NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta, Suamiku

Mengejar Cinta, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Harem
Popularitas:60k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Cerita Hanum dan suaminya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 30,

Hallo semuanya!!! Ini ada kesalahan up bab. Dan aku udah keliru, karena babnya udah aku tabung di draft dan aku kasih judul yang sama🙏. Sebenarnya bab 30 itu untuk bab selanjutnya, setelah masalah ini selesai. Dan bab 30 yang asli ini ya!!!! Karena revisi lama, jadi aku up lagi di bab ini.

Dan baca ini dulu, baru baca bab 31, biar nyambung,

Happy reading, dan maafkan kesalahanku karena aku udah salah up bab.

maaf ya, aku sibuk orangnya, kadang agak lupaan juga. Terimakasih!!!

*

Malam itu...

Sreet

Deg

"Ustadz -"

"Sssst diam! Jangan berbicara terlalu banyak! Kamu bisa membangunkan dua ustadzah itu." Tunjuknya pada dua orang ustadzah yang ada di dalam ruangan inap itu. Saat ini santri itu memang sudah di pindahkan di ruangan inap, bahkan kyai Al-Ghazali memesan kamar VVIP untuk santri itu.

Santri itu menganggukkan kepalanya. "Ustadz, bagaimana ini? Sa-saya ketahuan, sa-saya takut. Mereka akan menghakimi saya." Ucap santri itu dengan bibir yang bergetar. 

Pria di depannya berdecak. Matanya menatap tajam santri itu. "Kamu yang terlalu bodoh! Kenapa kamu bisa jatuh di sana?" Sentak pria itu, matanya melotot, suaranya terdengar kasar tapi tetap pelan, dirinya tak mungkin berbicara terlalu keras yang akan membuat kedua ustadzah yang tidur di sofa itu nantinya akan terbangun. 

"Sa-saya tidak sangaja jatuh. Ustadz sendiri yang meninggalkan saya di sana seorang diri." Kata santri itu pelan. 

"Laila, saya tidak mau tau, jika mereka menanyakan tentang kebenaran ini, kamu harus menjawabnya, jika kamu ada main dengan salah satu santri yang ada di pondok sebelah. Terserah kamu mau menunjuk siapa, tapi jangan saya yang kamu tunjuk." Sentak pria itu. 

Mata santri yang bernama Laila itu terbelalak, "ustadz, sudah seperti ini kenapa ustadz masih mau berbohong? Kita mengaku saja, Ustadz.. Kita tidak bisa seperti ini terus menerus, ustadz bahkan sudah berjanji dengan saya akan menikahi saya? Lantas kenapa kita tidak berterus terang saja dengan semua orang? Mereka pasti paham, dan mereka tidak akan menghakimi kita." Ucap Laila dengan suara pelannya. 

"Enak sekali kamu mengatakannya. Kamu pikir, saat mereka tau, mereka tidak akan memberikan kita sanksi gitu? Bahkan mereka akan melakukan sanksi yang berat karena kita sudah melakukan zinah di tempat itu. Semuanya sudah tertulis di dalam buku peraturan dan kamu tau sendiri bagaimana ketatnya pondok pesantren itu!" Kata pria itu mencoba menahan emosinya, matanya sesekali melirik dua orang yang sedang tertidur pulas di sofa sana, bahkan perbincangan ini sama sekali tidak mengusik tidur keduanya. 

"Lantas, jika ustadz tau kalau hal ini salah dan dosa besar, kenapa anda menjerumuskan saya dalam hal ini? Anda bahkan lebih tau daripada saya tentang hukum ini." Kata Laila membuat pria yang ada di sampingnya itu merasa tertohok dengan perkataan santri perempuan itu. 

"Hei, kamu lupa? Kamu yang sudah mancing-mancing saya dulu, bukan saya yang menggoda kamu!" 

Laila terkekeh miris, "mungkin ustadz yang lupa, ustadz yang selalu datang pada saya secara diam-diam, bahkan ustadz yang selalu megiming-imingi saya uang, maupun barang mewah lainnya, ustadz juga yang selalu memberikan saya makanan, bahkan ustadz yang terus memberikan saya perhatian di saat kedua orang tua saya tidak peduli lagi dengan saya, bahkan ustadz yang  selalu mengucapkan kata-kata cinta dan sayang meyakinkan saya, sampai saya terbuai dengan semuanya, hingga lembah dosa itu menghampiri hidup saya,,"

Pria di depannya mengepalkan kedua tangannya dengan kencang, urat-urat ototnya bahkan menonjol, dan itu sangat jelas terlihat. "Diam kamu!"

Laila tersenyum miris, tidak menyangka jaji dan kata-kata manis yang selalu tersemat di bibir pria tampan yang di kagumi olehnya itu hanya sebuah bualan semata, tak ayal itu hanya kata-kata pemanis yang akan membuatnya terlena dan sampai menyerahkan semuanya yang ada di dalam hidupnya, termasuk kehormatannya sendiri. 

