Tema cerita: Fantasi, Petualangan, Pedang dan Sihir
Update 1-2 Bab/hari, setiap jam 20:00 WIB.
Caelum Aurelius adalah seorang penyihir dan peneliti dari sebuah organisasi bernama Arcana, sebuah organisasi sihir yang telah berdiri sejak abad pertengahan di bumi dan merupakan salah satu organisasi sihir tertua.
Pada suatu malam Caelum mencoba melakukan penelitian untuk "melintasi dinding realitas". Namun percobaan tersebut mengalami kegagalan yang mengakibatkan Caelum terlempar dalam dimensi hampa.
Saat Caelum tersadar dia melihat pemandangan asing disekitarnya.
"Berdasarkan pengamatan awal, lokasi ini tidak identik dengan satupun wilayah yang ada di bumi, terutama bulannya" sambil menatap ke arah langit, Caelum melihat 2 Bulan yang bersinar berdampingan.
Dan semuanya dimulai dari sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilhamkn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Pesona Elf Dewasa
Pagi hari diwarnai dengan sinar matahari yang perlahan merayap dan mengusir kegelapan malam, suara hewan-hewan yang mulai berkeliaran, menghiasi pagi lainnya di kota Silvaren.
Caelum yang telah memulihkan tenaganya segera bangkit dari tempat tidur, merapikan pakaian dan mencuci muka sebelum mengambil tempat duduk dan mulai mencatat dalam buku hariannya.
Dia menulis pengalamannya kemarin, tentang ketegangan dalam pertarungan sungguhan, keajaiban yang muncul dan hilang dalam sekejap, serta kenyataan akan keindahan dunia yang begitu luas, setelah menuliskan semua hal-hal bahagia yang dia alami, Caelum segera bangkit dan menuju ke ruang makan untuk sarapan, hari ini dia akan bertemu dengan Maerin untuk belajar secara langsung.
Saat tiba di ruang makan, Caelum melihat Lira yang juga baru tiba diruang makan, penampilannya cukup berantakan, ini disebabkan karena dia menghabiskan waktunya selama ini di ruang penelitiannya untuk mempersiapkan ekspedisi yang akan datang.
"Apakah tidurmu nyenyak Cael?" Lira bertanya sembari meregangkan tangannya.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu Lira" Caelum menyiapkan kursi dan mempersilahkan Lira untuk duduk.
"Silahkan Putri" Caelum menirukan gerakan para pelayan yang ada di ingatannya.
"Hahaha.... " Lira tertawa puas dengan sikap dan candaan Caelum, setelah berhenti tertawa dia merasa sedikit lebih rileks dan membenamkan dirinya pada kursi.
Tak lama kemudian, Nina dan yang lainnya datang dan membawakan sarapan.
"Cael, aku dengar ujiannya adalah memanjat pohon" Syla cukup heran dengan ujian yang di Terima Caelum pada awalnya, namun setelah mendengar detailnya dari Nina dia menjadi takjub.
"Kau melawan gagak angin, itu termasuk binatang magis yang berbahaya dan cepat... hebat sekali" Lin mengacungkan jempol.
Setelah bercanda dan menceritakan beberapa detail lagi, Caelum segera menuju toko Aylin, bagaimanapun dia merasa bahwa pekerjaan ini semakin lama semakin mudah, dan sekarang dia telah berhasil membuat mantra untuk mencegah pakaiannya kotor, sehingga tidak perlu lagi pulang dan membersihkan diri.
Setelah membuka pintu toko, Aylin yang masih duduk di mejanya mengangkat kepala dan menyapa Caelum.
"Bagaimana ujianmu?" Caelum telah memberitahu Aylin sebelumnya, bahwa dia akan mengikuti ujian dari Elvarin.
"Aku lulus" jawab Caelum dengan memasang senyum percaya dirinya.
