Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.
Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.
Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.
Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.
Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.
Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Sah
Amrita Blanco berjalan ke arah tempat upacara pernikahan dengan balutan gaun berwarna putih nan cantik, ditangannya ada sebuah buket bunga sebagai pelengkap penampilannya yang sempurna.
Sebuah kerudung berenda tipis warna senada dengan gaun pengantinnya tersematkan cantik diatas rambutnya yang tertata rapi.
Langkah kakinya terlihat pasti saat dia berjalan ke arah Denzzel Lambert, laki-laki yang akan menjadi suaminya.
Suasana upacara pernikahan mereka terasa khidmat, hanya dihadiri beberapa tamu undangan serta kedua orangtua Amrita Blanco yang ikut menyaksikan pernikahan putri mereka.
Denzzel Lambert berdiri menunggu kedatangan Amrita Blanco.
Penampilannya tetap sama seperti awal pertemuan, Denzzel tetap mengenakan kain penutup diwajahnya yang hanya menyisakan kedua matanya saja, bedanya kain yang dia pakai berganti warnanya menjadi putih menyesuaikan dengan busana jas pengantinnya.
Pernikahan Amrita dan Denzzel sangat tertutup, hanya dihadiri segelintir orang saja dan itu pun tak satu dari kerabat dekat pengusaha estate yang datang ke acara tersebut.
Denzzel Lambert menyambut kedatangan Amrita Blanco yang menghampirinya, dia tersenyum sekilas lalu menggandeng tangan Amrita menuju meja pernikahan.
Seorang juru nikah telah menunggu kedatangan mereka berdua dan acara pernikahan akhirnya dimulai.
"Apa kalian berdua telah siap memulai upacara pernikahan ini ?" tanya juru nikah.
"Kami telah siap...", sahut Denzzel dengan suara paraunya.
"Baiklah, kita segera mulai upacara pernikahannya dengan dimulai Tuan Denzzel untuk mengucapkan janji suci kepada Amrita, apakah anda telah mempersiapkan mahar pernikahan", kata juru nikah.
"Ya, saya telah membawanya", sahut Denzzel Lambert.
Seorang pria berjalan mendekati Denzzel seraya meletakkan sekotak kaca berisi perhiasan bernilai miliaran ke atas meja nikah, disusul dengan kotak-kotak lainnya yang berbaris rapi di dekat meja.
Juru nikah tersentak kaget saat dia melihat begitu banyaknya mahar pernikahan yang dibawa oleh sang pengusaha estate untuk calon istrinya bahkan barisan pembawa kotak mahar pernikahan sampai ke ujung pintu ruangan.
"Apa semua ini adalah mahar pernikahan buat calon pengantin perempuan ?" tanya juru nikah seraya melirik ke arah barisan orang-orang Denzzel Lambert yang berbaris rapi sepanjang jalan menuju meja pernikahan.
"Ya, benar, semua ini adalah mahar pernikahan bagi calon pengantin perempuanku", sahut Denzzel datar.
"Dan apakah tidak ada lagi tambahan selain ini ?" tanya juru nikah seraya menatap serius ke arah Denzzel Lambert.
"Kurasa sudah cukup", sahut Denzzel.
"Baiklah, kalau begitu kita mulai saja upacara pernikahannya sekarang karena semua telah siap dan sebaiknya kita segera melangsungkan acara pernikahannya", kata juru nikah.
"Ya...", sahut Denzzel.
"Kalian telah siap sekarang untuk memulai upacara nikahnya", ucap juru nikah meyakinkan lagi kepada Amrita dan Denzzel.
"Kami siap...", sahut dua orang itu dengan kompaknya.
Terdengar juru nikah berdehem pelan sembari melihat ke arah buku di depannya.
Juru nikah memulai upacara pernikahan dengan membacakan doa pembuka acara, kedua pengantin itu tampak khidmat mengikuti pembacaan doa. Tak lama kemudian juru nikah meminta pada pasangan pengantin itu untuk mempersiapkan diri mereka karena pengucapan janji nikah akan segera dilakukan oleh pengantin pria.
"Silahkan dimulai tuan Denzzel !" ucap juru nikah kepada Denzzel.
"Baik...", sahut Denzzel dengan sikap percaya dirinya.
Denzzel mulai mengucapkan sumpah nikahnya sembari menjabat tangan sang juru nikah, semua berjalan lancar sampai pengusaha estate itu menyelesaikan sumpahnya .
Juru nikah segera menyatakan pernikahan mereka resmi dan sah lalu dia memberikan mahar pernikahan dari Denzzel kepada Amrita sambil berkata.
"Silahkan terima mahar pernikahan dari suami anda, dan pasangkan cincin kawin ke jari tangan kalian masing-masing sebagai tanda telah resminya pernikahan kalian berdua !" ucapnya.