"Saya menagih janji yang pernah ustadz katakan pada saya, saya mau ustadz bertanggung jawab dengan semua yang sudah terjadi"

Pria itu terkekeh kecil, "mau taggung jawab seperti apa lagi hm? Semuanya sudah selesai, kamu bahkan sudah keguguran, mestiinya saya bersyukur karena anak itu sudah lenyap, dan saya tidak perlu repot-repot mencari spesialis penggugur kandungan. Dan walaupun kamu tidak guguran juga, saya tidak ada niat sedikitpun untuk menikahi kamu, cih, mana mau saya menikah dengan gadis biasa-biasa saja seperti kamu ini. Type saya jauh di atas rata-rata." kata pria itu terdengar sangat kejam.

Mata Laila terbelalak, "ustadz kejam, saya tidak menyangka anda bisa punya niatan sekejam itu, anda pria brengsek?! Dan tidak akan ada perempuan satupun yang mau dengan laki-laki br3ngsek seperti anda!" Pekik Laila, membuat pria itu langsung membekap mulutnya, karena bisa saja teriakan itu membuat kedua ustadzah itu akan bangun.

"kecilkan suara kamu! Mereka bisa bangun!" Matanya melirik ke arah kedua ustadzah yang tampak tidur sangat pulas. Itu juga mungkin efek obat tidur yang di berikan olehnya tadi pada minuman kedua ustadzah itu. Untung saja dirinya punya otak yang cemerlang. 

"Saya tidak peduli, kalau perlu  mereka tau bagaimana sikap anda sebenarnya, anda itu hanya ular yang masuk pada tempat kumpulan malaikat, anda juga  tidak pantas di sebut sebagai ustadz!" 

"Mulutmu!" Pria itu menggeram, lalu mencekik leher Laila, tangan sebelah kirinya membekap mulutnya, sampai suaranya tertahan, Laila terus memberontak dengan sisa-sisa tenaganya yang belum sepenuhnya pulih akibat operasi tadi,  hingga beberapa menit kemudian, 

Laila tidak memberontak lagi, membuat pria itu terpaku, langsung saja mengecek keadaan santri itu, dan siapa sangka sudah tidak bernafas lagi. 

Pria itu sampai memundurkan tubuhnya, dirinya membeku syok, sambil mengangkat kedua tangannya dan menatap kedua tangannya itu dengan gemetar.

Kepalanya menggeleng kencang. "Tidak, tidak. Saya tidak membunuhnya." Kata pria itu dengan tubuh yang bergetar hebat. 

Sampai dirinya langsung pergi dari sana dengan cepat, jangan sampai ada yang tau.

*

"Saya membawa anak saya untuk belajar di pondok pesantren ini, bukan untuk mengantarkan nyawa!" Pekik ibu dari santri itu, tatapannya menajam, menatap kyai Al-Ghazali dan beberapa ustadzah maupun ustadz yang ada di sana.

"Ibu, tenang dulu. Kita shalatkan Laila, setelah itu kita makamkan dia dengan baik, baru kita berbicara lagi. Saya berjanji saya tidak akan lari dari tanggung jawab ini." Ucap kyai Al-Ghazali, bahkan kepalanya sudah terasa pusing memikirkan kasus ini.

Ibunya Laila akhirnya mengalah, dan Laila di makamkan di daerah itu juga, di kota Jakarta itu.

Ibu dan bapaknya malas membawa jenazah anaknya pulang ke kampung halaman, mereka malu karena kasus meninggalnya Laila karena gadis itu keguguran. Mereka tak mau ada seorangpun yang tau akan kasus anaknya ini. Terdengar jahat, tapi kedua orang tua Laila memang seperti itu, mereka bahkan tak menyayangi Laila. Laila sengaja di taruh di pondok pesantren, karena mereka tidak ingin di rusuhi oleh gadis itu.

Laila termasuk anak yang pandai, membuatnya menjadi salah satu anak yang mendapatkan beasiswa di pondok pesantren itu.

Sampai semuanya selesai, dan kedua orang tua Laila di minta oleh kyai Al-Ghazali untuk menginap di pondok pesantren Al-Aziziyah, mereka akan merundingkan semuanya. Dan jelas tentu akan tetap mengusut kasus ini.

Sampai Hanum yang penasaran datang ke rumah sakit kemarin, dirinya sungguh curiga dengan kematian Laila,

Gus Fauzan juga turut serta, keduanya memang sengaja berpamitan untuk jalan-jalan padahal keduanya ingin menyelidiki kasus itu. Mereka hanya ingin mengalihkan perhatian si tersangka yang sudah Gus Fauzan curigai sebelumnya. Tapi, Gus Fauzan tak memberitahu pada Hanum, karena belum ada bukti yang jelas. Kondisi Gus Fauzan juga belum pulih, Gus Fauzan benar-benar terserang demam dan flu, tapi tidak separah tadi malam. Namun, sudah seperti itu, Gus Fauzan tetap kekeuh ingin mencari bukti, karena dirinya tidak mau masalah ini berlarut-larut. Dirinya ingin segera membersihkan nama pondok pesantren Al-Aziziyah.

