Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Stella ketakutan, dengan muka merah padam ia berbalik dan berjalan ke sudut lainnya. Nadia mengikuti dengan pandangannya, lalu ia segera menangkap sosok pelaku sebenarnya. Dengan wajah dingin ia mengangkat dagunya memandang Rizka dari jauh.
"Nadia, duduklah. Orang orang melihat kita," ujar Nero mencoba meredakan emosi Nadia.
Nadia menarik kursinya dan duduk lagi, napasnya tidak beraturan. Ia meneguk sebagian isi gelasnya dan menoleh kepada Aaron.
Nadia dengan cepat menjelaskan semua kejadian kemaren antara Nero dan Rizka, Aaron hanya mendengarkan dan sesekali memandang ke kejauhan di mana Rizka duduk dengan gerombolannya.
Nero diam mendengarkan, ia tidak ingin melibatkan siapa-siapa dalam masalahnya, namun sekarang Aaron juga ikut terlibat. Hatinya menjadi tidak enak dan pikirannya hanya ingin segera pulang untuk melihat kondisi gadis aneh tadi malam.
"Nanti siang ada pertandingan di dojo klub tekwondo, kenapa kamu tidak ikut saja menonton bersama kami, Nero?" Aaron menyentakkan lamunan Nero.
"Aku dan Nadia juga ikut bertanding," tambah Aaron tersenyum, terselip nada bangga dalam suaranya.
Aaron dan Nadia sama sama anggota klub taekwondo, klub yang sangat bergengsi dan ditakuti. Hal ini juga yang membuat Stella takut kepada Nadia, karena Nadia pemilik sabuk hitam Yi Dan taekwondo, Nero tidak tau Aaron sabuk apa namun ia menebak tidak bisa lebih rendah dari Dan dua Nadia, ia jarang pergi ke aula untuk menonton acara acara seperti itu. Pembagian tingkatan Dan sabuk hitam hanya berlaku di sekolah, jika di luar sekolah seluruhnya hanya tingkat awal sabuk hitam.
"Sayang sekali aku tidak bisa ikut menonton kalian, karena hari ini ada yang harus aku lakukan, lain kali aku pasti akan datang," Nero menolak dengan sopan.
Nadia yang dari tadi diam mengernyit, "Kamu mau kemana?" Ia terlihat agak keberatan Nero tidak ikut menontonnya bertanding. Sebenarnya ia telah berniat mengajak Nero ke aula pertandingan sebelumnya.
"Ada sedikit pekerjaan," kilah Nero.
Nadia merengut kecewa, namun ia tau Nero kadang bekerja sambilan untuk menutupi biayanya sendiri.
Aaron mendesah ringan, diam-diam memperhatikan sikap Nadia dengan beberapa pemikiran.
...
Usai jam sekolah Nero berjalan ke parkiran mengambil sepedanya, hatinya tidak sabar untuk segera sampai dirumah, namun saat menaiki sepedanya ia merasakan ada sesuatu yang salah.
"Aih, sial. Kenapa bannya kempes," Nero mengutuk dalam hati. Menunduk ia memeriksa roda sepedanya, ada irisan panjang merobek di satu bagian, hatinya menjadi masygul, dengan terpaksa ia menggiring sepedanya keluar sekolah.
Nero menggiring sepedanya di jalanan sepi, keringat bercucuran di dahinya. Ia memaksa langkah dan terkadang menutup mulut dengan kerah bajunya ketika satu dua kendaraan yang lewat meninggalkan debu di belakangnya.
Tiba-tiba sebuah mobil land cruiser mendekati dari arah belakang, berhenti tepat disamping Nero yang sedang berjalan dengan sepedanya.
Beberapa anak muda berseragam SMA yang sama dengannya turun dari mobil itu.
Deg...!
Nero merasakan firasat buruk, ia segera menangkap wajah wajah yang dikenalinya. Igor yang kemaren mendorongnya hingga hampir terjengkang di kelas, tak ketinggalan dua tukang pukul nya. Mereka dengan wajah marah mendekati Nero.
Nero melirik ke dalam mobil, ia melihat ada Rizka di dalamnya, matanya teralihkan ketika pintu kiri depan terbuka, sepasang kaki ramping terulur kemudian mengungkap sosok Stella yang melompat keluar, ia langsung mendekati Nero.
"Nero, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja setelah mempermalukan ku?" Stella berteriak dengan kedua tangan di pinggangnya.
"Sekarang tanpa gadis itu tidak ada yang akan melindungi mu," geram Stella marah, lalu ia memberi isyarat kepada Igor.
Igor yang berbadan tegap dan tinggi besar segera mendekati, dua temannya segera menutup jalan agar Nero tidak bisa lari, mengepalkan tangan mereka perlahan mendekat.
Nero memandang igor dengan ketakutan, "Apa yang kalian inginkan?" Nero bertanya ketakutan, wajahnya pucat.
Namun kepalan tangan Igor yang besar langsung menghunjam perutnya.
Buughh!!!
