Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Zyra menatap buku emas yang tergeletak di atas altar dengan mata berbinar-binar. "Itu dia!" serunya dengan nada penuh kemenangan. "Kitab Dewa Naga yang sebenarnya! Kekuatan yang akan membawa tuanku Kaldor menuju kejayaan!"
Kakek Badra menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Kau salah, penyihir. Kitab itu memang Kitab Dewa Naga, tapi bukan untuk dikuasai oleh kegelapan. Kitab itu hanya bisa dibuka oleh keturunan para penjaganya, mereka yang memiliki hati murni dan berbakti pada keseimbangan alam." Ia menatap Raka dengan tatapan penuh arti.
Zyra tertawa sinis. "Omong kosong! Kekuatan adalah kekuatan, tidak peduli siapa yang memegangnya! Tuanku Kaldor akan menggunakan kitab ini untuk memerintah dunia, dan kalian tidak akan bisa menghentikannya!" Ia memberi isyarat kepada para pengikutnya. "Serang mereka! Ambil kitab itu!"
Para sosok berjubah hitam bergerak maju dengan pedang terhunus, siap menyerang Raka dan teman-temannya. Kakek Badra menghela napas dan mengayunkan tongkat kayunya, siap melindungi mereka. Maya dan Sinta juga bersiap untuk bertarung, meskipun jumlah musuh jauh lebih banyak.
Raka merasakan getaran yang semakin kuat dari Kitab Dewa Naga yang ia pegang. Ia menatap buku emas di altar, merasakan adanya tarikan yang kuat di antara mereka. Tanpa sadar, ia melangkah maju, meninggalkan Maya, Sinta, dan Kakek Badra yang bersiap menghadapi serangan para pengikut Kaldor.
"Raka, apa yang kau lakukan?" seru Maya khawatir.
Raka tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju altar, matanya terpaku pada buku emas yang bersinar redup dalam cahaya bulan. Semakin dekat ia melangkah, semakin kuat tarikan yang ia rasakan. Ketika ia akhirnya berdiri di depan altar, ia mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu dan menyentuh sampul logam buku itu.
Saat jari-jarinya menyentuh permukaan yang dingin dan halus, gelombang energi yang sangat kuat mengalir melalui tubuhnya. Kilasan-kilasan penglihatan yang lebih jelas dan lebih kuat dari sebelumnya menyerbu benaknya. Ia melihat para dewa naga purba dalam segala kemegahan mereka, menciptakan dunia dengan napas dan gerakan mereka. Ia melihat sejarah peperangan antara naga baik dan jahat, dan peran Kitab Dewa Naga dalam menjaga keseimbangan di antara mereka. Ia melihat garis keturunan para penjaga kitab, orang-orang yang ditakdirkan untuk melindungi artefak suci ini selama berabad-abad. Dan di antara semua penglihatan itu, ia melihat dirinya sendiri, bukan hanya sebagai Raka, seorang pemuda desa biasa, tetapi sebagai bagian dari garis keturunan itu, seorang pewaris kekuatan para dewa naga.
Penglihatan itu terasa begitu nyata hingga Raka hampir kehilangan keseimbangan. Ketika ia membuka matanya kembali, ia melihat bahwa buku emas di altar itu telah terbuka sendiri, tepat di halaman yang menggambarkan seekor naga emas yang agung terbang melintasi langit yang dipenuhi bintang-bintang – gambar yang sama dengan yang ia lihat di kitab yang ia pegang.
Pada saat yang sama, Kitab Dewa Naga di tangan Raka juga terbuka, memancarkan cahaya keemasan yang semakin terang. Cahaya dari kedua kitab itu menyatu, menciptakan aura kekuatan yang menyelimuti Raka. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui dirinya, mengisi setiap sel tubuhnya dengan energi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Zyra dan para pengikut Kaldor terhenti dalam serangan mereka, terpukau oleh pemandangan yang mereka saksikan. Bahkan Kakek Badra, Maya, dan Sinta tampak tercengang.
Zyra menatap Raka dengan mata penuh ketakutan dan kemarahan. "Tidak mungkin…" bisiknya tak percaya. "Bagaimana bisa bocah sepertimu…"
Sebelum Zyra sempat menyelesaikan kata-katanya, Raka mengangkat kedua tangannya, dan cahaya keemasan yang menyelimutinya semakin terang, membutakan semua orang di dalam aula kuil. Kekuatan Kitab Dewa Naga telah bangkit, dan takdir Raka sebagai pelindung dunia telah dimulai.