"Woooo.... hebat" setelah mengatakan hal itu dan mengacungkan jempol, Aylin kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Yah begitulah Aylin" gumam Caelum.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan berpamitan dengan Aylin, Caelum mulai merasakan perbedaan pada tubuhnya, meskipun dia masih menggunakan gelang pemberat dari Elvarin, namun sekarang, pemberat itu terasa seperti bagian dari tubuhnya.
Sekarang Caelum berjalan menuju balai kota untuk bertemu dengan Maerin, dia berjalan dengan cukup santai sembari memikirkan beberapa hal yang ingin dia tanyakan.
Tanpa sadar Caelum telah tiba di depan bangunan balai kota, melihat Caelum mendekat, kedua penjaga pintu menghentikannya.
Caelum menyerahkan sebuah token kepada penjaga. Kemarin, sebelum dia meninggalkan ruangan Maerin, dia diberikan token itu oleh Maerin sebagai tanda izin untuk mengunjungi balai kota.
Setelah memastikan token tersebut, penjaga itu mengembalikan token itu dan memberi izin Caelum untuk memasuki balai kota, membuka pintu masuk dan berjalan di koridor, ia menyusuri kembali jalan yang sebelumnya dia lewati dan tiba di depan ruangan Maerin, sebelum dia sempat mengetuk pintu, pintu itu terbuka dengan sendirinya seakan telah menunggu kedatangan Caelum.
"Masuklah nak" suara Maerin masih terdengar lembut seperti biasanya.
Ketika dia memasuki ruangan, dia tiba-tiba terdiam bagai patung, di hadapannya, Maerin mengenakkan gaun yang cukup terbuka sehingga menonjolkan beberapa bagian tubuhnya.
Melihat Caelum yang terdiam di depan pintu, dia segera turun dari meja dan menghampiri Caelum, Maerin mendekatkan wajahnya kemudian berbisik di telinga Caelum.
"Ada apa muridku" suara yang lembut di telinga itu, bagaikan sambaran petir di otak Caelum.
Caelum sangat bingung dengan tingkah Maerin, meskipun dia tahu bahwa Maerin telah berusia ratusan tahun, namun wajah cantiknya tetap memberi kesan bagi Caelum, dan itu membuat jantungnya berdebar sangat cepat, ini pertama kalinya dia merasakan hal seperti ini. Saat berada di dekat gadis elf dia tampak tidak terpengaruh, namun, saat menerima pesona dari elf yang lebih dewasa Caelum tidak dapat berfikir dengan jernih.
Suara lembutnya membuat otaknya tidak fokus.
"Tahan Cael, tahan" teriak Caelum dalam hati.
"Ahahahaha..... " Maerin tertawa sangat keras sambil memegang perutnya dan mengusap air mata yang keluar akibat tertawa.
"Master, apa yang sebenarnya terjadi" Caelum yang mendengar tawa dari Maerin seketika menyadari bahwa Maerin hanya mengganggunya.
"Aku membaca beberapa buku manusia tentang cara mengajar murid, kau tahu, kau adalah murid pertamaku dan aku ingin metode pengajaran yang berbeda dengan yang lainnya" Maerin segera kembali duduk di kursinya.
"Sepertinya anda membeli buku yang salah" Caelum memegang kepalanya sembari mendesah.
"Hei.... buku itu cukup populer" Maerin memasang ekspresi cemberut namun entah mengapa itu terlihat cukup lucu.
"Ahhhh......" Caelum tidak bisa berkata-kata.
"Tapi reaksimu sama seperti para bocah perjaka lainnya, kupikir kau akan berbeda karena tinggal bersama para gadis" Maerin mengatakan hal itu sembari memasang ekspresi polos.
"Saya adalah pria sejati Master" jawab Caelum tegas, sebelum mengalihkan topik.
"Master, kalau boleh tau, apa yang akan kita pelajari hari ini" Caelum berjalan menuju sofa untuk duduk.