Sampai keduanya berdiri di depan ruangan rawat yang kemarin malam di tempati oleh Laila, dan saat ingin masuk, seorang perawat menghentikan langkah mereka berdua.

"Maaf, Bu, apakah anda keluarga pasien kemarin yang meninggal?" Tanya perawat itu sambil melirik ke kanan dan ke kiri.

Hanum menggelengkan kepalanya. "Saya ustadzah dimana santri itu mengemban ilmu."

Perawat itu langsung menatap Hanum lekat. "Anda yang bernama Ning Hanum?" Tanya perawat itu, membuat Hanum dan Gus Fauzan jadi mengerutkan keningnya.

"Iya, saya Hanum."

Perawat itu mengeluarkan sebuah kertas yang di simpan olehnya. Lalu menarik tangan Hanum dan meletakkannya di atas tangan Hanum, tapi matanya melirik ke sana kemari.

"Se-setelah operasi, pasien sadar, dan meminta pulpen serta kertas pada saya. Dia meminta saya untuk menulis di kertas itu. Saya di bisikin sesuatu olehnya. Hingga dia menyuruh saya menulisnya. Dia juga mengatakan jangan di berikan pada siapapun, termasuk pada keluarganya, pasien meminta saya memberikannya pada ustadzahnya yang bernama Ning Hanum." Kata perawat itu, lalu segera pergi dari sana dengan tergesa-gesa.

"Eh tunggu –" Hanum ingin bertanya lebih banyak lagi namun keburu perawat itu pergi.

Saat Hanum ingin mengejarnya, Gus Fauzan menahannya. "Hanum, ini bukti..."

*

1
Eva Karmita
Alhamdulillah sehat selalu untuk shanum dan Dede Azzam
Julia and'Marian: makasih kakak
total 1 replies
Uthie
Happy ending 👍🤗🤗🤗🤗
Julia and'Marian: makasih kakak udah ikutin kisah Shanum dan Gus Fauzan 🥰
total 1 replies
Uthie
Cieeeee 😁
Uthie
Cieeee .... yg mau pisah kayanya malah gak jadi 😜😁😂😂
Julia and'Marian: hehehe
total 1 replies
Naya En-lish
/Rose//Rose//Rose//Watermalon//Watermalon//Watermalon//Heart/
Julia and'Marian: makasih kak, semangkanya
total 1 replies
Eva Karmita
salah lagi kan Gus 😅😅
Hanum ngambeknya jangan lama" ya 🤗🥰
Uthie
Seneng banget sama posesif nya si Fauzan .. macam bayi besar memang 😂👍

btw.. Ardi dan Tika gimana tuhhh?!?
Uthie
Jangan-jangan ngasih suprise itu Hanum mu, Zan 😂😂
Julia and'Marian: hehehe
total 1 replies
Uthie
Hmmm.... penasaran terus sama kelanjutan kisah rumah tangga Ardi dan Tika ,👍☺️
M Yhati Made
luar biasa
Eva Karmita
jangan pisahkan mereka otor biarkan Ardi berjuang mempertahankan rumah tangga nya
Eva Karmita
semangat Ardi jgn menyerah rajut lagi cinta kalian berdua ❤️❤️❤️❤️
Muhammad Rafli321
maaf Thor cerita arfira judulnya apa ya
Julia and'Marian: nah begitulah kak, jadi kesel, capek kak mikir alurnya malah receh
Muhammad Rafli321: klo ga dpt retensi itu biasanya reader yg baca itu bacanya acak Thor mksudnya babnya dilompatin,AQ udh ngerasain mknya Hiatus Krn capek nulis tp kyk ga dihargai dpt rate bintang 1 jg retensi bkl turun mknya skrg LBH suka jd readers daripada jd author😁
total 4 replies
Muhammad Rafli321
ceritanya bagus tulisannya rapi ga byk typo, semangat nulisnya
Julia and'Marian: terimakasih
total 1 replies
Uthie
Nahh... kisah Ardi dan Tika juga yg saya tunggu dr cerita ini 👍😍
Uthie
Hanum kenapa malah jadi salahin dirinya melulu sihhhh.... jangan terlalu lembut banget kenapa 😌
Uthie
balasan untuk orang yg jahat, Hanum....
Uthie
gak jelas si Fauzan /Facepalm//Facepalm/
Uthie
dasar nii si Gus 😂😂😂
Eva Karmita
cepat siuman Hanum kasihan Gus Fauzan , ayah dan keluarga mu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!