terlalu kejam Pandangan orang lain, sampai tak memberiku celah untuk menjelaskan apa yang terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Permenkapas_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebenaran yang tragis
Hari ini semua orang tampak sibuk, Elena dan sang mertua terlihat sibuk di dapur, sedangkan ayahnya tengah membersihkan daun-daun di kolam renang, Bara juga sedang menemani sang ponakan, Oline kecil sudah mulai membuka matanya. Bara tak henti-hentinya menciumi bibi gembul sang ponakan.
Karena merasa bosan di rumah, Bara menggendong Oline di halaman rumah, tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari sang kakak Antoni. Antoni meminta Bara menjemputnya, dikarenakan mobil yang di tumpangi Antoni bannya kempes terkena paku, mau tidak mau akhirnya Bara menyanggupi permintaan sang kakak sambil membawa Oline. Karena jika tidak di bawa maka Oline kecil akan sendirian pikirnya.
Tanpa meminta ijin pada orang rumah, Bara langsung tancap gas menuju ke lokasi Antoni.
Melihat kedatangan Bara dan putri kecilnya Antoni sangat bahagia, dia tidak bisa berkata-kata. Menurut nya gadis yang di gendongannya seperti bidadari dengan hidung mancung, tangan kecil Oline menggenggam jari sang ayah, membuat Antoni menangis terharu.
“Dramastis sekali,” ucap Bara mengganggu momen keduanya.
Antoni melirik Bara dengan sinis, kemudian kembali menatap gadis kecilnya.
“Apa kita akan pulang sekarang?” tanya Bara.
“Kita mampir dulu ke Mall, aku ingin membelikan sesuatu untuk Elena.”
“Hey ... kau 'tak membelikan dia sesuatu dari sana?” tanya Bara sambil menggeleng mengejek sang kakak.
“Aku tidak sempat karena terburu-buru,” jawab Antoni masuk sambil masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju cepat membelah keramaian kota yang padat penduduk, macet rasanya sudah menjadi tradisi yang tidak bisa di hindari di kota tersebut. Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai di tujuan, semua orang tampak heran, mungkin karena dua lelaki menggendong seorang bayi tanpa di temani satu wanita pun. Mereka melenggang masuk tanpa memperdulikan tatapan-tatapan aneh orang.
“Baju mana yang bagus untuk Elena?” tanyanya meminta pendapat kepada Bara.
Bara berdecak kesal.
“Kau suaminya.”
Antoni terdiam, dia menyerahkan Oline kecil kepada Bara. Bara menggendongnya dengan senang hati, lalu meninggalkan Antoni yang tengah sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
“Kau tau sayang? Ayahmu itu petakilan, aku berharap kelak kau tidak seperti ayahmu,” gerutunya.
Oline kecil tertawa, mungkin karena melihat ekspresi wajah Bara yang sedang kesal. Melihat keponakannya tertawa, Bara pun ikut tertawa.
“Sepertinya Ayahmu masih lama, lebih baik kita tunggu di luar saja ya makhluk kecil.”
Bara keluar dari Mall menuju kedai kopi tepat di samping Mall tersebut.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Antoni datang menghampiri mereka dengan beberapa belanjaan yang lumayan banyak di kedua tangannya.
“Mau pulang?”
“Enggak, mau nginep,” jawab Antoni singkat.
Bara tersenyum kecut sambil berjalan mendahului Antoni.
Di dalam mobil, Oline kecil tidak berhenti menangis sampai kedua kakak beradik itu kewalahan.
“Mungkin mahkluk kecil ini sedang haus,” ucap Bara khawatir.
“Kau tidak membawa susunya?” tanya Antoni yang sedang menyetir.
Fokusnya terpecah, Oline kecil tidak berhenti menangis, malah tangisnya semakin kencang.
Mobil mereka sudah memasuki area tempat tinggal mereka, Bara dan Antoni sedikit heran, banyak orang yang berlari sambil membawa ember ke arah rumahnya. Pikirannya menjadi kalut saat melihat rumah mereka sedang hangus terbakar, Bara menitipkan Oline pada salah satu warga, mereka ingin menerobos masuk tetapi di halangi oleh pemadam kebakaran, Bara terduduk lesu begitu juga dengan Antoni.