Tubuh Nero menjadi bengkok, dipukul di bagian perut seperti itu sungguh sangat menyakitkan, belum pulih dari terkejutnya tiba tiba sebuah tendangan mendarat di bahu kanannya. Nero terlempar jauh sambil melilit menahan sakit diperutnya, lengannya terasa ngilu.
Stella mengawasi dengan mata penuh dendam, rasa sakit ditampar Nadia akhirnya akan terlampiaskan dengan memukuli Nero, tidak ada apa-apa yang bisa dilakukannya kepada Nadia, namun berbeda jika itu hanya Nero.
Nero terbaring ditanah, ia merasakan tubuhnya terasa remuk, Igor dan kedua temannya terus memukul dan menendangnya, bajunya acak-acakan penuh debu, beberapa kancingnya terlepas.
Igor menunduk dan memegang kasar kerah baju Nero, ia menarik hingga tubuh Nero terangkat sedikit.
"Aa.. aku tidak melakukan apa apa kepada kalian..."
Nero berusaha membela diri, bibirnya pecah dan luka-luka, napasnya megap-megap.
"Ada tidaknya kau melakukan apa pun, kami hanya tidak senang melihatmu, pecundang!" teriak Igor.
Nero bergidik, ia tahu Igor mencoba mendekati Rizka, dan nampaknya ia akan melakukan apa saja yang disuruh Rizka untuk membuatnya senang.
"Jangan pukul lagi!" Nero memohon, namun sebuah bogem mentah langsung menghantam pelipis Nero hingga kepalanya menyamping.
Pandangan Nero menjadi kabur, ia memegang pipinya ketika banyak lagi tendangan bertubi-tubi datang menghantam tubuhnya, terbaring lemah dan tendangan tendangan itu masih menghajarnya.
"Cukup...! Apa kalian mau bunuh orang?" Teriak Rizka dari dalam mobil.
Mendengar suara itu para anak laki-laki yang kini terlihat seperti preman itu berhenti. Nero terbaring di tanah tidak bergerak, hanya gerak dadanya yang turun naik menandakan dia masih hidup. Matanya terpejam, pakaian sekolahnya robek dan keadaannya terlihat begitu menyedihkan.
"Ayo cepat pergi sebelum ada yang datang!" teriak Stella mulai cemas. Bergegas semua anak-anak itu berlari masuk kedalam mobil. Melihat keadaan Nero, mereka berpikir ini memang berlebihan.
Land Cruiser itupun meraung dan menjauh dari sana, meninggalkan Nero yang terbaring lemah, sekujur tubuhnya terasa hancur.
Selang beberapa saat seorang pengendara motor melewati tempat itu. Ia terkejut melihat seorang siswa tergolek di pinggir jalan, kondisinya berantakan.
Menepikan motornya ia mendekati.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya si pengendara ingin tahu.
Nero ingin menjawab namun bibirnya hanya bergerak, tidak satu pun kata keluar dari mulutnya, napasnya tersengal dan sesak.
Pengendara itu mengambil botol air mineral dari motornya, memberikannya kepada Nero yang segera meminumnya dengan tegukan besar.
"Aku.. aku terjatuh..." jawab Nero meringis menahan sakit ditubuhnya.
Pinggangnya serasa putus, perutnya kram, rusuknya remuk dan pandangannya berkunang kunang. Adalah keajaiban ia tidak pingsan setelah dipukuli sedemikian rupa.
Melihat kondisi Nero yang seperti itu, si pengendara berpikir tidak mungkin untuk meninggalkannya. Ia menawarkan untuk mengantarkan ke rumah, Nero mengangguk, orang itu membantunya berdiri, lalu dengan hati hati membawanya naik keatas motor.
Nero memejamkan mata ketika angin berhembus meniup telinganya diatas motor, ia memegang sepeda BMX nya di tengah antara dirinya dan penolongnya itu.
Aku akan membalaskan nya seratus kali lipat, jeritnya dalam hati, tidak saja hatinya terluka, namun tubuhnya juga dipukuli.
Sakit hati dan amarah membuat dadanya terasa sesak, air mata bergulir di sudut matanya. Kesedihan tak terhingga karena tidak berdaya diperlakukan seperti itu oleh mereka.
Sesampai di rumah mama Nero kaget melihat kondisinya anaknya yang babak belur. Dengan singkat Nero hanya menjelaskan kepada mamanya ia terjatuh dan terluka, Nero merogoh kantong celana dan mengambil uang di sakunya lalu memberikan kepada si pengendara, namun penolongnya itu menolak dengan halus, dan pamit pergi setelah juga menolak ajakan mama Nero untuk masuk rumah terlebih dahulu.
Dengan susah payah Nero masuk kedalam rumah dibantu mamanya, terus ke kamar dan berbaring di tempat tidur. Mamanya terlihat sangat khawatir saat mengompres badannya yang hitam dan biru.
Ia melihat air mata menggenang di sudut mata mama, hatinya menjadi sangat sakit. Ia sangat menyayangi mama nya, satu-satunya orang yang begitu sangat dekat dengan dirinya. Kemarahan kepada mereka yang memukulinya menyeruak hebat didalam hatinya hingga ia menjadi tersengal.
...