Amrita Blanco meraih sebuah kotak kain berisi cincin kawin dari atas nampan yang ada di dekatnya.
Pandangannya tertuju lurus ke arah Denzzel Lambert yang berada di hadapannya.
Denzzel Lambert membalas tatapan Amrita kepadanya dan sepertinya dia tersenyum senang kepada Amrita Blanco yang telah resmi menjadi istri sahnya itu.
"Silahkan nyonya Amrita untuk memakaikan cincin kawin kepada suami anda !" kata juru nikah kepada Amrita Blanco.
"Iya...", sahut Amrita seraya memasangkan sebuah cincin terbuat dari berlian ke jari tangan Denzzel Lambert sebagai suami sahnya.
"Silahkan kepada tuan Denzzel untuk memasangkan cincin kawin ke jari manis istri anda !" kata juru nikah.
"Iya...", sahut Denzzel dengan anggukkan kepala pelan.
Denzzel meraih cincin kawin dari dalam kotak kain lalu memasangkan cincin tersebut kepada jari manis Amrita Blanco. Dan sekarang keduanya telah resmi menjadi pasangan suami-istri setelah acara pemasangan cincin kawin.
"Apa anda ingin mencium istri anda, tuan Denzzel atau tidak ?" tanya juru nikah.
"Tidak...", sahut Denzzel.
"Baiklah, karena semua ritual upacara pernikahan telah selesai semuanya dijalani oleh kalian maka kalian berdua dinyatakan resmi sebagai pasangan suami-istri", kata juru nikah.
"Baik...", sahut Denzzel.
Denzzel meraih tangan Amrita, mengajaknya berjalan dari arah meja nikah.
Semua orang yang hadir teralihkan perhatian mereka kepada penampilan Amrita yang begitu memikat hati.
Amrita terlihat sangat cantik dalam balutan gaun pengantin warna putih yang memiliki ekor panjang.
Suasana khidmat terasa di ruangan upacara pernikahan, taburan bunga mawar menghiasi sepanjang jalan yang dilalui oleh Amrita dan Denzzel.
Acara pernikahan mereka benar-benar indah meskipun hanya dihadiri oleh sedikit tamu undangan serta sangat mendadak dilangsungkannya namun terasa sangat sakral sekali.
Denzzel menggandeng tangan Amrita menuju ke arah luar gedung yang digunakan sebagai tempat acara pernikahan.
Keduanya berjalan ke sebuah gazebo luas di tengah-tengah taman bunga.
Area luar gedung disulap menjelma menjadi tempat pernikahan yang sangat cantik dengan dihiasi aneka bunga berwarna-warni serta untaian lampu cantik di sekitarnya.
Bukan hiasan kain yang biasa dipakai pada acara pernikahan melainkan rangkaian bunga dari berbagai jenis dan warnanya dari beberapa negara yang melengkapi area tempat pernikahan milik pasangan Amrita dan Denzzel padahal acara itu diadakan mendadak di pagi ini bahkan tanpa rencana persiapan pernikahan yang matang dari keduanya pengantin.
Tampak Pamela Blanco tersenyum saat dia melihat ke arah putrinya, Amrita yang sedang bergandengan tangan dengan Denzzel menuju ke gazebo.
Pemandangan cantik langsung terhampar dihadapan semua tamu undangan ketika mereka melihat pasangan pengantin itu berjalan melewati hamparan bunga mawar sepanjang jalan ke gazebo di tengah-tengah taman.
Acara pernikahan akan dilanjutkan dengan penampilan dari pasangan Amrita dan Denzzzel yang akan berdansa di dalam gazebo dengan disaksikan oleh semua orang yang hadir disana.
Kebahagiaan menyelimuti suasana pesta pernikahan milik Amrita dan Denzzel meski terkesan cepat namun suasana terasa begitu menyenangkan.
Denzzel meraih pinggang Amrita saat mereka hendak memulai dansa.
Pandangan keduanya saling beradu lekat ketika Denzzel menggapit lengan istrinya, membimbing langkah Amrita untuk memulai tarian dansa mereka.
Alunan musik merdu terdengar mengalun di sekitar gazebo yang disulap menjadi tempat dansa yang elok bagi kedua pengantin itu.
Iringan musik terus mengalir mengikuti setiap langkah kaki Denzzel dan Amrita ketika mereka berdansa bersama-sama di dalam gazebo.
Tak henti-hentinya, Denzzel mengagumi paras cantik milik Amrita saat keduanya saling berpandangan satu sama lainnya seraya melakukan gerakan dansa.
Senyum mengembang di sudut bibir sang pengusaha estate setiap kali dia melihat ke arah istrinya, Amrita.
Aura kebahagiaan terpancar dari dalam diri Denzzel Lambert meski wajahnya tertutupi oleh kain namun gerakan tarian dansanya mewakili rasa senangnya terhadap pernikahannya dengan Amrita Blanco.