"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.
"Kadal burik," jawab Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganti Pengantin
Kanya menatap cincin di tangannya dengan perasaan hancur, sepanjang jalan dia hanya menangis dan terus menangis, tak peduli supir taksi yang sesekali menoleh ke belakang, dan berkata:
"Mbak nangisnya jangan kenceng- kenceng, nanti dikira saya, ngapa- ngapain, Mbak lagi." Si supir taksi menatap dengan kasihan, meski tak tahu permasalahannya.
Bukannya reda, tangisan Kanya justru semakin kencang. Kanya hanya ingin melampiaskan kesedihannya, dan tak peduli hal lainnya, hingga taksi yang dia tumpangi berhenti di depan rumahnya.
Kanya mengeluarkan sejumlah uang. "Ambil kembaliannya, Pak," ucapnya, lalu keluar menyisakan supir taksi yang mencebik. "Kembalian apanya? Orang pas begini." Taksi kembali melesat setelah memastikan penumpangnya keluar.
Gadis itu tak segera masuk dan hanya berdiri menatap rumah dua lantai milik orang tuanya, tempatnya tinggal selama 24 tahun ini.
Sekarang apa yang harus di katakan pada orang tuanya?
Persiapan pernikahan sudah hampir selesai dan kini dia harus membatalkan pernikahan tersebut.
Tentu saja, karena Kanya tak mau menikah dengan seorang bajingan dan pengkhianat.
Apalagi Alan sudah pasti akan menikahi Sonya, mengingat dia sedang mengandung bayinya.
"Aku doain kamu impoten tujuh turunan Mas!" Kanya mengucapkan sumpah serapahnya. "Dia bahkan udah mau jadi ayah." Kanya mengusap hidungnya yang mampet, "Seenggaknya abis ini dia gak bisa bangun lagi kan," dengusnya. Biar saja dia impoten dan miliknya loyo seumur hidup. Siapa suruh main celup sembarangan bahkan bukan pada wanita yang seharusnya.
Kanya terus mengucapkan sumpah serapah. "Cowok brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi! Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya, sebelah tangannya membawa kantung kresek dan sebelahnya lagi memasukan gorengan ke mulutnya.
"Kadal burik," ucap Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin. Ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri." pria dengan sebuah kantung di tangannya itu masuk ke dalam rumah mendahului Kanya.
"Abang gak ada ahlak," dengusnya sebal. Kanya mengikuti langkah pria itu memasuki rumah, hingga mereka tiba di ruang tamu dimana kedua orang tua mereka tengah berhadapan dengan seorang WO yang Kanya sewa untuk pernikahannya. Di depan mereka berserakan pakaian yang Kanya yakin untuk pagar ayu kenakan saat pernikahannya. "Eh, Kan, udah pulang. Sini Mama lagi lihat pakaian buat pagar ayu." Benarkan, dia bilang juga apa.
Kanya menghela nafas menahan perasaan sakit yang menghantam hatinya. Sekuat tenaga berusaha menghilangkan sesak di dadanya lalu berjalan mendekat "Gak akan ada pernikahan, pernikahan batal." Bukan hanya gerakan Sofi dan Surya yang berhenti, tapi Arga kakak Kanya yang sejak tadi acuh pun menoleh.
Hening beberapa saat, hingga tawa ketiganya terurai di susul pegawai WO yang ikut tertawa, merasa calon pengantin di depan mereka sedang bercanda.
"Jangan ngelawak deh, Kan. Kamu nih. Mana ada batal, semuanya udah siap dan tinggal nunggu hari H."
"Iya, kalau nervous jangan di pikirin, Mbak. Nanti juga ilang, udah biasa calon manten begitu," ujar si pegawai WO.
Kanya mendengus. Masa gara- gara nervous pernikahan bisa batal. Rugi bandar dong, memangnya mereka cuma sewa kamar hotel buat semalam, terus cuma rugi seratus sampe dua ratusan. Sudah jelas ini bukan masalah kecil, dan Kanya terlalu malas untuk menjelaskan, wajahnya tetap murung penuh kesedihan dengan sorot mata penuh kemarahan.
Tawa ke empat orang itu terhenti, saat Kanya tak menunjukan raut wajah bercanda sama sekali.
"Seriusan kamu, Dek?" tanya Arga dengan menyimpan kantung di tangannya lalu menghampiri Kanya.
