojali sudah lelah dikejar-kejar wanita sakti. Ia ingin menikah, iya. Tapi hanya dengan perempuan baik, bukan yang sakti.

Menjelang sore, rumah Ratih mulai dipenuhi tamu. Suasana riuh, tapi sunyi di hati Ratih. Ia berdandan seadanya, tanpa semangat. Namun, parasnya tetap bersinar. Bahkan dengan bedak tipis, dia tampak seperti bidadari yang disesatkan di tengah kampung.

Di luar, bisik-bisik menyambar seperti angin panas.

"Kasihan banget si Ratih, menikah sama orang gila," bisik seorang ibu.

"Itu kan pengemis yang suka minta di ujung desa!" sambung yang lain dengan nada iba.

"Astaga, apes banget nasib Ratih," gumam tetangga, menatap miris.

Dan di sudut ruangan, terselip senyum penuh kemenangan.

Akhirnya, Sinta membisik dalam hati, “Kamu hancur juga, Ratih.”

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!