Dalam pancaran cahaya keemasan yang menyilaukan, Raka merasakan kekuatan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya mengalir melalui dirinya. Bukan hanya kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan pengetahuan dan kebijaksanaan kuno. Ia merasa terhubung dengan para dewa naga purba, seolah-olah sebagian dari jiwa mereka telah menyatu dengan dirinya.
Perlahan, cahaya keemasan di sekitar Raka mulai mereda, memperlihatkan dirinya yang kini tampak berbeda. Matanya memancarkan cahaya keemasan yang lembut, dan aura kekuatan yang tenang namun dahsyat mengelilinginya. Kitab Dewa Naga yang lebih kecil di tangannya tampak bersinar lebih terang, selaras dengan kitab emas yang terbuka di altar.
Zyra dan para pengikut Kaldor masih terpaku di tempat mereka, ketakutan dan kebingungan tercermin di wajah mereka yang pucat. Mereka tidak menyangka bahwa seorang pemuda desa biasa bisa memiliki kekuatan sebesar ini.
Kakek Badra, Maya, dan Sinta menatap Raka dengan rasa takjub dan lega. Mereka bisa merasakan perubahan besar yang terjadi pada diri pemuda itu. Mereka tahu, harapan mereka kini terletak di tangan Raka.
Raka mengalihkan pandangannya dari kitab emas di altar menuju Zyra. Tatapannya tenang namun penuh ketegasan. "Kekuatan ini bukanlah untuk kegelapan," katanya dengan suara yang lebih dalam dan berwibawa dari sebelumnya. "Kaldor tidak akan pernah bisa memilikinya."
Zyra tersentak dari keterkejutannya. Kemarahan kembali membakar matanya. "Kau pikir bisa menghentikan tuanku, bocah? Kekuatan sesaatmu itu tidak akan berarti apa-apa!" Ia mengangkat tangannya, siap melancarkan serangan sihir yang lebih kuat.
Namun, sebelum Zyra sempat menyerang, Raka mengangkat tangan kanannya ke arah penyihir itu. Seketika, dari Kitab Dewa Naga di altar, memancar gelombang energi keemasan yang sangat kuat. Gelombang itu melesat cepat menuju Zyra, membuatnya terlempar ke belakang dan menghantam pilar batu dengan keras. Zyra mengerang kesakitan dan tergeletak tak berdaya di lantai.
Para pengikut Kaldor yang menyaksikan kejadian itu menjadi semakin ketakutan. Mereka melihat kekuatan yang baru saja ditunjukkan Raka jauh melampaui kemampuan manusia biasa. Beberapa dari mereka bahkan mulai mundur perlahan, mencoba melarikan diri.
Kakek Badra dengan cepat memberikan perintah. "Maya, Sinta, bantu aku mengamankan mereka yang masih setia pada Kaldor. Raka, kita harus mengamankan kitab emas itu!"
Maya dan Sinta segera bergerak cepat, membantu Kakek Badra melumpuhkan para pengikut Kaldor yang masih mencoba melawan. Raka kembali menatap kitab emas di altar. Ia merasakan adanya koneksi yang lebih dalam dengan artefak suci itu. Ia mengulurkan tangannya lagi dan menyentuh sampul kitab itu. Kali ini, ia merasakan aliran informasi dan pengetahuan yang tak terbatas membanjiri benaknya. Ia memahami sejarah para dewa naga, kekuatan kitab itu, dan takdirnya sebagai pelindungnya.
Ia juga menyadari perbedaan antara kitab yang ia bawa dan kitab emas di altar. Kitab yang lebih kecil adalah kunci, sebuah artefak yang memilihnya sebagai pemiliknya dan membimbingnya menuju kekuatan yang lebih besar. Sementara kitab emas di altar adalah sumber utama kekuatan, sebuah ensiklopedia pengetahuan dan sihir para dewa naga.
Dengan pemahaman yang baru, Raka mengambil kitab emas itu dari altar. Meskipun ukurannya besar, kitab itu terasa ringan di tangannya. Ia menoleh ke arah Maya, Sinta, dan Kakek Badra yang kini telah berhasil melumpuhkan semua pengikut Kaldor. Zyra masih tergeletak pingsan di dekat pilar.
"Kita harus pergi dari sini," kata Raka dengan nada tegas. "Kaldor pasti akan merasakan apa yang terjadi di sini. Kita harus menemukan tempat yang aman untuk mempelajari kedua kitab ini dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang lebih besar."
Mereka bertiga mengangguk setuju. Dengan Raka membawa Kitab Dewa Naga yang lebih kecil dan kitab emas yang lebih besar, mereka bergegas meninggalkan aula utama kuil melalui pintu masuk rahasia.