"Gimana bisa?" Tanya Sofi dan Surya. "Kamu nih gimana sih Kan, kemarin datang sama cowok katanya mau nikah, udah tukar cincin dan buat persiapan, sekarang tiba-tiba batal, gimana uang yang udah masuk 100 persen ke WO?" Surya dan Sofi terlihat panik.
"Semua persiapan sudah selesai, jadi gak bisa mengembalikan yang sudah masuk, bisa- bisa saya rugi." Si WO segera menjelaskan dengan seksama, perjanjian mereka sebagai penyewa dan menerima pesanan. Tentu saja dia juga tak mau merugi.
"Bisa dong Pak, separuhnya?" tanya Sofi.
"Bisa kalau kalian baru pesan, ini gedung dan ketring sudah saya bayar, gimana dong?"
Kanya tak tahan lagi, bukannya bertanya keadaannya, orang tuanya justru mengkhawatir uang yang sudah mereka keluarkan. Bukan, bukan uang mereka, sebab sepenuhnya pernikahan ini di tanggung oleh, Alan.
Kanya menjatuhkan dirinya, lalu menangis dengan kencang "Aku ini batal nikah loh, Ma, Pa. Kok gak tanya kenapa, huaaaa." tangisan Kanya membuat semua perhatian tertuju padanya, dan Sofi menarik Kanya agar duduk di sofa. Bukan apa- apa Kanya menangis selonjoran seperti anak kecil gak di kasih jajan.
"Jadi kenapa sampai batal, kamu selingkuh?"
"Kok aku? Dia Ma, yang selingkuh, udah hamil lagi ceweknya, huaaa." Kanya kembali menangis, dan kali ini ke empat orang itu terdiam.
"Kurang ajar." Arga mengumpat "Beneran tuh, Dek?"
Kanya mengangguk "Aku liat sendiri mereka ke klinik kandungan." dia menyeka ingusnya dengan tangan.
Sofi mencebik lalu memberikan tisu di meja "Pake tisu, jorok banget sih, anak perawan kok begitu."
Kanya meraih tisu tersebut dengan kasar, bisa- bisanya masih mikirin jorok saat patah hati begini.
"Kamu samperin mereka?" lagi, Kanya mengangguk "Kamu apain?"
"Gak ngapa- ngapain, aku cuma bilang dia tega."
Arga berdecak "Bukannya di hajar, kadal buntung tuh orang. Tendang kek burungnya, biar impoten," ucapnya kesal.
"Maunya, tapi kan malu, Bang. Parahnya lagi Mas Alan gak mau jelasin apapun selain bilang 'Bayi itu milikku'." Kanya menjelaskan, suaranya bahkan meniru suara datar Alan.
"Sialan tuh si Alan, sampe ketemu gue pitesin tuh badannya."
Kanya masih terisak, hingga suara Surya bersuara.
"Arga, bawa si Mily, kalian nikah gantiin Kanya." Arga menarik senyumnya, bukan apa- apa dia berpacaran dengan Mily sejak SMA, namun belum memiliki cukup uang untuk menikah, maklum dia cuma karyawan biasa di sebuah perusahaan. Eh dia malah keduluan sama Kanya, adiknya yang tiba-tiba bawa cowok yang jabatannya manager. Ya dia langsung kalah. Tapi, rezeki emang gak bakalan kemana.
"Siap, Pa."
Kanya menghentikan tangisnya lalu menatap tak percaya pada sang Papa "Pa, anak Papa ini lagi patah hati, gara- gara batal nikah, bisa- bisanya ganti pengantin."
"Terus kamu mau apa? Hancurin dekorasi biar viral kaya di toktok 'Pengantin batal nikah hancurkan dekorasi', begitu? Denger ya, Kanya pria brengsek gak perlu di tangisin, apalagi sampai ilang duit, rugi bandar. Nangis, nangis yang puas hari ini. Besok kalau ketemu dia hajar sekalian, jangan sampai kamu ilang tenaga nangis tiap hari, udah bagus kita pake uang dia sekalian."
Kanya kembali menangis, tidak semudah itu melupakan Alan, pria itu cinta pertamanya, dan dia berharap akan menjadi cinta terakhirnya, tapi sialnya, dia justru di sakiti begitu dalam.
semangat..
semangat..💪
alan sj blm cerai kasian kanya bs di blng pelakor wlu pernikahan alan tnpa cinta.
bisa laku tinggi, gk lama lg kan idul adha/Silent/