Tangis Antoni pecah saat tim pemadam kebakaran membawa tiga sosok jenazah yang sudah hangus terbakar, sedangkan Bara tidak menampakkan air matanya, entah terlalu tegar atau memang sudah pasrah. Mereka membawa jenazah ke rumah sakit untuk di atopsi, para polisi juga menyatakan mereka mati terbakar karena ledakan kompor. Antoni pasrah, dia sudah kehilangan orang-orang yang sangat berarti dalam dirinya, dia harus tetap kuat demi Oline kecil.
Bara tidak yakin akan pernyataan polisi karena dokter mengatakan Ayahnya meninggal karena hantaman benda tumpul di kepalanya. Bara kembali ke rumahnya yang sudah tinggal puing-puing, dia menelusuri tempat itu, hingga di halaman rumah dia menemukan sebuah memory card.
Bara melihat isi memory itu di laptopnya, betapa terkejutnya dia setelah tau apa yang telah terjadi kepada keluarganya, memory itu berisi video kejadian beberapa waktu lalu, dimana ada 4 orang yang salah satunya seorang polisi yang menyatakan bahwa kebakaran itu di akibatkan oleh kompor bocor.
“Biadab!” ucapnya geram.
Video itu menayangkan, perlakuan orang-orang itu kepada keluarganya, setelah memukul ayahnya dari belakang hingga Ayahnya tak sadarkan diri, mereka kemudian melecehkan Elena, Elena yang baru saja melahirkan kesakitan dan tidak bisa melawan. Sedangkan sang ibu di sekap di sampingnya, Elena kesakitan karena lukanya belum sembuh. Mereka menggilir tanpa rasa kasian. Bara tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada ibunya, karena di dalam video tersebut ibunya sudah tidak sadarkan diri. Setelah puas, mereka menghidupkan kompor dan membiarkannya begitu saja.
Bara menyalin video itu ke flashdisk miliknya, dia ingin memberitahu Antoni nanti setelah suasana hatinya mulai tenang.
Bara memutuskan menyewa apartemen untuk mereka tinggali sementara, Bara juga menawarkan babysitter untuk merawat Oline kecil, tetapi Antoni menolak.
“Aku bisa menjaga putriku sendiri,” ucapnya kala itu.
Bara bertekat untuk membalas dendam, semua rencana sudah tersusun rapi. Tinggal menjalankannya saja.
Bara mengurungkan niatnya untuk memberitahu Antoni, karena dia mengira Antoni tidak akan bisa membalas dendamnya.
Antoni sibuk merenovasi rumahnya, dia tidak ingin tinggal berlama-lama di apartemen itu.
Baginya rumahnya adalah satu-satunya kenangan ia bersama Elena dan keluarganya, dia tidak akan pindah dari rumah itu.
Antoni sekarang mulai mencurigai gerak-gerik Bara, tetapi ketika ditanya Bara selalu mengalihkan pembicaraan bahkan terkesan menghindar dari Antoni.
“Hari ini aku akan melakukan aksiku,” ucap Bara mantap.
Bara bersiap untuk menjalankan aksinya kepada salah satu pendosa yang sudah merenggut nyawa keluarganya. Tetapi sayang aksinya diketahui oleh para penjahat tersebut sehingga dirinyalah yang terluka sebelum ia melaksanakan aksinya, rem mobilnya di potong hingga ia dan mobilnya masuk ke dalam jurang saat itu.
“Apa?!” Antoni terkejut setelah menerima panggilan telepon dari seseorang yang mengatakan Bara kecelakaan dan ia beserta mobilnya jatuh ke tebing yang sangat curam, tidak ada yang berani untuk menarik mobilnya dari tebing tersebut, dan kemungkinan kecil Bara selamat.
Antoni seperti kehilangan semangat hidup, belum genap tujuh hari orang tua dan istrinya meninggalkannya, sekarang adiknya juga pergi meninggalkan Antoni untuk selamanya. Sekarang dia hanya hidup berdua dengan putrinya Oline.
“Apa pun yang terjadi, Ayah akan tetap selalu melindungimu, putri kecil ayah.”
Antoni tak kuasa membendung air matanya melihat Oline kecil tersenyum kepadanya. Ketika ingin menggendong Oline sebuah flashdisk terjatuh dari saku baju milik Oline.