"Kamu sudah memahami dasar dari Rune dan susunan yang kamu buat menunjukkan kalau kamu memiliki pemahaman tentang beberapa pola pengontrol Rune, jadi kita akan membahas tentang sejarah dari Rune itu sendiri" Maerin kemudian mengambil salah satu buku yang tersusun di rak belakang tempat duduknya.
"Sejarah Rune?" Caelum cukup bingung dengan maksud masternya, mempelajari sejarah Rune berarti membahas tentang Rune kuno yang belum di sempurnakan.
"Kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku membahas ini, namun sebelum aku mulai menjelaskan aku akan bertanya, apa perbedaan rapalan sihir saat ini dengan Rune" Maerin membalik beberapa lembar buku yang dia pegang dan duduk di atas mejanya sembari menyilangkan kaki.
"Apakah dia sedang mempraktikkan metode mengajar dari buku aneh itu lagi" gumam Caelum.
"Rapalan sihir yang digunakan para penyihir, bertujuan untuk membimbing para penyihir dalam menyesuaikan kehendak dengan mana, sedangkan Rune merupakan gambaran atau memori dari kehendak mana itu sendiri"
"Jawabanmu sudah benar, namun kurang" Maerin kembali membalik beberapa lembar buku dan melanjutkan.
"Kenapa para penyihir tidak langsung membacakan Rune untuk menciptakan sihir, alih-alih menggunakan berbagai frasa untuk membentuk imajiner" Maerin kembali bertanya.
"Karena bahasa Rune memiliki makna yang terlalu abstrak untuk membimbing penyihir dalam mewujudkan mantra" Caelum masih belum memiliki gambaran untuk arti dari pertanyaan ini.
"Benar lagi, kamu cukup berwawasan Cael, selanjutnya, kenapa frasa yang diucapkan dengan bahasa Elf dan bahasa Naga lebih mudah untuk mewujudkan sihir dibandingkan bahasa lain seperti bahasa Arkheim tidak" Maerin mengulangi gerakan membalik lembaran buku dan mengganti posisi kakinya.
"Karena...... Bahasa elf dan naga berakar dari Rune" Caelum melebarkan matanya setelah menangkap pecahan-pecahan puzzle yang berhamburan dalam pikirannya.
"Benar sekali, jadi, bahasa Elf dan Naga merupakan bahasa yang dikembangkan dari mempelajari Rune, hal ini membuat bahasa elf lebih mudah menuntun kehendak dari mana, dan bahasa lainnya mencoba meniru bahasa dari Elf dan Naga maka lahirlah mantra-mantra dengan bahasa Arkheim yang bertujuan untuk membimbing imajinasi para penyihir"
"Jadi semuanya bermula dari pikiran?" tanya Caelum dengan bersemangat.
"Itulah hakikat sihir, mewujudkan apa yang kita pikirkan dengan menggunakan bantuan mana, dan Rune merupakan..... " Maerin berhenti sejenak.
"Pikiran dari Mana" jawab Caelum dan Maerin bersamaan.
"Tepat sekali, mana membawa kehendak untuk menciptakan, dan penyihir mewujudkan sihir dengan menyamakan pikiran dengan mana" Maerin kemudian berdiri.
"Mana memiliki kehendak untuk mewujudkan api, air, angin, tanah, dan lainnya, secara alami" Maerin menutup bukunya dan berjalan ke arah Caelum.
"Dan penyihir mengarahkan mana agar menciptakan fenomena tersebut" jawab Caelum.
Maerin mengacungkan jempol dan duduk di depan Caelum.
"Itulah mengapa kita akan mulai dari dasar, yaitu sejarah Rune, karena Rune adalah rekaman yang menyimpan kehendak dari mana" jawab Maerin santai.
Semangat Thorr
tapi ada beberapa bahasa yang baru denger aku tuh 🤭
tetep semangat ya kakak othor